"...Garvi?"
"Astagaa kenapa malah dicuci? Kan Bibi sudah bilang, biar Bibi yang bereskan." Ucap Bi Ratna dengan sedikit panik sambil menghampirinya.
"Ga apa, Bi. Cuma satu piring doang ini udah selesai." Kemudian ia meletakkan piring yang sudah bersih ke dalam rak pengering.
"Bi, aku boleh keliling rumah ini?" Tanya Tara.
"Tentu, ini rumah orang tua mu, tak perlu meminta ijin. Mau Bibi temani?" Tawar Bi Ratna.
"Ga ngerepotin? Tapi ini udah malem, Bibi pulang aja, kata Pak Bagus biasanya sore udah pulang." Dirinya kembali memastikan.
"Gapapa ayo, sore udah pulang karena di rumah ini ga ada siapa-siapa. Biasanya jika ada tuan Yudhis dan tuan Sangga di rumah, bibi kadang menginap di sini." Jawab Bi Ratna sambil meletakkan makanan yang masih tersisa banyak ke dalam kulkas.
"Ah gitu. Ayah jarang di rumah ya? Biasanya berapa kali pulang ke rumah?" Tanyanya, ia jadi penasaran kehidupan sang Ayah.
"Tuan Yudhis memang sibuk, sering keluar negeri untuk mengurus cabang perusahan miliknya di sana. Dalam sebulan biasanya hanya 2 kali pulang. Itupun hanya menetap sebentar lalu kembali ke sana." Jelas bi Ratna.
"Jadi Ayah punya cabang perusahaan di luar negeri? Aku kira sekedar kunjungan aja. Di mana tuh, Bi?" Tara kembali bertanya.
"Di Paris, belum lama ini buka cabang kalau tidak salah ingat mungkin baru sekitar 6 bulan yang lalu."
Paris ya? Sewaktu dirinya masih di bangku sekolah dasar, ia memiliki keinginan untuk berlibur bersama keluarga kecilnya ke ibu kota perancis itu. Berawal dari dirinya menonton film Ratatouille ia jadi ingin mengunjungi Gusteau's dan bertemu dengan Remy, si koki tikus itu. Jika diingat kembali, keinginan Garvi kecil memang konyol.
"Ah begitu, kalau... kak Sangga? Jarang pulang ke sini juga?" Kali ini ia bertanya mengenai kakaknya itu.
"Jarang, tapi setidaknya lebih sering dari pada tuan Yudhis. Biasanya jika ada kelas kosong ia akan pulang dulu sebentar untuk menghabiskan waktunya di rumah." Jelas Bi Ratna.
Tara menganggukan kepala.
"Ngomong-ngomong keliling rumahnya jadi ga nih?" Bi Ratna membuka suara saat dirinya tiba-tiba melamun.
"Ga usah deh, Bibi Isitirahat aja, atau mau pulang? aku bisa keliling sendiri nanti." Dirinya berubah pikiran.
"Beneran ga jadi?" Bi Ratna memastikan.
"Iya Bi seriusan, besok lagi aja." Jawabnya.
"Ya udah, kalau butuh sesuatu panggil aja, Bibi bakalan nginep di sini. Kamar Bibi ada di belakang sana." Tunjuk Bibi ke arah belakang.
"Oke siap, kalo gitu aku ke kamar dulu ya. Selamat istirahat, Bi." Pamitnya.
-
Setelah menutup rapat pintu kamarnya, ia segera mengambil ponsel. Beberapa pesan dan panggilan tak terjawab memenuhi notifikasinya. Pada urutan paling atas ada pesan atas nama Juan, sahabatnya, lalu pada urutan ke dua ada nomor yang tak dikenal mencuri perhatiannya membuat dirinya tanpa pikir panjang segera membuka ruang obrolan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garvitara
FanfictionIni hanya kisah seorang Garvitara yang mencoba menjadi bintang kebanggaan seperti yang diharapkan bunda. Disclaimer: ☆ 100% fiksi ☆ Slow update ☆ Terdapat kata-kata kasar/umpatan⚠️ ☆ Jika ada kesamaan nama tokoh, latar tempat maupun alur itu murni k...