Juan, sahabatnya itu tak pernah absen menengok. Lelaki itu datang setiap sore atau setelah perkulihan selesai dengan membawa cerita dan berbagi tawa meskipun ada rasa sedih yang mengintip di sudut-sudut percakapan mereka.
Bundanya, yang selalu menjadi tempat bersandar kini jarang menjenguk. Padahal biasanya setiap pagi wanita itu datang mebawakan makanan kesukaannya, tapi sudah satu pekan wanita itu tidak terlihat lagi untuk sekedar menjenguk Garvi. Wanita itu hanya mengirimkan pesan itupun rasanya seperti ada dinding tak terlihat yang menghalangi mereka. Garvi merasa kehilangan. Walaupun sempat ada rasa kecewa, Ia tetap merindukan perhatian dan kata-kata penyemangat yang biasa diberikan oleh Bundanya.
Ayahnya masih dalam perjalanan bisnis yang tak kunjung usai, pekerjaannya yang menuntut membuatnya terjebak dalam rutinitas yang tak terhindarkan. Sementara Sangga, kakaknya itu terjebak dalam kesibukan masa Koasnya. Garvi tentu merasa hampa, seolah ada ruang kosong di hatinya yang tak bisa diisi oleh siapapun.
Garvi yang memang mengalami gangguan motorik akibat ada gangguan pada sistem saraf yang disebabkan cedera pada kepalanya itu sudah menjalani berbagai perawatan termasuk melakukan fisioterapi untuk melatih kembali kemampuan yang mengalami gangguan karena rusaknya sistem saraf yang dialaminya. Tak hanya itu, dirinya juga melakukan terapi kognitif dan psikologis untuk mengatasi gangguan dalam perilaku, daya pikir, konsentrasi, atau emosi yang terjadi setelah cedera kepala.
Di setiap rangkaian perawatan yang ia jalanin terasa begitu berat. Ada kalanya dirinya merasa lelah dengan itu semua, merasa frustasi, kecewa dan putus asa dengan keadaannya yang sekarang. Namun, Garvi berusaha untuk tetap sabar. Ia tahu bahwa proses pemulihan ini membutuhkan waktu dan ketekunan.
Hari-hari berlalu, rasa kecewa yang Garvi rasakan perlahan mulai pudar. Ia menyadari bahwa meskipun keluarganya tidak selalu di sampingnya, ia harus tetap berfokus pada perjalanannya menuju kesembuhan. Dan satu persatu kemajuan kecil mulai terlihat. Garvi mampu bergerak dengan lebih leluasa, juga kondisi mentalnya yang mulai membaik.
Dan ketika hari yang ditunggu tiba, setelah hampir satu bulan menjalani perawatan di rumah sakit, Garvi akhirnya mendapat kabar baik. Dokter memberinya izin untuk pulang dan melanjutkan perawatan di rumah dengan catatan bahwa ia belum diperbolehkan melakukan kegiatan berat, termasuk kuliah. Memang setelah dirinya menjalani operasi, ayahnya itu menyetujui saran dokter agar dirinya mengajukan cuti kuliah selama 2 bulan sampai keadaannya benar-benar pulih, dan hal itu yang membuat pikirannya diselimuti rasa berat.
Ceklek
Suara pintu yang berderit pelan mengalihkan perhatian Garvi dari layar ponselnya. Ia mengangkat kepala dan melihat ke arah pintu ruangannya. Di sana, bundanya berdiri dengan senyum tipis di wajahnya. Setelah satu pekan tidak menjenguknya, Amara memang menawarkan diri akan menjemput dirinya untuk membawa ia tinggal sementara di rumah suami baru bunda mengingat di rumah Ayahnya itu tidak ada orang.
“Bunda akan mengurus administrasi sebentar. Tunggu di sini, ya.” kata bundanya tanpa memasuki ruangan. Hanya berdiri di ambang pintu, seolah terburu-buru.
Garvi mengangguk pelan, matanya mengikuti punggung bundanya yang menghilang di balik pintu. Ada sesuatu yang tidak nyaman dalam suasana itu, tapi ia berusaha menepisnya dan kembali meraih ponselnya. Namun, sebelum sempat sepenuhnya tenggelam dalam layar, pintu kembali terbuka.
Kedatangan seseorang membuat Garvi menoleh cepat, dan perasaannya langsung merosot ketika melihat siapa yang datang. Di depan pintu kini berdiri Gio, kakak tirinya, dengan senyum sinis yang tidak pernah meninggalkan bibirnya.
“Lo?” Garvi berkata pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Dadanya mulai berdegup kencang. “Ngapain lo di sini?”
Gio melangkah masuk, menutup pintu perlahan di belakangnya. Langkahnya tenang, tapi jelas ada sesuatu yang tersembunyi di balik gerakan halusnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garvitara
FanfictionIni hanya kisah seorang Garvitara yang mencoba menjadi bintang kebanggaan seperti yang diharapkan bunda. Disclaimer: ☆ 100% fiksi ☆ Slow update ☆ Terdapat kata-kata kasar/umpatan⚠️ ☆ Jika ada kesamaan nama tokoh, latar tempat maupun alur itu murni k...