Part 23

113 12 7
                                    

Nyatanya benar, se gak perduli nya orang tua ke anak, jika anak dalam bahaya orang tua tetap akan merasa khawatir dan takut.
Dan itu yang sedang Saga rasakan saat ini.
Elle akhirnya di bawa kerumah sakit karena terdiagnosis terserang DBD, hanya baby sitter, Emillia dan Bima yang mengantar Elle ke rumah sakit, meski di paksa sekeras apapun, Saga tetap tak mau ikut mengantar anak nya yang tengah tak berdaya itu.

Ini kali pertama Elle berurusan dengan rumah sakit, selama ini jika sakit, Elle cukup di rawat di rumah, dan akan sembuh dalam 2 hari.

Terlihat Saga sedang mondar mandir gelisah di dalam kamar nya.

" Den...ini mbok Ratmi, mbok bawakan minum untuk den Saga."

" Masuk mbok, pintunya gak di kunci," teriak Saga dari dalam.

Pintu terbuka, muncul wanita tua dengan nampan yang berisi air putih dan sepiring makanan di tangan nya.

Masuk wanita tersebut ke dalam kamar Saga, dan menaruh barang bawaan nya di atas nakas.

" Den Saga ada yang mau di ceritain sama mbok?" ucap wanita tua yang umurnya terlihat sekitar 60 tahun itu.

Saga menggeleng.

" Sini... duduk samping mbok, jangan berdiri terus nanti capek," mbok Ratmi menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Saga menatap arah yang di maksud mbok Ratmi, terlihat ragu.

" ayoo sini, mbok udah lama ngga dengerin ocehan aden."

Saga berjalan mendekati mbok Ratmi, terlihat jelas raut wajah lelah dan khawatir milik Saga.

" Sini peluk mbok dulu," mbok Ratmi merentangkan kedua tangan nya, lalu di sambut dengan cepat oleh Saga.

" Mbookkk.... Hiks..." Tangis Saga pecah di pelukan seorang ART yang sudah bekerja dengan Bima dari Bima sebelum menikah dengan Emillia.

" Gapapa... Kalo den Saga pengen nangis, nangis aja sepuasnya, nangis gak bikin aden jadi lemah kok," ucap mbok Ratmi sambil mengusap lembut rambut Saga.

Terdengar suara tangisan Saga semakin lama semakin pilu, mbok Ratmi tau betul bagaimana perasaan Saga, semenjak Saga masuk ke rumah Bima untuk pertama kali nya dulu, mbok Ratmi lah yang dengan telaten menyiapkan segala keperluan Saga, dan ketika Saga yang sempat putus asa, mbok Ratmi salah satu orang yang tak menyerah menguatkan Saga untuk tetap bertahan. Sampai akhirnya Saga merasa lebih dekat dan nyaman ngobrol dengan mbok Ratmi ketimbang dengan Bima ataupun Emillia.

" Mbok... rasa nya sakit banget," ucap Saga di sela tangisan nya.

" Sabar ya den, semua nya memang sulit, tapi mbok yakin den Saga pasti bisa melalui nya... Ini hanya soal waktu," ujar mbok Ratmi.

" Mbok, tetap temenin aku apapun yang terjadi ya, tetap bantu aku seperti sebelum nya."

" Pasti den, semoga mbok panjang umur biar bisa ngeliat aden bahagia bersama bapak, ibu dan Elle."

Perlahan tangis Saga mulai mereda, nafasnya pun terdengar mulai tenang.

" Mbok, besok ikut saya ya.."

" Kemana?"

" Ke kantor..."

" Ngapain mbok ikut ke kantor? Gantiin mbak Clara?"

" Gapapa kalo mbok bisa, biar Clara aku balikin ke om Bima lagi," ucap Saga sambil tersenyum.

Melihat ukiran senyum dari bibir Saga, mbok Ratmi merasa lega.

" Ya mbok??" Saga meminta jawaban.

" Ya ngapain mbok ikut? Kan aden udah punya karyawan banyak disana."

" Mbok, besok aku ada meeting dengan Addison," ucap Saga menatap lurus.

" Ya.. mbok paham, besok mbok ikut den Saga ke kantor," jawab mbok Ratmi yakin.

Bunyi notifikasi panggilan dari handphone Saga membuyarkan pembicaraan intens di antara mereka.

Saga menggeser tombol jawab lalu menempelkan benda pipih itu ke sebelah telinga kiri nya.

" Hallo tante..."

(...)

" Trus??" Saga berusaha menekan perasaan kagetnya, dia menoleh menatap datar ke arah mbok Ratmi.

(...)

" Serahin saja sama rumah sakit, kepalaku pusing banget ini," ucap Saga menunduk.

(...)

" Yaudah iya... nanti aku kesana."

(....)

" Iya tante iya."

Saga menjauhkan handphone nya lalu mengakhiri panggilan secara sepihak.
Hembusan nafas kasar yang keluar dari hidung Saga membuat mbok Ratmi menoleh, " ada sesuatu yang terjadi?"

Saga masih berusaha tenang, " bocah itu butuh transfusi darah mbok, sedangkan stok di rumah sakit lagi kosong," jawab nya.

" Trus?" mbok Ratmi meminta penjelasan lebih.

" Yaa aneh, rumah sakit sebesar itu kok di kekurangan stok darah."

" Maksud mbok, trus gimana tindakan selanjutnya?"

" Mbok..."

" Pilihan nya cuma 2, den Saga atau ___"  " stop....!! ngga mbok nggak, jauhkan pikiran itu," dengan cepat Saga menyela ucapan mbok Ratmi, ia tak mau mendengar kata selanjutnya.

" kalau begitu, kesampingkan ego nya dulu, lupain dulu semua,"  ucap mbok Ratmi sambil menepuk sebelah pundak Saga.

" Entahlah mbok, pusing banget aku, biarlah, nanti aku minta tolong Clara aja buat cari darah, sekarang aku mau siap - siap nyusul ke rumah sakit," Saga pun mulai berdiri dari duduknya, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum pergi dan mbok Ratmi juga keluar dari kamar Saga dan kembali ke dapur.

Hanya butuh setengah jam untuk Saga mempersiapkan diri.

" Mbok, aku nyusul ke rumah sakit dulu ya," Saga berteriak di depan pintu sambil menatap ke segala arah mencari mbok Ratmi.

" Aden sama siapa?" mbok Ratmi yang muncul dari dapur pun menjawab.

" Sama supir mbok."

" Yasudah hati - hati, semoga Elle cepet sembuh."

Saga berlalu begitu saja tanpa menjawab ucapan mbok Ratmi terlebih dulu, melihat tingkah Saga yang seperti itu mbok Ratmi pun menggeleng gelengkan kepalanya, " kapan berubahnya itu," sambil tersenyum.

Mobil yang di tumpangi Saga melenggang bebas di jalanan yang sepi, karena waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 jadi tak banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mobil Saga sampai di depan rumah sakit, ia turun langsung di kawal oleh 2 bodyguard yang sedari awal sudah berada di rumah sakit.
Meskipun rumah sakit terlihat sepi, tapi ia harus aman dari sorotan kamera, saat ini ia hanya menggunakan Hoodie dengan penutup kepala yang mampu menyembunyikan wajahnya.

Saga mengikuti langkah bodyguard dan masuk ke salah satu president suite room yang ada di rumah sakit tersebut.




To be Continue 🖊️🦋

Aku & KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang