BAB 2

98 10 0
                                        

Bruuk!!!

Lelaki itu menjatuhkan tubuhnya begitu saja diatas bed kasur king size miliknya. Matanya sempat terpejam dan menarik nafas panjang. Ia merasa muak. Muak dengan hidupnya yang sekarang. Terlalu tertekan. Hingga suara ketukan pintu membuat matanya kembali terbuka. Ia terduduk di tepi kasur dan bersuara.

"Masuk." Ucapnya setengah berteriak.

Pintu kamarnya terbuka dan wanita cantik itu masuk. Wanita cantik dengan senyum manis. Ibunya.

"Gimana tadi ketemu Opa-nya Anne? Opa-nya baik, kan?" Tanya wanita yang bernama Melinda itu.

Ia hanya tersenyum dan mengangguk. "Baik kok, Ma." Jawabnya singkat.

Melinda tersenyum tipis. Duduk di samping anak lelakinya yang masih tersenyum tipis. Melinda seperti melihat luka di balik senyuman itu.

"Nath, apa kamu bahagia sama Anne?" Melinda kembali bertanya.

Nathan mengangguk ragu. "Aku bahagia, Ma." jawab Nathan dengan senyum tipisnya.

Melinda merangkul Nathan dengan senyum. Ia tahu ada yang disembunyikan oleh anaknya itu darinya. Dan ia tahu kalau Nathan masih terus mengenang masa lalunya. Masa lalu yang selalu membuat Nathan mengunci kamarnya dan hanya sibuk melamun.

"Tadi aku lihat dia, Ma." Ucap Nathan. Senyumnya sedikit luntur mengingat satu jam yang lalu ia melihat masa lalunya.

"Tapi kayaknya dia gak kenal aku lagi. Dia juga sama cowok. Mungkin dia udah lupain aku. Dan mungkin juga dia gak mau ketemu aku lagi. Aku mau ngejar dia. Tapi, aku lagi sama Anne. Gak mungkin aku lakuin itu di depan Anne. Itu cuma akan nyakitin dia." Nathan menunduk dan tersenyum. Menutupi kemirisan hatinya.

Melinda mengusap pundak Nathan dengan lembut. "Kamu udah sama Anne Nath. Alangkah lebih baik kalau kamu lupain masa lalu kamu. Kamu sayang kan sama Anne?" Melinda kembali mengajukan pertanyaan.

Nathan terdiam. Mengusap pelipisnya dan menarik nafas panjang. Ia sulit melupakan masa lalunya. Rasa ingin kembali selalu ada. Bahkan sangat kuat. Rasa cinta dan sayang itu masih begitu kuat. Tapi, ia ragu. Ragu untuk kembali setelah satu tahun pergi meninggalkan gadisnya. Rasa bersalah yang menggelayuti hatinya terlalu besar.

"Anne bilang sama Mama. Besok dia minta jemput di sekolah. Besok dia pulang sore. Katanya ada rapat sama staff sekolah." Ucap Melinda.

Nathan kembali mengangguk. "Yaudah, aku istirahat, Ma. Lebih baik, Mama juga istirahat." Ucap Nathan seraya tersenyum.

Melinda beranjak dari duduknya. Melangkah menuju pintu dan membiarkan Nathan istirahat. Melinda berharap Nathan bisa segera melupakan masa lalunya yang mungkin sekarang sudah melupakan Nathan. Yah, meskipun ia juga menyayangi gadis yang menjadi masa lalu Nathan.

***

"Shayne semalam ngelamar lo, kan?" Sabrena bertanya dengan sangat excited. Bahkan, Sabrena datang pagi-pagi sekali ke kedai kopi tempat Sera bekerja hanya untuk menanyakan hal ini.

Sera melirik sekilas pada sahabatnya itu. Sera yang memang sedang sibuk dengan pekerjaannya hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Sabrena. Ia masih terus mencatat semua bahan yang habis. Lalu  Sabrena tiba-tiba datang ke kedai dan sedikit mengacaukannya dengan pertanyaan- pertanyaan yang membuat Sera menggeram kesal.

"Ra jawab dong, kok diem aja sih lo!" Sabrena kembali mendesak Sera untuk menjawab pertanyaannya.

"Iya." Sera menjawab dengan cepat.

"Terus, lo terima kan Ra?"

Sera hanya mendengus kesal. Ia sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan Sabrena. Sera tersenyum saat salah satu rekan kerjanya meminta catatan bahan darinya.

Bruiden Die Falen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang