Semenjak saat Dallen tau bahwa Saga hamil, Dallen menjadi lebih posesif kepada Saga, dari mulai aktifitas sampe makanan benar - benar ia jaga, bahkan Dallen juga lebih sering pulang kerumah Saga dari pada pulang kerumahnya sendiri, bahkan sebuah kamar yang berada di dalam ruang kerja nya di kantor pun hanya ia singgahi ketika siang hari, malam nya?? Pulang ke rumah istri.
Sofia pun tak masalah, dengan kehamilan Saga, ia merasa sangat senang karena rumah akan merasa lebih ramai dengan bertambahnya anggota keluarga. Hubungan Sofia dan Dallen pun semakin erat seperti saudara kandung.
Usia kandungan Saga kini genap dua bulan, memang belum terlihat, tapi Saga sangat berhati - hati dalam menjaga janin yang ada di perutnya, awalnya memang dia tak menerima kenyataan bahwa dia hamil, tapi lama - kelamaan Dallen berhasil meyakinkan bahwa tak perlu khawatir dengan apa yang sudah terjadi.
.
.
.
Terdengar suara pintu di ketuk, dengan segera Saga berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang, karena ini masih terlalu pagi untuk Sofia pulang sekolah, dan Dallen pun sebelum berangkat kerja tadi sudah bilang ke Saga kalau ada urusan di luar kota, jadi pulangnya besok. Apakah Leon lagi ngant ____. Pertanyaan di benaknya pun langsung terhenti ketika Saga membuka pintu dan melihat siapa orang yang sedang bertamu.** Plaaakkk **
Tamparan yang sangat keras itu mampu memalingkan muka Saga,dan terasa sangat panas.
" JALANG !!, Kamu memang manusia jalang !!..."
Saga sudah menduga, hal seperti ini cepat atau lambat pasti akan terjadi.
" Gugurin sekarang ! "
Saga hanya menggelengkan kepala nya sebagai jawaban.
" Kamu mau berapa? Hah?? Cepat katakan? Kamu mau berapa? Yang penting kamu gugurkan dan pergi tinggalin anak saya," Grace menantang dengan nada tinggi.
" Nyonya.. Sampai kapanpun saya tidak akan menggugurkan bayi yang tak berdosa ini," jawab Saga tegas, meskipun ia merasa takut, tapi harus ia tahan, karena kali ini Saga tak boleh lemah dan menerima begitu saja.
" Jika kamu sayang sama janin sialan mu itu, berarti kamu saja yang mati, karena kamu lah yang telah berdosa disini."
" Saya tak menyangka, jika Addison keluarga yang di pandang sangat baik oleh media, ternyata tega dengan calon cucu nya sendiri," Saga tak mundur, Saga sudah lelah dengan semua ancaman - ancaman dari Grace.
Saga mulai melawan karena teringat omongan Dallen, Dallen siap berjuang untuk nya, berarti Saga juga harus ikut berjuang bersama Dallen." Tutup mulut kotormu itu, saya dari dulu meminta kamu untuk menjauhi anak saya, dan jangan main - main dengan keluarga Addison, tapi kamu tak pernah mendengarkan omongan saya. Kamu harusnya tau donk dimana tempat kamu berada, gak malu kamu numpang hidup sama Dallen?. Dan apa kamu bilang tadi? Calon cucu Addison?? Hhaah... Yakin itu anak Dallen? Kamu aja nyerahin diri ke Dallen, pasti kamu juga membuka pahamu itu untuk beberapa laki - laki konglomerat di luaran sana kan?"
" Apa jadinya jika seluruh dunia tahu kalo keluarga Addison aslinya seperti ini, hanya memandang sebelah mata orang yang bisa dibilang membantu juga dalam segala bisnisnya, Nyonya jangan lupa berpijak, anda sama saya itu sama, lihat saja, bahkan nyonya menginjak lantai yang juga saya pijak, nyonya terlalu tamak, hingga akhirnya lupa dimana nyonya berdiri," Saga benar - benar ingin melawan Grace Addison, ia bahkan tak menciut disaat Grace sudah memaki nya dengan banyak kalimat.
" Ohh gedhe juga nyalimu, ternyata kamu tak seremeh yang saya bayangkan, okey.. jika kamu menantang saya, tunggu saja, saya punya banyak kejutan buat kamu."
Setelah ancaman terakhir meluncur dari mulut Grace, Grace pun langsung meninggalkan rumah Saga.
Saga pun akhirnya bernafas lega setelah kepergian Grace dari sana, Saga tak benar - benar berani melawan Grace, pasalnya sedari ia berhadapan dengan Grace tadi, badan Saga terasa dingin, lutut lemas dan badan gemetar itu ada, tapi semua ia tahan, supaya tak terus terus an di injak oleh orang yang merasa punya kekuasaan.
