BAB 14

86 10 0
                                        

Nathan mengalihkan pandangannya saat Anne berniat menyuapkan bubur untuknya. Kesabarannya habis. Nathan bahkan tidak ingin melihat Anne pagi ini. Tapi, Melinda membuatnya tak bisa mengelak.

Pagi?
Oh, pagi yang mengerikan!

Hari ini Sera akan menikah. Nathan melirik jam dinding yang tergantung di atas dinding. Pukul sembilan pagi. Nathan memejamkan matanya. Rasanya terlalu sakit. Saat ini, Sera pasti sudah menjadi istri Shayne. Ini benar-benar kenyataan yang menyakitkan.

"Semua ini gara-gara lo!" Nathan berucap dengan emosi yang tertahan. Kedua matanya yang semula terpejam rapat kini menatap Anne dengan tatapan tajam.

"Andai dua tahun lalu gue nggak pernah ketemu sama lo! Sera pasti udan jadi istri gue dan kita hidup bahagia sekarang! Lo yang ngancurin semuanya! Lo yang muncul di hidup gue! Lo yang gagalin pernikahan gue sama Sera! Lo yang salah, Anne!" Nathan membentak Anne dengan keras. Tak jarang, jari telunjuknya menunjuk Anne dengan kasar. Semakin memberikan kesan marah dan benci pada Anne.

Anne hanya diam menatap kedua mata Nathan yang memerah dengan genangan air mata kekecewaan. Anne tahu bagaimana kondisi hati Nathan saat ini. Pasti jauh lebih sakit dari yang ia rasakan dulu. Dulu saat ia dinyatakan positive hamil dan kenyataan kalau Nathan lebih memilih Sera sebagai istrinya. Yah, Anne memaklumi kemarahan Nathan saat ini.

"Sekarang, Sera udah jadi milik orang lain. Gue nggak akan bisa dapetin Sera lagi. Cinta kita nggak bertepuk sebelah tangan. Tapi, tetap nggak bisa di satuin. Dan semua itu gara-gara lo, Ann. Lo bodoh masuk ke hidup gue. Lo yang maksa-maksa gue malam itu buat nemenin lo di rumah karna orang tua lo keluar kota. Lo yang buat malam itu terjadi. Lo yang buat gue pisah sama Sera..."

"Kenapa kamu nyalahin aku soal malam itu? Kamu lupa kalau kamu yang mulai semuanya? Aku akui aku salah kenal sama kamu. Tapi, tolong jangan putar balik fakta soal kejadian malam itu. Kamu yang mulai semuanya. Dan itu otomatis kamu yang ngancurin semuanya-"

"DIEM!!" Nathan menatap Anne lebih keras. Bahkan, Nathan udah mengepalkan tangannya dan bersiap memukul Anne jika ia tidak ingat Anne perempuan. Nathan benar-benar merasa hancur. Hidupnya hancur mulai hari ini. Hari yang akan selalu ia peringati sebagai hari kematian. Kematian cintanya dan Sera.

Nathan meringis saat kepalanya terasa sakit. Nathan tidak ingat seberapa kuat benturan kecelakaan itu. Yang pasti saat ini kepalanya terasa begitu sakit. Nathan masih sempat melirik Anne yang terlihat mulai panik.

"Kamu-"

"JANGAN SENTUH GUE! PERGI DARI SINI!" Nathan kembali membentak dengan kedua tangan yang semakin meremas rambutnya.

Anne menggeleng. "Kamu kenapa sih? Apa yang sakit? Biar aku panggil dokter?" Anne tidak memperdulikan perintah Nathan yang memintanya untuk keluar. Bagaimana ia bisa keluar dengan keadaan Nathan yang seperti ini? Tidak mungkin. Anne tidak mungkin pergi meninggalkan Nathan sendiri.

"GUE BILANG PERGI!!" Nathan kembali menepis tangan Anne dan sedikit mendorongnya agar menjauh darinya. Tapi, rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi dan membuat kedua telinganya mulai berdengung.

"Nath...," lirih Anne.

Anne mendekat secara perlahan agar Nathan tidak berontak. Dan saat Nathan mulai tenang bersama rasa sakitnya. Anne menekan tombol darurat. Lalu, kemudian memeluk Nathan, menangkan laki-laki itu dengan pelukannya.

Anne tidak takut jika Nathan akan menyakitinya. Yang ia khawatirkan saat ini adalah keadaan Nathan. Nathan baru sadar dari komanya. Dan dokter sudah memberikan banyak peringatan padanya dan Melinda untuk menjaga Nathan dari kemungkinan apapun.

***

Sabrena berdiri di hadapan Sera yang sejak beberapa menit lalu resmi dinikahi Shayne. Sabrena merasakan kedua matanya memanas melihat wajah berseri Sera yang sebenarnya sarat dengan kesedihan.

Dan saat air matanya jatuh, Sabrena segera memeluk Sera. Memeluknya dengan erat. Rasanya terlalu sesak. Sabrena tidak tahu kenapa ia bisa menangis seperti ini dan membuat Sera terpancing untuk ikut menangis.

"Gue bahagia liat lo akhirnya nikah sama Shayne." Ucap Sabrena lirih.

Dan Sera mengangguk seraya mengeratkan pelukannya. Yang membuatnya menangis bukan karna merasakan apa yang Sabrena rasakan. Tapi, karna ia kembali ingat pernikahannya setahun lalu dengan Nathan yang gagal. Dan perasaannya pada Nathan yang masih begitu kuat membuatnya melemah.

Sabrena merenggangkan pelukannya. Menyentuh kedua pipi Sera dan menepis air mata Sera sembari mulai menata senyum tulus di bibirnya.

"Semoga lo bahagia dengan hidup lo yang baru. Jangan pernah lupain gue yang ada disini. Gue janji gue bakal sering-sering hubungi lo nanti." Ucap Sabrena dengan air matanya yang masih saja turun dan membuat Sera juga tak bisa menahan air matanya.

Sera menyentuh tangan Sabrena dan menggenggamnya tanpa menurunkan tangan Sabrena dari pipinya. "Makasih ya Sab. Lo sahabat sejati gue." Lirih Sera.

Sabrena mengangguk dan kembali memeluk Sera dengan erat. Lalu, merenggangkan pelukan itu dan beralih pada Shayne. Di depan Shayne juga sama. Sabrena tidak bisa menahan air matanya. Terlebih saat Shayne memeluknya. Ia tidak tahu kenapa dengan dirinya. Jujur, ia sangat bahagia hari ini. Tapi, jika boleh jujur. Sejak tadi selalu ada wajah terluka Nathan di kepalanya. Dan bayang-bayang Nathan itu yang membuatnya menangis tanpa henti saat ini.

Sabrena merenggangkan pelukannya dan menepuk-nepuk bahu Shayne seraya tersenyum penuh. "Jagain sahabat gue. Jangan ulangi kesalahan Nathan di masa lalu. Dia nggak pantes buat disakitin. Dan gue yakin lo orang yang tepat jadi guardian angel buat Sera. Gue percaya sama lo, Shayne."

Shayne mengangguk dan mengusap lembut kepala Sabrena. Biar bagaimana pun juga, Sabrena yang mengenalkannya pada Sera dan membuatnya jatuh hati pada Sera saat pertama kali mereka bertemu.

"Gue pasti akan selalu jagain Sera. Sera aman selalu aman sama gue. Lo nggak perlu khawatir." Balas Shayne.

Sabrena mengangguk. "Gue percaya. Bahagia terus ya kalian. Jangan lupa cepet kasih gue ponakan ya." Sabrena kembali menepuk bahu Shayne sebelum akhirnya melangkah menjauh dari Shayne dan Sera.

Sabrena menepis air matanya dan menarik napas panjang. Ia mencoba menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. Yah, ia bahagia hari ini. Impiannya menyatukan Sera dengan Shayne akhirnya menjadi kenyataan. Sabrena menatap kedua sahabatnya itu dan menunjukkan kedua jempolnya seraya tersenyum penuh dan begitu manis.







Bersambung....

Bruiden Die Falen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang