Part 15

2 0 0
                                    

Bel istirahat pertama sudah berdentang diiringi sorak para siswa. Ayyana dan Marissa sedang memakan tempe mendoan hangat dari kantin sekolah. Kelas mereka lebih dulu istirahat karena jam setelah olahraga kosong, mereka pun keluar mencari makanan ke kantin yang masih lenggang. Jajan tanpa berdesakan dengan siswa lain adalah anugerah karena sangat jarang terjadi. Mereka memutuskan kembali ke kelas untuk memakan tempe mendoan hangat itu.

Marissa tiba-tiba menyikut Ayyana.

"Kenapa?" tanya Ayyana.

"Your brother," ucap Marissa menunjuk dengan matanya.

Natha masuk ke ruang kelas Ayyana dan mendekati meja Ayyana. Tangan Ayyana langsung melindungi jajanan yang dia miliki. "Ini semua milikku," ucap Ayyana takut direbut Natha.

"Ah, aku sudah nggak makan makanan berminyak lagi. Bikin jerawat di muka seperti yang ada di jidat kamu itu," seru Natha menunjuk jerawat kecil di dahi Ayyana. Ayyana langsung menutupi dahinya. Mukanya merah karena marah.

Ayyana menghela napas, rasanya Natha semakin menyebalkan setelah masuk SMA.

"Ada apa menemuiku?" tanya Ayyana.

"Aku nggak datang buat ketemu kamu, Ay. Ris, ini script naskah yang harus kamu pelajari kata kakak kelas minta aku ngasih ke kamu. Bisa dibilang kamu yang jadi pemeran utamanya nanti. Jadi, harus banyak berlatih." Marissa menerimanya dengan sangat senang, pipinya sepertinya memerah karena malu.

"Kalau kamu berperan jadi apa nanti?" tanya Marissa. Ayyana tidak mengerti obrolan mereka dan tetap memakan tempe mendoannya dengan sangat lahap.

"Pemeran utama pria," jawab Natha.

"Bagaimana bisa? Kita akan berpasangan di naskah drama ini," ucap Marissa senang.

"Mungkin karena cuma kita berdua yang masuk klub teater di angkatan sekarang dan mereka hanya ingin menguji kemampuan kita saja."

"Tetap saja. Aku akan melakukan yang terbaik," ucap Marissa.

Natha hanya membalas dengan senyum tipis yang terlihat manis dan cool secara bersamaan. Ayyana sama sekali tidak dilihat Natha dalam obrolan itu. Ayyana membanting tempe mendoan yang tersisa ke meja setelah Natha pergi keluar kelas.

"Ay, kamu ada masalah?" tanya Marissa heran.

"Ya. Aku ada masalah." Ayyana keluar mengikuti Natha sambil berlari dan langsung menarik seragam putih Natha sampai seragam atasnya keluar berantakan, untungnya nggak sampai sobek.

"Kamu ada masalah apa sama aku?" tanya Ayyana sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. Gayanya sudah seperti preman dengan rambut yang dikucir atas.

"Tidak ada," jawab Natha pendek dengan muka innocent-nya. Ayyana tidak berhenti di situ.

"Terus kenapa kamu ninggalin aku tadi pagi?" tanya Ayyana.

"Aku ada jadwal piket kelas dan harus datang lebih pagi. Kamu nggak suka datang pagi, kan?" ucap Natha.

"Siapa bilang aku nggak suka datang pagi. Aku suka!" teriak Ayyana di kalimat terakhir membuat semua siswa di lorong kelas melihatnya.

"Kamu suka apa?" tanya Osean yang tiba-tiba ada di dekat mereka.

Ayyana saat melihat Osean seperti menjadi anak perempuan yang berbeda. Natha melihatnya seperti itu. Hanya di depan Osean, tingkah Ayyana menjadi lebih lembut dan penurut. Tidak pernah sekalipun sikap seperti itu ditunjukkan di depan Natha.

"Apa anak perempuan ini memiliki kepribadian ganda?" Natha membatin.

"Suka... main game. Aku ingin Natha mengajari aku. Aku nggak suka menjadi NPC. Lebih suka jadi player karena itu ingin belajar main game," ucap Ayyana keluar topik yang diobrolkan dengan Natha.

"NPC? NPC juga penting, mereka sangat membantu. Oh iya aku juga bisa ngajarin kamu," ucap Osean.

"Aku balik kelas dulu," ujar Natha merasa dirinya ada di luar obrolan.

"Eh, aku juga mau ke kelas, Nath. Tungguin bentar. Oh iya, kalau Ayyana mau belajar, pulang sekolah nanti aku main ke rumah. Nanti aku ajarin main game online," ujar Osean.

"Okay," jawab Ayyana cepat, rasanya apapun bila sama Osean tidak perlu dipikirkan. Ayyana hanya bisa mengiyakan.

"Okay. Sampai nanti pulang sekolah," ucap Osean.

***

WHERE ARE YOU?Where stories live. Discover now