13. Stay Away

294 66 20
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul tiga sore saat Sakura masuk ke dalam rumah, Hana menyambutnya namun Sakura terus melangkah melewati asistennya dan langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Hana tampaknya bingung dengan sikap nonanya akhir-akhir ini, ia pun kembali menutup pintu dan berjalan menuju dapur.

Sakura menghempaskan diri di ranjang, salah satu lengannya melintang menutupi wajah. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan kasar, berusaha menetralkan segenap perasaan aneh di dada yang mulai mengundang kecemasan.

Berat

Dada Sakura rasanya berat, untuk bernafas saja rasanya sulit, hampa. Bagian kosong itu begitu terasa sejak ia mengabaikan Sasuke, gadis itu sadar betul saat ini hati dan pikirannya sedang bersebrangan. Tetapi ia tidak bisa melupakan kejadian yang telah menimpa Ino tentang perselingkuhan, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sahabatnya itu tampak sangat hancur. Sakura tidak ingin ia menjadi alasan untuk hal yang sama terjadi pada orang lain, ia tidak ingin menjadi jahat hanya untuk kepentingannya sendiri.

Perasaan itu pun sekejap muncul. Takut, cemas, gelisah, bercampur menjadi satu dalam dada Sakura. Gadis itu mengangkat kedua tangannya yang mulai gemetar, kemudian menautkannya. Berusaha mencari ketenangan walau tiap detik ia malah semakin cemas hingga mulai panik.

Sakura mengatur nafas agar jantungnya tetap stabil, berada di dalam kamar seorang diri membuatnya kesulitan untuk fokus dan menghilangkan perasaan yang menyiksanya. Ia berusaha untuk tidak beranjak dan mengambil obat penenang di laci, ia bertekad untuk mencari solusinya sendiri. Terus mengatur nafas sambil memejamkan mata, Sakura mencoba mensugesti diri agar tetap tenang meski keringat dingin mulai mengucur di dahinya.

Tiba-tiba ponsel Sakura berdering, nama Naruto muncul menjadi penyelamat dari detik-detik yang terasa mengerikan. Gadis itu sedikit bernafas lega kemudian langsung menjawabnya.

"Kau sudah dirumah?" Tanya Naruto saat panggilan tersambung.

"Iya." Pikiran Sakura pun mulai teralihkan dari rasa cemasnya.

"Ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya lelah." Ucap Sakura dengan nada lirih.

"Yang benar? Kulihat tadi kau seperti sedang bertengkar dengan Sasuke?"

Sakura pun menghela nafas, "Aku tidak bertengkar, hanya saja aku tidak ingin ini semakin larut dalam ketidakjelasan."

"Kau sudah minta kejelasan belum?"

"Naruto, sulit untukku meminta hal itu sementara masing-masing dari kami masih memiliki status bersama orang lain.."

Naruto terdiam sejenak, "Aku mengerti, jadi kau sudah memutuskan?"

"Ya, kurasa aku akan mulai jaga jarak."

"Aw! Terdengar menyakitkan.."

"Akan lebih menyakitkan lagi jika ini terus berlanjut." Ucap Sakura.

"Kau benar. Ngomong-ngomong aku dan Hinata mau nonton, kau mau ikut?"

Sakura terkekeh, "Apa aku akan menjadi orang ketiga diantara kalian?"

Naruto tertawa renyah, "Kami akan menjemputmu sepuluh menit lagi."

"Baiklah."

Naruto menyudahi panggilannya, ia kembali fokus mengemudi setelah meletakkan ponselnya di saku celana.

"Naruto-kun, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja kau ceritakan.." Ucap Hinata, gadis itu duduk tenang di samping kekasihnya.

The Missing PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang