Hari ini Anne kembali menggantung foto terbaru Sera yang tengah mengenakan gaun. Foto itu di ambil orang suruhannya tadi siang. Tepat saat Sera dan Shayne melakukan fitting baju. Anne tersenyum tipis. Dan melangkah mendekat pada Nathan. Memberikan kecupan kecil di pelipis Nathan dan kemudian menarik kursi untuknya duduk. Anne sudah berulang kali membujuk Sera agar mau menemui Nathan. Tapi sayangnya Sera selalu menolak.
"Kalau kamu cinta sama Sera. Kamu buktikan. Kalau kamu terus-terusan kayak gini. Kamu bakal kehilangan Sera. Minggu depan Sera menikah. Aku bisa lepasin kamu buat Sera. Tapi, kamu harus bangun. Kamu buktikan kalau kamu beneran sayang sama dia. Aku sama Gio ikhlas kalo memang kamu lebih memilih Sera. Tapi, satu yang aku mau. Kamu jangan pernah lupain Gio. Bangun ya Nath, ayo bangun" Lirih Anne.
Anne meraih ponselnya. Membuka galeri video dan memutar video Sera dua tahun lalu yang ia dapat dari Sabrena. Video itu Nathan yang merekam. Video saat Sera tengah marah pada Nathan dan Nathan yang semakin membuat Sera kesal karna Nathan merekamnya.
'Nathan ihhhh! Matiin nggak handphone-nya!'
'Nggak mau, muka kamu lucu.'
'Apaan sih?! Sini!'
'Cie ngambek-ngambek.'
'Nathannn ihh!'
'Apa sayang?'
'Nyebelin!'
Anne tersenyum tipis melihat Sera yang berusaha meraih ponsel Nathan. Anne sengaja memutarnya dengan volume suara yang keras agar Nathan juga mendengarnya. Anne menatap Nathan, dan senyumnya kembali mengembang saat melihat kepala Nathan yang mulai bergerak secara perlahan. Nathan benar-benar merespon apa yang ia lakukan dengan memutar video kiriman dari Sabrena. Tapi, tetap saja keadaan Nathan tidak berubah. Tetap dalam fase koma.
"Jangan cuma ngerespon, please. Ayo bangun nath." Ucap Anne seraya menggenggam tangan Nathan yang masih tetap terkulai lemas.
***
"Gue sama Shayne sepakat buat mempercepat pernikahan kita." Ucap Sera seraya meletakkan setumpuk undangan yang baru saja datang. Undangan baru dengan tanggal baru. Tiga hari dari sekarang.
Sabrena beranjak dari sofa tempatnya duduk. Ia menatap Sera dengan serius. Ia masih tidak percaya dengan keputusan yang diambil Sera. Ia memilih mempercepat pernikahannya dengan Shayne.
"Kenapa? Karna Nathan?" Tanya Sabrena
Sera terdiam. Menelan ludah pahitnya dan kemudian tersenyum tipis. "Bukan. Semua karna gue yakin Shayne yang terbaik."
Sabrena mengangguk mengerti. "Tapi, bisa nggak lo jenguk Nathan? Lo nggak kasian sama dia? Gue emang benci sama Nathan tapi masih punya hati, Ra. Gue masih punya rasa kasihan liat dia selemah itu."
Sera menarik napas panjang dan menatap Sabren tanpa senyum. Sera ingin menemui Nathan dan melihat keadaan laki-laki itu. Tapi, ia tidak bisa. Sera tidak mau menangis untuk laki-laki itu lagi.
"Gue pasti jenguk Nathan. Tapi, nanti setelah gue nikah sama Shayne." Ucap Sera.
Sabrena tersenyum miring. Menyentuh kedua bahu Sera dan menatap Sera dengan tatapan tajamnya "Gimana kalau Nathan meninggal setelah lo nikah? Apa lo nggak akan nyesel? Apa lo nggak ngerasa bersalah? Nathan koma karna dia mau buktiin cintanya sama lo. Gue seneng lo nerima Shayne dan mau nikah sama dia. Tapi, gue nggak mau punya temen yang nggak punya hati. Gue tahu lo masih cinta banget sama Nathan. Gue tahu jauh di dasar hati lo, lo masih terus khawatir sama kondisi Nathan kan." Ucap Sabrena lirih.
Sera mengalihkan pandangannya. Melepaskan kedua tangan Sabrena yang bertengger di bahunya. Sera melangkah menuju tepi bed kasur dan terduduk di sana. Ia tertunduk dan merasakan air matanya mulai menggenang.
Sabrena berhasil memecah bendungan yang sudah susah payah ia bangun. Sabrena tidak pernah tahu kalau setiap detik ia selalu mendoakan Nathan. Dan andai Sabrena tahu kalau sejak Nathan di nyatakan koma, ia merasakan sakit itu dan membuatnya menangis setiap malam. Sabrena tidak tahu apa yang ia rasakan. Peperangan batin selama satu minggu ini membuat Sera menjadi sangat lemah.
"Gue udah jenguk Nathan kemarin. Dan lo tahu? Di ruangannya penuh sama foto lo, Anne juga terus muter video lo. Dan selama video itu di putar dan suara lo yang selalu memenuhi ruangan, buat Nathan selalu ngerespon. Dia sering gerakin tangan atau kepalanya setiap ada yang nyebut nama lo atau dia denger suara lo di video." Ucap Sabrena lirih.
Sera menggigit bibir bawahnya menahan setiap isak tangis dan erangan yang hampir saja menjebol pertahanannya. Sera menepis air matanya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Rasa cinta itu seperti membuat otaknya lumpuh dan tidak bisa berfikir.
"Semuanya sekarang terserah lo. Lo nggak mau nemuin Nathan juga nggak papa. Mungkin lo nggak ngerasa bersalah sama dia." Sabrena kembali duduk di sofa yang sebelumnya ia duduki. Ia tidak tahu bagaimana caranya membujuk Sera lagi agar mau menjenguk Nathan dan membuat keadaan laki-laki itu membaik.
"Tolong jangan hancurin pertahanan gue, Sab. Gue udah susah payah bertahan sampai di titik ini. Tolong jangan buat gue makin ragu" Lirih Sera.
Dan kali ini Sera membiarkan isak tangisnya meremang. Sera tidak bisa menahannya lagi. Ini terlalu sakit untuk ia rasakan. Terlebih Sabrena telah menghancurkan benteng pertahanannya. Sera mengeluarkan semuanya begitu saja. Menangis tanpa ada keinginan untuk menahan air mata itu. Bagaimana perasaan Sera? Mungkin kalian tahu jawabannya.
"Lo nggak tahu rasanya jadi gue. Sakit, Sab. Lo ditinggalin gitu aja sama orang yang lo sayang. Terus sahabat lo jodoh-jodohin lo sama orang yang sama sekali nggak lo cinta. Dan orang yang selama ini lo cinta datang lagi dengan keadaan dia udah milik orang lain. Tapi, orang yang lo cinta itu masih ngejar cinta lo. Tapi, kenyataan selalu mukul lo buat sadar kalau dia bukan milik lo lagi. Gimana perasaan lo? Gue tanya gimana perasaan lo kalau lo jadi gue? Lebih dari sakit, Sab." Sera menatap Sabrena dengan air matanya yang terus turun bersama dengan perasaannya yang meluap. Sera berusaha menunjukkan seberapa sakit berdiri di posisinya saat ini.
Sera meremas kerah kemeja yang ia kenakan saat ini. Sesak itu berhasil mencekat kerongkongannya. Mungkin jika sebelumnya ia belum menerima pinangan Shayne, ia akan datang ke rumah sakit dan menemui Nathan. Tapi, sebentar lagi ia akan menikah dengan Shayne. Dan ia tidak mau pernikahan itu gagal hanya karna ia masih mengalah pada perasaannya yang masih memihak pada Nathan.
Sera memejamkan matanya dan menangis lebih keras saat Sabrena memeluknya dengan erat. Pelukan itu membuatnya lemah dalam sekejap dan menyerah. Sera benar-benar butuh sandaran saat ini. Dan Sabrena mengerti apa yang ia butuhkan. Sera tidak membalas pelukan Sabrena. Kedua tangannya masih mencengkram kuat kemeja di bagian dadanya. Menekan dadanya sekuat mungkin agar rasa sakit itu pergi.
"Maafin gue. Nggak seharusnya gue maksa lo sampai kayak gini. Gue tahu perasaan lo. Maafin gue, Ra." Lirih Sabrena.
Bersambung.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Bruiden Die Falen
FanfictionShort Story Just Fanfiction! Ditinggalkan kekasih hati di saat hari pernikahannya membuat Sera Nadira harus menerima kenyataan pahit menanggung malu dan sakit hati yang begitu mendalam. Kekasihnya pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah katapu...