15. Hantu Pembasmi Tikus

21 10 4
                                    

Mei, 2024.

"Bagaimana keadaan bahu Anda, Tuan Seo?"

Satu bulan berlalu selepas Felix menghilang di ruangan Changbin hari itu. Dan hingga detik ini, hantu manis berambut cokelat itu tidak sekalipun kembali menampakkan diri di hadapan Changbin. Bahkan sekedar aroma tanah basah yang selalu mengikutinya pun tidak pernah Changbin rasakan.

Setelah Changbin sekali lagi meledak dalam amarahnya yang menggebu-gebu, lelaki itu kembali putuskan untuk berkonsultasi dengan dokter Bang. Di minggu pertama, Changbin masih diliputi perasaan denial. Pikirnya, apa yang ia alami bukanlah hal besar. Changbin merasa dirinya masih bisa mengatasi semua itu tanpa bantuan siapapun. Sehingga disaat ia sudah berada di depan pintu ruangan Bang Chan, ia malah berbalik arah dan kembali pulang dengan rasa hampa.

Akan tetapi begitu Changbin sampai di rumah, ia justru kembali diserang oleh amarah. Kali ini alasannya bukan hanya tentang kegagalan yang ia alami. Namun juga tentang apa yang telah ia lakukan pada Felix berhari-hari sebelumnya. Amarahnya kembali meledak, dan korban terakhir yang ia jadikan pelampiasan hari itu adalah cermin berukuran sedang yang ada di dalam kamar mandinya.

Pada minggu kedua, Changbin sudah mampu mendudukkan diri di seberang sang psikiater. Namun sepanjang waktu pertemuan, bibirnya terus bungkam. Untuk kedua kalinya, Changbin pulang tanpa membawa hasil apapun. Bang Chan tetap menunggu dan menemani Changbin dengan sabar dan tanpa kenal lelah. Sampai kemudian, pada hari ini, di minggu ketiga pada bulan mei, sang lelaki Seo akhirnya mampu untuk bersuara.

"Ah, ini?" Changbin sedikit menggerakkan bahu kirinya, "Sudah semakin membaik. Masih harus banyak melakukan terapi, tapi semuanya sangat lancar." jelasnya seraya menyunggingkan senyuman tipis.

Dokter tampan berbalut kemeja merah tua itu balas tersenyum. Sebuah papan dada ia letakkan diatas paha, dan satu pena hitam tampak berada diantara jari-jari panjangnya. "Jadi, apa yang sedang mengganggu pikiran Anda saat ini?"

Untuk beberapa saat, dua lelaki berbeda usia itu saling bertatapan dalam senyap. Sekilas, Changbin kembali teringat pada Felix. Seharusnya Changbin bisa mengajak Felix untuk datang ke tempat ini bersamanya. Melihat sosok yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya pasti akan membuat Felix merasa sangat bahagia.

"Bulan lalu, saya kembali bekerja," Changbin mulai bercerita. "Bukan bekerja sepenuhnya seperti dulu. Tapi saya diminta untuk menjadi pemandu untuk para murid sekolah dasar yang sedang melakukan kunjungan ke stasiun,"

Sang psikiater tampak begitu menyimak setiap kata demi kata yang Changbin suarakan, "Itu bagus. Anda pernah bercerita jika Anda sangat rindu untuk kembali bekerja. Apa yang terjadi disana?"

Dengusan pelan keluar dari hidung Changbin. Obsidiannya bergulir pada sebuah vas bunga berbahan keramik yang terletak diatas meja, "Semuanya berjalan dengan baik. Mereka anak-anak yang pintar, kritis dan juga menggemaskan. Hari itu seharusnya menjadi hari yang sangat menyenangkan bagi mereka. Tapi tiba-tiba, ada kecelakaan yang terjadi,"

"Kecelakaan apa itu?"

Kuku-kuku dari jemari itu mengetuk lengan sofa yang menjadi sandaran tangan kanannya. Setelah satu tarikan nafas, Changbin menceritakan keseluruhan peristiwa yang telah terjadi padanya selama di stasiun secara detail. Meski demikian, ia tetap menyembunyikan beberapa bagian yang dirasa cukup riskan untuk diucapkan.

"Jadi, menurut Anda, apakah semua hal yang Anda lakukan itu merupakan sebuah kesalahan?"

Ada jeda cukup panjang sebelum Changbin kembali menjawab, "Ya. Saya sudah sangat menyakitinya. Amarah yang sebelumnya saya lampiaskan padanya, sekarang justru berbalik pada diri saya sendiri. Dan rasanya sangat menyiksa. Saya mulai sering terbangun di tengah malam kemudian terjaga hingga pagi. Dan saya kembali mengonsumsi alkohol dan juga merokok."

Blue Sunshine ⚊ Changlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang