Pagi harinya, direktur akademi musik yang juga adalah papa Johnny datang bertamu, Mingyu menemuinya di ruang tamu keluarganya.
"Bagaimana kondisi tanganmu, Mingyu?" sang direktur, bertanya dengan hati-hati.
Mingyu menyandarkan tubuhnya dengan santai di sofa, tersenyum dengan ekspresi datar.
"Aku pasti akan bisa bermain biola lagi."
Sang direktur pun menganggukkan kepalanya, "Aku percaya kau akan pulih seperti semula Mingyu, kau adalah pemain yang sangat berbakat dan tiada duanya di dunia ini. Lagipula, konser tunggal yang sedianya akan diadakan untuk menghormatimu akan berlangsung bulan depan. Kau tidak melupakannya kan?"
Terus terang Mingyu melupakannya. Dia terlalu sibuk dengan segala hal yang terjadi di sekitarnya hingga lupa bahwa bulan depan akan ada event penting baginya.
Konser itu sudah direncanakan sekian lama, hampir setahun yang lalu, sebuah konser besar di gedung orkestra terbesar di negara ini, dengan menggandeng tiga orkestra terkenal untuk mendampingi Mingyu memainkan konser violin tunggalnya. List tamunya bahkan sudah penuh sampai mencapai daftar tunggu yang begitu lama, kebanyakan dipenuhi oleh orang-orang hebat di dunia musik, dalam dan luar negeri.
Konser tunggal dari Mingyu amat sangat ditunggu-tunggu, sebuah kesempatan langka untuk mendengarkan permainan jenius sang violinist yang mungkin tidak ada duanya di dunia ini.
Dan Mingyu melupakannya, dia mengerutkan keningnya. Konser itu menambah tekanan di dalam dirinya, itu berarti dia punya batas waktu untuk menyempurnakan kesembuhannya. Dia harus sembuh dengan sempurna untuk menghadapi konser tersebut.
"Aku pasti akan siap." Mingyu tersenyum, menutupi perasaannya dan memasang wajah tenang.
Sang direktur pun menatap Mingyu dengan serius. "Mingyu, kau tidak boleh memaksakan diri, aku tahu bahwa luka di urat tangan bagi seorang pemain biola sangat krusial hingga kadang memerlukan waktu yang lama untuk pulih kembali. Kalau kau memang belum siap, aku bisa mengusahakan untuk memundurkan konser besar itu..."
"Aku siap." Mingyu menjawab mantap. Dia tidak akan menyerah pada rasa sakitnya dan berlama-lama meratapi diri, konser tunggal yang akan dilakukan bulan depan akan menjadi pendorong yang sangat bagus bagi kesembuhannya. Lagipula Mingyu tidak ingin mengobarkan api pada gosip yang telah kian memanas. Di luar sana, spekulasi bertebaran di mana-mana, semua mempertanyakan kemampuan Mingyu bermain biola, kalau konser itu sampai diundur, semua orang pasti akan berkesimpulan bahwa Mingyu kehilangan kemampuannya bermain biola.
Lelaki itu tersenyum. Ini kesempatan bagus, dia akan menggunakan konser itu untuk menjawab semua pertanyaan yang bertebaran.
_________
Seungcheol segera mengangkat teleponnya ketika melihat Lucas yang menelepon ponselnya.
"Halo Johnny?"
"Halo Seungcheol." Suara Johnny tampak tenang dan lembut seperti biasa, "Apa kabarmu? Kenapa kau tidak memberi kabar?"
Seungcheol tersenyum, merasa bersalah. Biasanya dia memang selalu menelepon Johnny atau setidaknya mengirimkan pesan, tetapi kemarin dia terlalu disibukkan dengan penyesuaian dirinya tinggal di rumah Mingyu, pun dengan perasaannya yang terus menerus cemas akan kemampuan Mingyu bermain biola lagi, membuat dia hampir-hampir tidak memikirkan Johnny sama sekali.
"Maafkan aku Johnny, agak sibuk di sini. Tetapi aku sehat-sehat saja." Gumam Seungcheol ceria.
Sejenak hening di luar sana, lalu Johnny bergumam.
"Kau merasa senang ya di sana? Di rumah Mingyu?"
Seungcheol mengangkat bahunya, "Aku diperlakukan dengan baik di sini." Seketika Johnny mengajukan pertanyaan, menyadari ada yang berbeda di balik suara Johnny, "Ada apa Johnny? Kau tampaknya banyak pikiran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Chord (GyuCheol) ✔️
FanficKim Mingyu X Choi Seungcheol •••• Remake from novel "Embrace the Chord" by Shanty Agatha. Presented by @sebirulaut_