Minhyuk, tanpa berpikir panjang langsung menolak mentah-mentah segala permintaan dari sang adik.
Matahari mulai terbenam, suasana kian sepi, seluruh lampu di sekitar dan di dalam rumah satu persatu mulai dinyalakan. Namun belum ada tanda-tanda dua lelaki dewasa tersebut berniat untuk tinggalkan halaman rumah. Minhyuk menatap Changbin dengan ekspresi tajam, benar-benar tak habis pikir dengan apa yang Changbin pinta padanya beberapa menit sebelumnya.
Pada awalnya, tujuan Minhyuk memboyong keluarganya kembali pulang adalah untuk mengunjungi kedua orangtuanya, seperti rutinitas yang selalu ia lakukan setiap bulan. Hari pertama berjalan begitu lancar dan menyenangkan, tanpa mengira jika keesokan harinya, mereka akan mendapat kabar tentang kematian kawan baik Changbin⚊yang dalam satu waktu juga merupakan tetangga mereka⚊ditambah kepulangan Changbin untuk pertama kalinya setelah hampir satu tahun penuh mengasingkan diri dari lingkungan keluarga.
Minhyuk sangat paham akan kekhawatiran yang memenuhi pikiran sang adik. Namun ide dan permintaan yang baru saja Changbin katakan terasa terlalu berat dan berlebihan baginya. Sayangnya, sepertinya Dong Seok sudah menurunkan hampir keseluruhan sifat keras kepalanya pada Changbin. Karena sekeras apapun Minhyuk menolak permintaan Changbin, adik bungsunya itu sudah terlalu bulat dalam keputusannya.
Dan sialnya, Changbin memiliki alasan yang cukup kuat untuk membuat Minhyuk semakin terpojok.
Kalimat, "Aku nggak ingin membuat Ibu semakin tertekan dengan masalahku, disisi lain, aku juga nggak ingin melepas pekerjaanku. Tolong bantu aku sekali ini saja, Kak." sepertinya sudah sangat ampuh untuk membuat Minhyuk pada akhirnya mengalah dan menyetujui permohonan Changbin. Meskipun jauh dalam relung hati, ia tak begitu yakin kalau ia mampu sembunyikan rahasia sebesar itu dari kedua orangtuanya.
Konversasi panjang dan lebar itu terhenti begitu Irene memanggil sepasang saudara kandung tersebut untuk masuk dan ikut menikmati hidangan makan malam. Dan hingga keduanya kembali disibukkan dengan kehidupan masing-masing, tak sedikitpun percakapan di malam itu mereka ungkit kembali.
Hari senin pagi, seperti biasa, Changbin kembali bermalam di kamar bersama yang disediakan oleh stasiun. Kilas wajah sang ibu yang kecewa saat Changbin memutuskan untuk kembali ke stasiun masih terbayang. Namun Changbin segera menepisnya. Ia akan pulang, pikirnya. Hanya saja, tidak sekarang.
Rutinitas hariannya berlanjut seperti sedia kala. Pukul delapan tepat, Changbin masih terengah-engah setelah berlari pagi selama satu jam penuh. Menaiki anak tangga satu persatu, Changbin melangkah menuju ruang makan. Meja makan sudah tampak penuh dengan para lelaki dewasa yang siap untuk melaksanakan tugas. Di ujung meja, Minho dengan telaten meletakkan beberapa hidangan yang bisa Changbin cium aromanya dari kejauhan.
"Changbin," sapa Namjoon disela kunyahannya. "Bagaimana kabar keluargamu?"
Memperhatikan Minho yang meletakkan piring untuknya, Changbin memusatkan perhatian pada sang pemimpin. "Baik. Ah, mereka sempat mengirimkan salam."
"Kirimkan kembali salamku pada mereka," jawab Namjoon yang kemudian direspon dengan anggukan pelan dari sang bawahan.
Changbin menyadari ada yang berbeda dengan suasana meja makan pagi itu. Kepalanya mengedar ke sekeliling, sebelum kemudian berakhir pada Jisung yang duduk tepat di seberang Yunho. Pemuda berpipi gembil yang biasa tak pernah diam itu kali ini tak sedikitpun bersuara. Selain itu, piring berisi dua tumpuk pancake hangat di hadapannya pun masih utuh tak tersentuh. Menggunakan garpu plastik di genggaman, Jisung sibuk menusuk-nusuk makanannya dengan malas-malasan.
"Jisung," panggil Changbin, "Ada apa denganmu? Kenapa diam saja? Sakit?"
Yang ditanya tidak sedikitpun menjawab. Alih-alih mengeluarkan suara, Jisung justru menatap Changbin dengan netra berembun. Changbin mengerjap tidak mengerti. Sekali lagi, ia edarkan pandangannya. Sejenak Changbin berpikir jika Jisung sedang bertengkar dengan Minho. Namun ketika ia menatap Minho, tidak ada raut tegang atau amarah yang tergambar disana. Melainkan, kekasih Jisung itu tampak susah payah menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sunshine ⚊ Changlix
FanfictionDemi menyembunyikan kondisi pasca kecelakaannya yang berakhir buruk, Changbin nekat pindah ke sebuah rumah lama milik sang kakak, Minhyuk. ••• Sebagai seorang Pemadam Kebakaran, tugas Changbin adalah menjaga keselamatan semua orang. Tidak peduli bag...