Natha melihat Osean dengan tatapan penasaran di perjalanan menuju ruang kelas. Keramahan dan kelembutan Osean sejak kecil mungkin yang membuat orang-orang di sekitarnya bersikap lembut kepadanya. Sesuatu yang ada di dalam diri seseorang. Tidak bisa di-copy atau ditiru. Karakter bawaan itu mendarah daging, tidak bisa disalurkan ke orang lain.
"Kamu sebenarnya ngobrolin apa dengan Ayyana tadi?" tanya Osean di luar dugaan.
"Game?" Natha tidak yakin dengan ucapannya, mulutnya hanya mengikuti apa yang diucapkan Ayyana sebelumnya.
"Apa Ayyana bilang suka ke kamu dan kamu menolaknya?" tanya Osean masih tidak percaya obrolan Natha dan Ayyana sebatas game. Dari ekspresi Ayyana terlihat sangat kesal sebelumnya.
"Hah? Ayya suka ke aku? Rasanya kiamat sudah semakin dekat kalau itu terjadi. Dia hanya kesal karena aku tinggal tadi pagi," jawab Natha jujur akhirnya.
Natha tahu Osean bukan tipe yang mudah percaya kecuali ada bukti di depannya. Kemungkinan lain bila dia mendengar dan melihatnya sendiri. Sebelumnya Osean hanya mendengar penggalan terakhir kalimat Ayyana 'Aku suka!' dengan sangat tegas. Dari dua kata itu tertafsir banyak hal di otak Osean.
"Ayyana terlihat sangat kesal. Dia pantas untuk kesal. Mungkin dia sudah menunggu kamu juga, tapi kamunya malah ninggalin dia. Sejak SD dia selalu yang menunggu kamu. Dia tidak akan pulang sekolah sebelum kamu keluar kelas. Dia juga tidak akan berangkat sebelum kamu menjemputnya. Dia selalu seperti itu. Mungkinkah saat SMP dulu juga masih suka nungguin kamu?" tanya Osean.
"Aku tidak ada kewajiban untuk berangkat dan pulang bareng dia. Sudah saatnya dia berubah. Kita sudah bukan anak kecil lagi," jawab Natha, tidak memberi tanggapan terhadap pertanyaan Osean.
"Kamu sedang menyukai seseorang?" tanya Osean yang masih penasaran kenapa Natha membuat jarak dengan Ayyana.
"Tidak," jawab Natha cepat.
"Perubahan mendadak itu tidak menyenangkan, Nath. Bayangkan yang tadinya cuaca cerah di pagi hari ini, tiba-tiba saat kita pulang sekolah turun hujan lebat. Karena kita tidak tahu akan turun hujan. Jadi, kita tidak membawa payung atau jas hujan. Pada akhirnya kalau kita paksakan menerabas hujan itu karena ingin cepat sampai di rumah. Mungkin kita bisa jatuh sakit. Terkena flu atau deman," jelas Osean.
"Aku selalu bawa payung di tasku entah cuaca cerah ataupun hujan," jawab Natha.
"Apa semua orang seperti kamu, Nath? Menyiapkan semuanya seolah sudah memprediksi apa yang akan terjadi di depan nanti."
"Memperkirakan dengan logika itu rumus matematika. Kita mempelajarinya. Tidak salah bila diterapkan. Bukankah itu gunanya kita belajar dan sekolah?" ujar Natha.
"Kamu sangat penuh perhitungan, tapi perasaan itu tidak bisa dihitung dengan angka atau diukur dengan logika. Sebaiknya kamu menghargai apa yang ada di dekatmu sekarang."
"Apa yang ada di dekatku belum tentu milikku. Daripada merasakan kehilangan karena pernah memiliki. Bukanlah lebih baik tidak pernah memiliki sama sekali," ucap Natha.
"Andai aku bisa seperti kamu, tetapi aku ingin sekali merasakan memiliki. Meskipun, mungkin aku tidak bisa menggenggam apa yang ingin aku miliki dalam waktu yang lama."
"Untuk apa memiliki bila pada akhirnya ingin melepaskan. Bukankah lebih baik melepaskan dari awal, sehingga tidak ada orang lain yang tersakiti atau kehilangan. Kamu tahu, saat kamu pindah ketika SD dulu, Ayya terus menerus menanyakan keberadaanmu. Dia menangis setiap malam seolah sebagian dunianya telah hilang. Lalu, hanya dengan satu panggilan darimu dia kembali ceria lagi, tertawa lagi, dan menjadi Ayya yang hari ini." Kenang Natha dalam setiap ucapannya.
"Osean, kini kamu kembali. Aku harap kamu tidak pergi lagi dan tidak meninggalkan luka di hati Ayya untuk kedua kalinya," pinta Natha.
"Aku juga berharap bisa menetap lama, tapi bukan kita yang memiliki kehendak. Semesta selalu memiliki kejutan-kejutan yang tidak bisa kita prediksi," jawab Osean.
"Apa maksudmu?" tanya Natha.
>>>Hidup memang penuh kejutan gaes...
Apa maksud perkataan Osean ya?
YOU ARE READING
WHERE ARE YOU?
RomancePersahabatan Ayyana dengan kedua teman masa kecilnya Osean dan Natha hingga dewasa memiliki beragam rasa. Momen pertemuan dan perpisahan sangat dekat dengan mereka. Ketika ada yang kembali, di saat yang sama ada yang harus pergi. Namun, siapakah yan...