Sudah tiga hari Garvi tinggal bersama keluarga baru bundanya. Hari, jam bahkan menit terasa begitu berat dan lambat. Hari-harinya dipenuhi oleh rasa canggung dan ketidaknyamanan, namun satu hal yang sedikit meredakan kecemasannya adalah kenyataan bahwa kakak tirinya, Gio, jarang sekali berada di rumah. Lelaki itu pergi ke kampus setiap pagi dan pulang menjelang sore, tapi tak lama kemudian, Gio kembali meninggalkan rumah dengan berbagai alasan. Seolah rumah ini hanyalah tempat persinggahan baginya.
Garvi merasa sedikit lega. Setidaknya, kehadiran bundanya yang selalu berada di sisinya membuat Gio enggan untuk terlalu mengusiknya. Bunda selalu memastikan bahwa Garvi merasa aman dan terjaga, walaupun bundanya itu tak pernah mengetahui apa yang terjadi di balik wajah Gio yang penuh kepura-puraan.
Meski siang hari memberikan sedikit kelegaan, berbeda cerita pada malam hari yang menjadi mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Saat semua orang di rumah sudah terlelap, ketika suasana sepi dan senyap, Gio kedapatan diam-diam menyelinap ke kamar yang ditempati olehnya seperti bayangan gelap yang terus menghantui Garvi dengan segala ancamannya. Ia tahu dirinya tidak diinginkan di rumah ini, dan kakak tirinya itu tidak akan berhenti sampai ia benar-benar pergi.
Seperti malam-malam sebelumnya yang tak pernah memberikan ketenangan untuk Garvi, setelah seharian mengurung diri di kamar, Garvi akhirnya keluar juga meski dengan perasaan enggan. Bunda memaksanya untuk ikut bergabung makan malam bersama. Sebenarnya, Garvi tidak ingin bergabung, tetapi tekanan dari bunda begitu kuat sehingga ia tak punya pilihan.
Langkah kakinya berat saat ia berjalan menuju ruang makan. Saat dirinya memasuki ruang makan dengan dipapah oleh bundanya, suasana yang awalnya sudah canggung berubah menjadi lebih tidak nyaman. Matanya langsung tertuju pada dua sosok paruh baya yang duduk di ujung meja. Wajah mereka menunjukkan ekspresi rak bersahabat, tapi Garvi tahu betul siapa mereka—orang tua dari suami baru bunda, kakek dan nenek tiri yang baru saja ia temui untuk pertama kalinya.
Garvi merasa semakin terasing di rumah ini. Ia duduk di salah satu kursi dengan canggung, berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat suasana menjadi lebih tidak nyaman. Suara obrolan yang riuh di antara mereka seolah tidak sampai ke telinganya. Yang bisa ia rasakan hanyalah rasa sesak di dadanya, dan keinginan untuk segera kembali ke kamar, tempat di mana ia merasa sedikit lebih aman dari semua ini.
Ketika bunda memperkenalkannya pada kakek dan nenek tirinya, Garvi hanya bisa mengangguk kecil, tanpa banyak kata. Baginya, orang-orang ini hanya tambahan baru dalam hidupnya yang sudah rumit, bukan bagian dari keluarga yang sebenarnya ia harapkan.
"Kenapa kamu masih mau ikut mengurus anak penyakitan seperti dia?" ujar nenek itu dengan nada dingin, tak berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya.
Kalimat itu tentu begitu tajam, menusuk perasaan Garvi yang sudah rapuh. Garvi tertegun, sementara bundanya hanya bisa terdiam, mengeratkan genggamannya di lengan Garvi.
Suami baru bunda yang mendengar ucapan ibunya, hanya berdehem pelan. "Ini hanya sementara," katanya dengan nada datar, "sampai ayah kandungnya pulang dari perjalanan kerja." Jawaban itu terdengar begitu ringan seakan keberadaan Garvi hanyalah beban sementara yang suatu saat akan disingkirkan.
Garvi menunduk, mencoba menahan gejolak emosi yang perlahan-lahan menguasai dirinya. Ia merasa seolah bukan bagian dari keluarga ini, lebih seperti tamu yang tidak diinginkan. Makan malam itu berjalan dengan lambat, dan selama itu pula neneknya terus melontarkan komentar-komentar yang menyakitkan—menyindir keadaannya, bahkan keberadaannya di rumah itu.
"Anak sepertinya hanya akan merepotkan," nenek itu berkata di sela-sela suapan makanannya, sambil melirik Garvi seolah ia adalah sesuatu yang tak diinginkan di meja tersebut. Kata-kata itu terasa seperti pisau yang menusuk hatinya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garvitara
FanfictionIni hanya kisah seorang Garvitara yang mencoba menjadi bintang kebanggaan seperti yang diharapkan bunda. Disclaimer: ☆ 100% fiksi ☆ Slow update ☆ Terdapat kata-kata kasar/umpatan⚠️ ☆ Jika ada kesamaan nama tokoh, latar tempat maupun alur itu murni k...