4. Mauvais jour

1.2K 111 7
                                    

Tara mengerjabkan matanya berkali-kali sambil mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan. Ia segera menegakkan tubuhnya saat merasa asing dengan tempat yang sedang dirinya tempati, ini bukanlah kamarnya. Tapi setelah beberapa detik kemudian ia meluruhkan kembali badannya, ia baru ingat jika dirinya sudah tidak tinggal di rumah Bunda.

Pukul tujuh lebih sepuluh menit terpampang jelas pada jam yang berada pada dinding kamarnya. Ia menguap lalu meregangkan badan sebentar setelahnya beranjak menuju ke arah meja disampingnya untuk mengambil ponsel.

Tara berdecak kesal saat membaca pesan dari obrolan grup angkatan fakultasnya itu. Hari ini hari terakhir kegiatan Porsema dan semua mahasiswa wajib datang untuk mengikuti rangkaian acara dari awal yang akan di mulai pukul 8 pagi hinggal akhir nanti. Masih ada waktu 50 menit lagi untuk dirinya bersiap.

Setelah selesai mandi, dengan terburu-buru Tara melangkahkan kakinya ke luar kamar bertepatan dengan sang kakak yang secara kebetulan juga keluar dari kamar milik lelaki itu. Keduanya saling bertatap sesaat namun setelah itu Tara menutuskan untuk segera pergi dari sana. Pertemuan pertama mereka kemarin malam yang cukup buruk membuat dirinya semakin dilanda rasa canggung.

"Mau kemana lo? Ga usah minggat cari tempat lain, ayah bisa marah kalau tau lu beneran minggat dari sini." Suara kak Sangga terdengar, dirinya menoleh kebelakang, kakaknya itu melayangkan tatapan meminta jawaban.

"Lo ga keberatan gue tinggal di sini, kak?" Dengan hati-hati ia bertanya.

"Dari awal ga ada yang bilang keberatan." Kak Sangga menggedikkan bahunya.

"Oke! jadi gue boleh tinggal di sini kan?" Ucapnya dengan antusias.

Kakaknya terlihat menganggukan kepalanya, tanpa mengucapkan kalimat lagi lelaki itu segera berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah, kakaknya kembali berbalik menghadap ke arahnya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi. Kalau mau keluar jangan pulang terlalu malem. Kemungkinan ayah sampe malem ini." Perintah kakaknya.

"Ya mau ke kampus lah, mau kemana lagi? Tapi kayaknya bakalan sampe malem." Jawab Tara.

"Lo kuliah?" Sangga mendekat lagi ke arahnya.

"Bunda ga semiskin itu buat kuliahin gue." Sewot Tara.

"Maksud gue lu udah kuliah? tampang lo masih kaya bocil SMA."

"Lu ngatain gue bocil?" Geram Tara.

"Nah itu bocil langsung marah." Setelah mengucapkan itu, kakaknya segera pergi dari hadapannya.

Tara mendengus kesal. Kakaknya masih sama seperti dulu. Tetap menyebalkan.

Setelah sampai di lantai bawah, ia bawa langkah kakinya menuju ruang makan untuk sekedar mencari roti untuk mengganjal perutnya. Di sana sudah ada kak Sangga yang mengajaknya untuk sarapan bersama hanya saja ia terpaksa menolak untuk sarapan karena waktu yang ia miliki sangat sedikit, dirinya harus segera berangkat menuju kampus sebelum ia terkena omelan teman-teman kelasnya itu, jadi ia memutuskan untuk mengambil roti yang ada di sana untuk dimakan diperjalanan nanti. Selain itu juga dirinya sedang tidak mood untuk sarapan, saat bangun tadi perutnya terasa tidak nyaman.

"Makasih bang"

Tara mengucapkan terima kasih sambil menyerahkan helm kepada driver ojek online itu. Dirinya memutuskan untuk menggunakan ojek online karena Juan tidak bisa menjemputnya, lelaki itu akan telat karena baru bangun dari tidurnya. Ditambah ia belum memiliki kendaraan, selama tinggal bersama bunda dirinya juga tidak diberikan izin untuk membawa kendaraan oleh bundanya.

Jika dilihat dari rangkaian acara yang dibagikan oleh panitia, hari ini tersisa 2 lomba yang masih berlanjut. Lomba Band yang diselenggarakan di aula, dan Final Basket yang diadakan di gedung olah raga. Tara memutuskan untuk langsung pergi menuju gedung olah raga untuk menonton kelasnya yang akan segera bertanding di final ini.

GarvitaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang