23; Malam minggu.

40 6 2
                                    

Kini, Haechan dan kediaman rumah Renjun tengah berdiri di depan rumah milik Renjun.
"Ini si Renjun kapan sih dateng nya, lama amat." protes Haechan seraya berkacak pinggang.
Tak lama sehabis Haechan protes, Renjun membuka pintu rumah, lalu berpamit ke pada kedua orang tua nya.
"Njun pergi dulu ya ma, pa!" seru Renjun ke pada orang tua nya, di balas lambaian oleh kedua orang tua nya.

Pintu rumah itu tertutup, berlalu Renjun berjalan menghampiri Haechan.
"Haechan-ah, lo udah nunggu lama?" tanya Renjun basa-basi, seraya memakai helm.
"Ga terlalu sih, baru aja tadi sampai." jawab Haechan bohong. Padahal sudah hampir se-jam ia menunggu pujaan hati nya. Tapi, tak apa. Selagi orang yang ia tunggu masih di cintai nya, tidak apa.
"Ya udah, yuk pergi." ucap Haechan, saat Renjun naik ke jok belakang.
"Let's gooo,"

< Best Part. >

Saat ini, Haechan dan Renjun menepi untuk membeli pecel lele di pinggir jalan. Kata nya buat ngisi perut laper.
Haechan membuka helm, Renjun pun sama. Renjun pergi duluan untuk memesan, sementara Haechan mencari tempat duduk. Lumayan ramai.
"Yailah, pake rame segala." ujar Haechan. Tak ada tempat untuk duduk.

Renjun kembali, "gimana? Ga nemu ya tempat duduk nya?" tanya Renjun.
"Iya nih, tapi ada kursi dua kosong. Kagak ada meja nya, ga apa-apa?" tanya balik Haechan. Merasa tak enak.
"Iya, gapapa. Selagi kita bisa duduk." jawab Renjun, mengambil tempat duduk tersebut lalu duduk tanpa meja. Haechan pun sama, di sebelah Renjun.
"Sekarang malem minggu ya? Kagak kerasa.." ujar Haechan melihat bulan rembulan yang mencahaya kan bumi.
"Masih inget ga waktu lo ketemu sama gue?" tanya Renjun, aish! Topik ini lagi!
"Astaga Renjun, bener-bener ya lo!" kesal Haechan.

"Mang ngapasi? Malu ya lo?"
"Pake tanya,"
Yang lebih tua tertawa terbahak-bahak. Astaga! Bikin Haechan jengkel seru juga!
"Pesanan 34!" seruan penjual memanggil nomor antrian Renjun.
"Eh tunggu, gue ambil dulu pesenan nya." "Oke."
Renjun mengambil pesanan nya, untung saja ia bungkus makanan nya. Karna ia pasti mempunyai insting yang kuat. Pasti penuh.
Haechan menyalakan motor lalu memakai helm nya. Renjun pun sudah, malah duluan dari nya.

Motor Haechan membelah jalanan Bandung yang begitu ramai. Karna sekarang sudah menunjuk kan pukul 21.00 Bandung biasanya kalau malam minggu itu pasti ramai. Jadi tak heran kalau di tempat wisata Bandung akan selalu ramai.
"Macet banget, monyet!" seru Haechan, ia sudah marah sekali.
"Kenapa, Chan?" tanya Renjun, ia condong kan badan nya untuk mendengar lebih jelas.
"Macet banget, ga kuat gue." jawab Haechan.
"Iya nih, capek banget."

< Best Part. >

Haechan memilih untuk makan di taman yang sepi. Karna ia bilang ga mau denger teriakan anak kecil ga jelas.
Renjun membuka bungkus pecel lele tersebut, Haechan sudah makan duluan.
"Eh tau ga? Pecel lele makan nya apa." ujar Renjun.
"Tai." jawab Haechan enteng.
"Kok lo ga mual?" tanya Renjun.
"Gue laper." jawab Haechan.
"Kalau ga laper mungkin gue udah muntahin nih taman." ucap Haechan, mampu yang lebih tua tertawa terbahak-bahak lagi. Haechan kalau jawab itu ada aja.

Selesai makan, Haechan membuang bungkus itu ke tempat sampah. Duduk kembali di taman itu, menikmati sepoi-sepoi angin malam. Di susul Renjun, ia pun kembali duduk seraya meminum botol.
"Angin nya dingin banget, dah." kata Haechan. Padahal ia sudah pakai jaket.
"Iya ya." jawab Renjun, ia letakkan botol minum nya di sebelah kanan nya.
"Butuh pelukan,"
"Pelukan uang."
"Babi lo, gue udah lentangin tangan gue!" ujar Haechan.
"Hahahaha! Lagian, gue belum selesai ngomong udah mau peluk gue."
"Eh tapi boleh sih, pelukan yuk." kata Renjun.
"Ga deh, gue cukup sakit hati." jawab Haechan, drama.
"Yaelah, gue getok pala lu lama-lama tsundere gini." ucap Renjun, tanpa berfikir lama, ia memeluk badan Haechan. Hangat.

Haechan cukup lama tak membalas pelukan tersebut, disaat ia ingin membalas pelukan tersebut, Renjun menyudahi pelukan itu.
Terlihat tangan Haechan yang ingin membalas pelukan tersebut, "telat lo, ulang-ulang!" seru Renjun, ia memeluk Haechan kembali.
Haechan membalas pelukan tersebut. Kedua nya merasa kan kehangatan sekarang. Sungguh hangat, hanya pohon dan bulan yang melihat mereka berpelukan romantis seperti ini.

Andai saja hubungan mereka tidak HTS. Mungkin sudah melakukan lebih dari pelukan.

***

hms maaf ya uthor jarang up, ga ada idea. Uthor usaha in up lebih cepet biar end nya lebih cepet...

VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE

Best Part. √ &lt; hyuckren &gt; Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang