"Aku sungguh tidak bisa pergi bersama kalian. Kamu dan Osean sudah cukup, kan? Dari dulu yang suka laut kan Osean bukan aku." Natha mengangkat kembali gelasnya.
"Airnya habis," ucap Ayyana, dengan cepat dia mengambil gelas dan mengisinya kembali lalu menyerahkan ke Natha.
"Kamu masih haus, kan? Aku mengambilkan minum khusus untukmu, Nath. Oh iya aku dari dulu ingin sekali bertanya, kenapa kamu nggak suka laut?"
"Aku tidak suka yang orang lain suka," jawab Natha.
"Kekanakan. Berarti kalau ada yang menyukaiku, kamu nggak akan menyukaiku lagi?" tembak Ayyana.
"Aku tidak pernah bilang menyukaimu." Natha berujar.
"Nath, jadi sebenarnya kamu nggak suka berteman denganku? Okay, fine! Aku mengerti sekarang."
"Berteman?" Natha bingung sendiri. Suka sebagai teman itulah yang dimaksud Ayyana. Tidak sama dengan yang dimaksud Natha.
"Selama ini aku salah menilaimu. Aku kira kita teman baik. Ternyata kamu tidak sekalipun menganggapku teman. Tidak sekalipun menyukaiku sebagai teman. Aku tidak akan mengganggumu lagi," ujar Ayyana, "Aku sungguh-sungguh tidak akan mengganggumu lagi." Ayyana kembali menekankan.
Natha masih mencerna apa yang diucapkan Ayyana. Sebenarnya Ayyana masih menunggu supaya Natha minta maaf atau berkata ucapannya tidak benar. Namun, Natha membenarkan semua kalimat yang keluar dari mulutnya dengan satu jawaban singkat.
"Okay," jawab Natha pendek.
"Okay?" Ayyana masih tidak percaya. Ruangan sudah semakin gelap. Matahari sudah bergeser jauh ke barat. Ayyana mengepalkan tangannya. Entah kenapa dia merasa marah, kesal dengan anak laki-laki yang sedang duduk di depannya tanpa ekspresi. Ada keheningan yang cukup lama sampai Ayyana memutuskan pulang.
"Jangan merindukanku," ucap Ayyana sebelum meninggalkan ruangan gelap itu.
"Tidak akan." Ayyana dengan jelas mendengar jawaban Natha.
Natha diselimuti kegelapan yang semakin pekat seperginya Ayyana. Dia masih duduk di ruang makan. Sampai orang tuanya pulang.
"Nath, lampu rumahnya kenapa belum dinyalain?" seru Ayah dari pintu depan.
"Kamu baru bangun tidur? Jangan bilang sholatnya terlewat," kritik Bunda mendapati anaknya sedang duduk di meja makan seperti orang linglung.
"Kenapa cuma perempuan yang ada libur sholat?" tanya Natha acak.
"Karena...." Sebelum Bunda menjawab, Natha kembali ke kamarnya.
"Jangan lupa sholat maghrib, Nath!" perintah Ayah.
"Hemm...," Natha bergumam.
***
YOU ARE READING
WHERE ARE YOU?
RomancePersahabatan Ayyana dengan kedua teman masa kecilnya Osean dan Natha hingga dewasa memiliki beragam rasa. Momen pertemuan dan perpisahan sangat dekat dengan mereka. Ketika ada yang kembali, di saat yang sama ada yang harus pergi. Namun, siapakah yan...