12. Pria Tua Di Panti Jompo

27 9 2
                                    

April, 2024.

Menurut Changbin, pasangan suami istri yang telah menjadi tetangga barunya selama beberapa bulan terakhir ini merupakan orang-orang yang sangat ramah. Dengan mudah, Changbin bisa merasa nyaman di sekitar mereka. Hingga tanpa terasa, ketiganya terus bercakap-cakap hingga lupa waktu. Bahkan Hyunjin yang berada dalam dekapan sang ibu sampai jatuh tertidur akibat rasa bosan. Sebab bocah tersebut terlalu sulit untuk memahami percakapan orang dewasa di sekitarnya. Hal itu membuat sang kepala keluarga berpamitan sejenak untuk menggendong tubuh Hyunjin kembali ke dalam kamar. Begitu pula dengan Changbin yang baru menyadari jika ia telah terlalu lama berada disana.

Melihat kearah pintu, Changbin tak lagi temukan Felix disana. Setelah ucapkan kalimat pamit kepada ibu Hyunjin, Changbin tinggalkan area rumah Hyunjin dan segera kembali ke rumah. Ia membayangkan Felix akan berada disana, menyambut kedatangannya sambil mungkin menceritakan kekesalannya yang tidak mampu memasuki rumah Hyunjin. Namun sayangnya, meskipun Changbin sudah berkeliling di seluruh rumah, ia tidak bisa melihat Felix dimanapun.

"Felix?" panggilnya, entah untuk yang keberapa kali. Suaranya menggema dan menghilang begitu saja. Namun tidak ada sahutan yang menjawab panggilannya. "Felix!" ulangnya sekali lagi. Dan kali ini, begitu hidungnya kembali mencium aroma khas yang selama berbulan-bulan terakhir selalu ia cium, Changbin seketika berbalik ke belakang. Raut wajahnya berubah lega saat mendapati Felix yang telah berdiri berhadapan dengannya.

"There you are," gumam Changbin dibawah hela nafasnya. Lelaki itu kemudian mendaratkan tubuhnya diatas sofa ruang tengah. "Maaf, aku terlalu asyik mengobrol tadi. Aku sampai lupa kalau kamu nggak bisa masuk ke dalam sana. Kemana kamu pergi?"

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, si hantu manis tersenyum malu, "Nggak papa, Changbin. Tadi memang aku yang ingin pergi lebih dulu. Aku nggak bisa terlalu lama berada disana,"

"Kenapa? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Changbin khawatir jika salib tersebut mampu untuk membuat Felix kesakitan. Memahami kekhawatiran dari sang manusia, Felix buru-buru menggeleng cepat, "Aku baik-baik saja, kok! Salib itu nggak melukaiku. Aku hanya ... iri,"

"Iri?" ulang Changbin.

"Sejak dulu, aku selalu berpikir kalau Hyunjin adalah anak yang sangat beruntung. Dia hidup dengan keluarga yang sangat menyayanginya. Selain itu, dia juga nggak perlu pusing memikirkan makanan apa yang harus dia makan besok pagi," Felix meringis kecil. Merasa malu dengan apa yang akan ia katakan selanjutnya. "Aku iri. Kenapa aku dan Jeongin nggak bisa mendapatkan kesempatan untuk hidup seperti Hyunjin? Ini sedikit memalukan dan kurang ajar, tapi saat melihat Hyunjin dan keluarganya tadi, entah kenapa aku merasa marah. Sesak sekali. Jadi aku memilih untuk pergi dari sana. Maaf, Changbin,"

Mendengar kelancangan yang telah dilakukannya, Felix membayangkan jika Changbin akan mengeluarkan kata-kata pedas untuknya. Namun pikirannya buyar tatkala sudut matanya melihat Changbin yang justru tersenyum tipis. Pandangannya melembut, dan tidak tau untuk alasan apa, hal itu membuat Felix terpaku.

"Kenapa kamu minta maaf?" Changbin berdecak pelan, "Apa yang kamu rasakan itu normal, Felix. Kamu nggak perlu merasa bersalah dengan itu semua. Mendengar ceritamu selama ini, aku bisa menyimpulkan jika kamu sangat menyayangi Adikmu. Kamu adalah Kakak yang baik, Felix. Meskipun kalian hidup tidak berkecukupan, Jeongin pasti merasa sangat beruntung karena memilikimu sebagai keluarganya. Dan aku yakin jika kamu juga pasti merasakan hal yang sama. Keberuntungan nggak selalu tentang materi, 'kan?"

Mendengar komentar tersebut, Felix tersenyum tipis, "Aku memang sangat menyayangi Jeongin. Jeongin adalah duniaku. Jeonginku yang manis, dia pasti sudah sangat besar dan sangat tampan sekarang."

Blue Sunshine ⚊ Changlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang