Sepuluh✔

219 18 0
                                    

☆Happy reading☆

...

"Maafkan saya atas keterlambatannya." Ujar Pria dengan wajah datar miliknya.

"Silahkan duduk terlebih dahulu." Jawab Rudolf wajah tegasnya tidak mengedur sama sekali.

{apa dia yang akan di jodohkan dengan kakak?}

"Baik, untuk perjodohan-."

Mauriella melihat kedatangan pria yang wajahnya tidak terlalu asing baginya, dia seperti pernah melihatnya. Tapi kapan? Apa mereka pernah bertemu di masa lalu?

Mauriella tidak fokus pada pembahasannya, dia lebih fokus melamun memikirkan siapa pria itu.

"Mauriella apa kamu setuju untuk pernikahan yang di gelar dua minggu kedepan?" Tanya Opa.

Berbeda dengan sang Opa yang lebih aktif berbicara, Haidar dan sang keluarga malah pasif. Walau sesekali menimpali, namun pembicaraan di dominasi oleh Rudolf.

"Hah, Setuju!" Sentak Mauriella yang baru saja tersadar dari lamunannya.

"Dikarenakan Nona Mauriella sudah setuju, saya pamit undur diri karena masih ada banyak urusan, Permisi." Setelah mendengar jawaban Mauriella pria berwajah dingin tadi berpamitan.

Sedanhkan Mauriella bingung, dia setuju apa. Sedangkan sedari tadi dia tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Mereka melanjutkan acara mereka seperti mengobrol ringan tentang perusahaan. Hingga kelimanya berpisah untuk urusan masing masing.

Belum sempat Marvel pergi dari hadapan Maurialla, dia sudah di tarik oleh sang kakak.

"Tadi aku setuju apa?" Tanya Mauriella dengan wajah bingung.

"Makannya kak kalo orang bicara jangan ngelamun."

"Iya iya, tadi bicara apa saja?"

"Pernikahan kakak, dua minggu lagi di adakan. Dan kakak setuju!" Jawab Marvel.

"Merde!" umpat Mauriella dengan wajah cengoh, dia sendiri tidak percaya dengan perkataannya sendiri.

"Bukan salah aku kan? Kan kakak sendiri yang ngomong." Pungkas Marvel saat melihat sang kakak seperti ingin mengamuk.

Ting!

Ting!

Qarei
[Nona Mauri, anda malam ini ada jadwal pemotretan. Saya harap nona tidak lupa🙇🏻‍♀️.]

Mauriella membaca pesan singkat yang di kirim sang asisten pun langsung melebarkan matanya.

"Marvel, kakal mau pemotretan sekarang kakak pakai mobil kamu dulu ya. Kakak lupa dan jadwalnya 1 jam lagi!" Ujar Mauriella panik, setelah membaca pesan dari Qarei dia baru ingat.

"Aku anterin aja kak."

"Nggak, kamu di sini! Dan satu lagi bilangin ke semuanya ya. Makasih kuncinya, bye!!" Mauriella berjalan cepat namun masih terlihat anggun.

Banyak para saudaranya menatap iri padanya, dan ada juga yang menatap terpana. Mauriella memilih untuk mengabaikannya karena hal itu kerap terjadi.

Mauriella tak sengaja tersandung sesuatu yang membuatnya oleng, dia merasa akan jatuh. Mengingat high heels yang di kenakannya cukup tinggi. Mauriella menutup mata menunggu dia di tertawakan oleh orang orang. Namun-

Srett

Hap!

"Lain kali berhati hati lah Zee." Desis seorang pria. Mauriella reflek membuka kelopak matanya dan melebarkan matanya, melihat seorang pria yang mampu membuatnya sedikit sesak.

Pria itu menangkap pinggang ramping Mauriella, hingga tidak menyisahkan jarak antara kedua nya. Mauriella mendongak menatap wajah rupawan itu, dan begitu sebaliknya dengan pria itu.

"Khem!" Dehem Mauriella, dia langsung menegakkan badannya.

"Terimakasih, dan tolong lepaskan saya." Ujar Mauriella datar.

"Sure darling." Bisik pria itu, namun bukannya melepaskan Mauriella pria itu justru menggendong Mauriella ala bridal style keluar dari kerumunan itu.

"Javier lepaskan!" Pekik Mauriella dengan suara tertahan.

Walau sudah meronta dengan kekuatan yang penuh, namun namanya perempuan pasti akan kalah dengan kekuatan pria. Javier menahan Mauriella dengan tataoan yang sulit di artikan.

Javier membawa Mauriella ke mobilnya, lalu mengunci pintu mobilnya. Dia tidak akan membiarkan gadisnya lepas begitu saja setelah membuat apart miliknya berantakan.

"Javier!" Bentak Mauriella, namun belum sempat kembali mengeluarkan kalimat bibir Mauriella sudah di bungkam dengan bibir Javier. Javier melumat lembut bibir Mauriella yang sendari tadi mengumpatinya pelan.

"Mmh."

Mauriella yang sudah kehabisan napas pun menepuk kasar dada bidang Javier.

Javier melepaskan pungutannya hingga benang saliva keduanya terlihat, mata Mauriella mengembun. Dia hanya menatap ke arah depan dengan pipi memerah dan mata berkaca kaca.

"You look so cute darl." Bisik Javier tepat di samping telinga Mauriella.

"Vier." Panggil Mauriella dengan suara lirih.

Kenangan miliknya terputar seperti memory yang rusak, mata biru gelapnya yang jernih menatap Javier dengan tatapan tak terbaca.

" Sorry, I left without saying goodbye. and come back without remembering." Ujarnya dengan suara lesu, Mauriella tak mau percaya lagi dia tidak mau jatuh di lubang yang sama.

Tapi saat melihat mata nya yang terlihat sayu dengan kantung mata yang terlihat jelas. Pipi tirusnya itu membuat pertahanan Mauriella runtuh dan mulai meneteskan air matanya.

"Jahat! Kamu jahat, kamu pilih orang lain padahal ada aku di saat itu!" Mauriella melampiaskan emosinya pada Javier, dengan berteriak dan memukul keras dada bidangnya.

" Sorry, but don't cry anymore. I'm sorry, right? I know I was wrong but don't be like this, I can't stand it. " Javier menunduk dan menaruh tangannya di kaki Mauriella.

Javier Lucien sedang memohon dan memegang kaki seorang wanita, bukankah hal ini lebih seperti berlutut.

Namun hal itu bukannya membuat tangisan Mauriella mereda, malah tangisannya semakin keras. Hal itu membuat Javier ikut merasakan betapa sakitnya jika berada di posisi Mauriella. Javier juga mulai menitihkan air mata dengan kepalanya di taruh di paha Mauriella.

"Maaf, saya salah dan kamu benar. Saya yang bodoh kamu tidak, maafkan saya. Saya mohon Zee."

Javier menangis di sertai lirihan minta maaf dan memohon pada Mauriella, dan keadaan sekarang berubah. Javier yang memohon.

...

☆Finally☆

Hai guys.. aku balik tapi feel nya beda. Ah yaudahlah ini aja udah malezz banget huh!

Ngetik dadakan, idenya juga dadakan, nge pubish nya juga dadakan. Eh yang ngevote dikit bangettt... sedih kan akunya..

Udah dulu curhatnya byee sampai jumpa di chap selanjutnya.. tandain typo!

☆V☆O☆T☆E

The Best Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang