Part 5

2 1 0
                                    

"Satu untuk berdua mah berbagi, tapi kalau poligami itu berbagi pasangan. Mana ada berbagi ibu dibilang poligami," jelas Natha.

"Seperti Osean yang punya dua ibu?" tanya Ayyana.

"Kalau keluarganya Osean beda cerita. Ayahnya menceraikan ibunya Osean dan baru menikah lagi. Kenapa juga aku harus menjelaskan hal begini ke kamu?" ucap Natha heran sendiri.

Ayyana mengangkat bahunya.

"Oh iya, kalian tadi ketemu Osean juga nggak? Tadi Bunda ketemu ibu barunya. Osean juga diterima di SMA kalian nanti," jelas Meisha.

Ayyana langsung menghambur ke depan. "Benarkah, Tante? Masa-masa SMA Ayya akan ada Osean. Senangnya..." ucap Ayyana girang.

"Benar. Anak itu sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang tinggi. Sepertinya lebih tinggi dari Natha. Sopan dan ramah juga. Suka olahraga ya Osean itu, nggak seperti Natha," ucap Meisha.

"Fisik Osean memang tidak bisa dibandingkan dengan Natha. Dulu waktu SD Osean suka banget main basket. Rasanya sudah lama banget nggak ketemu. Ayya kangen banget," ucap Ayyana jujur.

"Oh iya Nath, kamu ada kontak Osean yang baru nggak? Enam bulan lalu dia bilang ponselnya rusak," tanya Ayyana.

"Nggak," jawab Natha pendek.

"Tapi nggak apa juga sih. Minggu depan, kan, di sekolah bisa kutanya langsung," ucap Ayyana optimis.

Mobil Meisha sudah memasuki kompleks perumahan. Ayyana melihat jalan ke arah rumahnya terlewat. Namun, karena dia hanya menumpang tidak enak juga protes. Mobil langsung menuju rumah Natha. Bagi Ayyana harus berjalan kaki ke rumahnya dari rumah Natha sudah biasa.

"Ayya makan siang dulu d rumah Tante ya. Kakekmu masih survey ke lapangan kan? Pulangnya pasti malam," ucap Meisha sambil memarkir mobil di halaman rumah.

Natha seperti sudah tahu rencana Bundanya. Tidak ada kata protes. Lambung Ayyana pun tidak bisa ditoleransi lagi. Daripada pulang ke rumah hanya makan mie instan dan telor. Mending makan di rumah Natha minimal dapat asupan makanan bergizi.

"Iya, Tante," jawab Ayyana.

Ayyana menaruh tas sekolahnya di sofa. Membuka kancing bajunya di ruang tamu. Ayyana memiliki kebiasaan merangkap pakaiannya dengan kaus. Baginya itu hal biasa.

"Hei, kamu akan melakukan hal seperti itu di setiap ruang tamu orang?" tanya Natha.

"Kenapa?" tanya Ayyana heran.

"Apa salahnya melepas seragam? Lagipula ini sudah pulang sekolah. Tidak ada yang mengharuskan tetap memakai seragam," seru Ayyana.

"Terserah kamu." Natha terlihat tidak peduli.

"Ini kaus kelas satu SMP, kan? Tante ingat ini beli bareng Tante dulu. Sekarang Ayyana sudah besar sudah mau SMA loh, bajunya terlihat kekecilan. Pakai baju Tante aja ya pas muda dulu gimana? Masih bagus kok dipakai anak seusia Ayya," tawar Meisha.

Ayyana pun menurut. Akhirnya Ayyana memakai dress selutut berwarna hijau mint milik Meisha.

"Coba sekali-kali rambut Ayya diurai," saran Meisha yang sebenarnya sangat ingin memiliki anak perempuan untuk didandani seperti boneka. Ayyana baginya seperti anak perempuan yang diinginkannya selama ini.

Jepit rambut mutiara terpasang di rambut Ayyana. Tampak elegan dan menarik.

"Bun, Natha makan duluan ya?" seru Natha dari ruang makan.

Bersamaan dengan itu Ayyana keluar dari kamar Meisha dengan penampilan yang beda. Natha yang meilihatnya pun menganga.

"Awas ada lalat masuk," seru Ayyana.

Natha pun langsung tersadar, anak perempuan di depannya hanya berganti kulit sementara. Dalamnya tetap seekor singa yang siap menerkam kapan saja.

***

>>> Duhhh memang nggak bisa akur sebentar ini dua anak....

WHERE ARE YOU?Where stories live. Discover now