14. Amarah

24 9 4
                                    

Changbin tak mampu berpikir jernih tatkala ia mendengar teriakan Felix yang penuh kepanikan. Ia mengamati setiap murid di hadapannya, memindai apakah ada murid yang ia kenali telah menghilang dari rombongan. Tapi sayangnya, dengan para siswa yang masih berseru riang dengan beberapa atribut pelindung di tubuh mereka, Changbin tetap tidak bisa berkonsentrasi dengan benar.

"Ji, tolong tangani para murid dulu. Aku harus pergi memeriksa sesuatu."

Mendengar bisikan dari yang lebih tua, Jisung melirik bingung, "Ha? Mau kemana? Mana mungkin aku menangani anak sebanyak ini sendiran?" protesnya tak kalah pelan. Namun belum sempat Jisung menutup mulut selepas berbicara, Changbin sudah berlalu meninggalkannya seorang diri. Umpatan sebal nyaris saja keluar dari bilah bibir si pemuda tupai. Beruntung ia masih bisa menahan diri. Tersenyum kikuk, terpaksa ia melakukan semua sesuai dengan permintaan Changbin.

Di luar stasiun, Changbin berlari mengikuti langkah Felix. Dari jarak beberapa langkah, Changbin bisa melihat sebuah lubang berukuran cukup besar yang telah penuh terisi oleh air. Di tepi galian, seekor anjing berjenis Maltese tampak menggonggong kecil tanpa jeda.

"Dia tenggelam disana, Changbin! Cepat bantu dia!"

Kedatangan Changbin tampaknya diketahui oleh seorang lelaki yang merupakan supervisor dari proyek konstruksi tersebut. Lelaki berkemeja rapih itu berjalan mendekati Changbin, "Tempat ini berbahaya, Tuan. Kami baru saja hendak memasang pagar untuk menghalangi gali⚊"

"Anda terlambat memasang pagarnya. Sudah ada anak kecil yang terjatuh dan tenggelam di dalam sana!"

"Apa?!"

"Kak Changbin!"

Dari arah stasiun, Jisung berlari menghampirinya. Changbin yang telah bersiap untuk melepas sepatu sontak mengalihkan pandangannya, "Dimana murid yang lain?!"

"Aku meminta mereka dan guru mereka untuk menunggu di dalam. Ada apa? Kenapa Kakak panik begitu?!"

"Salah satu murid ada yang terjatuh dan tenggelam di galian ini, Jisung. Siapkan tandu, aku akan menarik tubuhnya keluar." titah Changbin dengan suara cepat. Tak jauh dari sana, Felix menggigit bibirnya kuat-kuat. Perasaan bersalah menggerogoti batin. Seandainya ia lebih cepat melaporkan kepergian anak itu kepada Changbin, hal ini tidak akan pernah terjadi.

"Apa?! Jangan bodoh, Kak! Lihat bahumu. Kamu saja yang keluarkan tandu, aku yang akan masuk ke dalam galian." cegah Jisung dengan nada keras. Tanpa menunggu penolakan dari Changbin, petugas pemadam kebakaran termuda itu dengan sigap melepas sepatu yang ia kenakan dan berlari tunggang-langgang untuk mengambil sebuah tali tambang.

Menatap sang supervisor yang sejak tadi masih kebingungan, Jisung memberikan ujung tali pada lelaki paruh baya tersebut. "Panggil siapapun untuk menahan tali ini. Aku akan mengikatnya di tubuhku. Jika aku sudah menemukan anak itu, aku akan menarik talinya. Saat kalian merasakan tarikan itu, langsung tarik dengan kuat dan bantu aku keluar secepatnya. Apa kalian mengerti?!"

Tak ada respon kata selain anggukan paham. Tanpa menunggu terlalu lama, dua pekerja berbadan besar sudah berada di belakang sang supervisor, dengan tali tambang yang tergenggam erat di masing-masing kepalan tangan mereka.

Beruntungnya, nasib baik ternyata masih memihak mereka. Tidak lebih dari sepuluh menit, Jisung berhasil meraih tubuh si bocah kecil. Meskipun usahanya sedikit sulit karena air galian yang begitu keruh akibat campuran lumpur.

Melihat si gadis kecil yang telah berhasil dikeluarkan, Changbin yang telah mempersiapkan tandu sekaligus truk di luar stasiun segera berlari menghampiri gadis malang tersebut.

Bersimpuh disamping tubuh kecil yang sepenuhnya kehilangan kesadaran itu, Changbin angkat kedua tangannya untuk mulai berusaha memberi kompresi dada. Namun entah kenapa, tekanan yang ia berikan tak cukup kuat untuk membantu si kecil. Justru, saat ia mulai menghentak kedua tangannya, Changbin merasa lengan dan telapak tangan kirinya mulai gemetaran.

Blue Sunshine ⚊ Changlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang