Sera menatap dirinya di cermin. Terlihat sangat manis dengan dress berwarna krem longgar selutut berlapis tile yang lebih tinggi dari tile sebelumnya. Dan rompi jeans biru dongker bermotif bunga-bunga kecil menggemaskan. Serta rambutnya yang luruh di bawah bahu dibiarkan tergerai begitu saja.
Sera meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Shayne kalau ia sudah siap pergi. Sera meraih tas di balik daun pintu. Dan segera melangkah keluar. Ia akan menunggu Shayne di teras.
Cukup lama Sera menunggu Shayne datang. Hampir lewat lima belas menit dan Shayne baru sampai dengan motor besarnya yang biasa Shayne pakai saat menjemputnya pulang kerja. Sera segera mendekat dan menutup pintu pagar rumahnya.
"Hai bebe, maaf ya kamu nunggu lama. Macet tadi." Ucap Shayne seraya memeluk dan mencium kening Sera singkat.
"Its okey sayang. Mau kemana kita hari ini?" Tanya Sera dengan sangat antusias.
Shayne terkekeh melihat Sera yang begitu antusias hari ini. Shayne menyerahkan helmnya memakaikannya pada Sera dan memintanya naik tanpa memberitahu gadis itu akan kemana ia hari ini.
Kini Sera sudah tidak canggung lagi untuk memeluk pinggang Shayne dan bersandar pada punggung tegapnya dengan sangat nyaman. Yah, Sera ingin membiasakan diri seperti ini. Karena sebentar lagi ia akan segera menikah dengan Shayne.
"Kita mau kemana?" Sera kembali bertanya.
"Kita jenguk temanku dulu ya. Dia baru aja masuk rumah sakit. Kemarin aku mau jenguk tapi nggak ada teman," Jawab Shayne. Entah, itu hanya alibi atau memang benar.
Sera hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali melingkarkan kedua lengannya lebih erat. Nyaman? Tentu saja. Shayne adalah calon suaminya. Dan mau tidak mau, ia harus merasa nyaman saat bersama Shayne.
Sera pikir rumah sakit itu jauh. Tapi, ternyata dugaan Sera salah. Hanya butuh waktu dua puluh menit dari rumahnya untuk sampai di rumah sakit. Sera turun dengan perlahan setelah Shayne
memarkirkan motornya."Rambut kamu berantakan." Ucap Shayne seraya membenarkan rambut Sera yang sedikit berantakan karna angin.
Sera tersenyum, ia segera melingkarkan lengannya pada lengan Shayne. Bergelut manja pada laki-laki itu selalu membuatnya merasa begitu nyaman. Tidak peduli dimana tempatnya. Yang penting, Sera bisa segera merubah rasa nyaman sebagai teman itu menjadi nyaman dalam artian kata cinta.
"Kamar nomor berapa?" Tanya Sera saat Shayne menekan lantai tiga di dalam lift.
Shayne menatap Sera dengan alis yang terangkat dan kemudian memberikan kecupan kecil di kening Sera yang membuat Sera semakin melingkarkan lengannya dengan manja.
"Kamu mau nggak nemuin seseorang?" Tanya Shayne.
"Siapa?"
"Nggak jadi deh. Ntar kamu ngambek." Shayne tertawa kecil dan kembali memberikan kecupan di kening Sera saat melihat Sera mulai menekuk wajahnya.
Ting!
Pintu lift segera terbuka dan Shayne melangkah seraya terus melempar senyum pada Sera yang semakin bergelut manja padanya. Shayne selalu merasa gemas dengan tingkah Sera yang seperti ini. Sangat lucu dan menggemaskan. Seperti tingkah anak kecil yang bermanja-manja pada Ayahnya.
"Shayne..." Desis Sera lirih.
Shayne menghentikan langkahnya saat Sera tiba-tiba saja berhenti dan mendesiskan namanya.
"Kenapa? Ayo sayang." Shayne meraih tangan Sera dan menggenggamnya. Sedikit lebih berat karna Sera seperti menahan langkahnya dan tidak ingin mendekat.
Shayne melambaikan tangannya pada Sabrena yang tersenyum padanya. Sabrena cukup terkejut dengan kehadiran Shayne dan Sera. Ia tidak tahu kalau hari ini Shayne akan datang dan membawa Sera. Shayne memang tidak memberitahunya. Ia mendapatkan informasi kamar tempat Nathan di rawat dari Rafael. Dan Rafael tahu dari Sabrena.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bruiden Die Falen
FanfictionShort Story Just Fanfiction! Ditinggalkan kekasih hati di saat hari pernikahannya membuat Sera Nadira harus menerima kenyataan pahit menanggung malu dan sakit hati yang begitu mendalam. Kekasihnya pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah katapu...