Saga merebahkan tubuhnya di sofa panjang lalu mengusap perutnya, ia berharap yang di dalam sana tak terjadi apa - apa, " tetap sehat ya anak papa, mau seperti apapun dunia, papa akan tetap berjuang untuk mempertahankan kamu sampai kamu lahir dalam keadaan sempurna," ucap Saga pelan.
.
.
.Saga terbangun dari tidurnya karena suara handphone yang berbunyi nyaring, ternyata ia ketiduran di sofa selama 2 jam.
Dilihatnya layar handphone disana tertera panggilan masuk dari nomor yang tak di kenal. Tak mau banyak pikir, Saga langsung mengangkat panggilan itu.
" Hallo..."
" (...) "
" Iya ini saya kakak dari Sofia, ini siapa? "
" (...) "
Entah apa yang di ucapkan oleh seseorang yang ada di dalam panggilan tersebut, tapi melihat respon Saga, sepertinya tidak ada yang baik - baik saja. Saga langsung terbangun dan ia segera pergi keluar rumah dengan handphone yang berada di genggaman nya, ia berjalan tergesa - gesa sampai depan gang, dan memberhentikan sebuah ojek.
Saga menyebutkan alamat yang ingin di tuju, dan mereka pun kesana dengan.Hanya butuh sekitar 15 menit akhirnya Saga sampai di tempat tujuan dia langsung berlari masuk ke dalam, dan menanyakan dimana Sofia berada.
Sofia terbaring tak sadarkan diri di IGD dengan noda darah yang memenuhi seragam nya.
" Apa yang terjadi sus?" Saga bertanya pada suster yang sedang membersihkan luka di tubuhnya.
" Pasien mengalami kecelakaan pak, dia jadi korban tabrak lari," ucap suster.
Saga terkulai lemas, di sebelah Sofia yang badan nya di pasang beberapa kabel di dada nya, selang oksigen dan juga selang infus.
" Gimana keadaan nya sekarang?" Saga lanjut bertanya.
" Masih dugaan sementara, ada kerusakan di bagian organ dalam pak, karena waktu di bawa kesini pasien juga sudah dalam keadaan pingsan, dan sempat mengalami gagal nafas, setelah ini pasien akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut," jelas suster.
" Lakukan yang terbaik buat adik saya sus."
" Baik pak. Saya permisi dulu ya," ucap suster meninggalkan 2 orang sendiri di ruangan yang tertutup oleh tirai.
" Dek.. bertahan yaa, kamu kan janji mau nemenin kakak sama calon anak kakak," Saga menangis memegang sebelah tangan Sofia yang terbebas infus.
Se meter pun Saga tak berpaling dari adik nya, ia terus menggenggam tangan Sofia, sampai akhirnya ia merasakan ada pergerakan dari jari Sofia,
" Dek... Dek ini kakak dek," ucap Saga segera, ia ingin adik nya tahu bahwa ada Saga yang sedang menunggunya untuk bangun.Perlahan Sofia membuka mata, " kak..." dengan sangat lirik dan terdengar sangat lemas.
" Tenang ya sayang, kakak panggilin suster dulu ya," Saga ingin keluar dan memanggil Suster, tapi tangan Sofia menahan, ia tak melepaskan genggaman Saga.
" Kenapa dek?, kamu harus di chek dulu, kakak gak kemana mana kok," ucap Saga kembali mendekat ke arah Sofia.
" Ba..dan Sof..i sakit...sem...mua kak," ucap Sofia terbata.
" Iya.. kakak panggilin dokter sekarang," Saga mencoba melepaskan genggaman Sofia.
" Kak.... ba...wa sof..i pergi.."
" Hah? Adek ngomong apa? Kakak gak ngerti maksud kamu," Saga bingung dengan ucapan Sofia, kenapa tiba - tiba minta pergi?, dia kan baru saja sadar.
" Kak... Ayo pin..dah ya...ng jauh,"
" Sofi, istirahat dulu yaa, nanti kalo badan Sofi udah enak, Sofi bicara sama kakak, sekarang kakak panggil dokter dulu biar Sofi di periksa," ucap Saga, langsung melepaskan tangan Sofia yang sedari tadi menggenggam tangan nya, dan berjalan keluar mencari petugas medis.
To be Continue 🖊️ 🐳
Maap jika ada typo atau alur ngelantur...
Terima kasih yg masih ttep nunggu lanjutan cerita nya... 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kamu
FanfictionJalan terjal yang selalu di lalui oleh Saga, semakin terasa sulit di jalani ketika seseorang datang bersama dengan kemewahannya. Kita punya Cinta, tapi keluargamu punya Kasta.