11. Si Kecil Yang Berharga, Jeongin

27 10 3
                                    

Katanya, manusia yang sedang mengalami kesulitan, depresi, atau sedang merasakan kesedihan yang mendalam akan rentan untuk didekati dengan makhluk-makhluk tak kasat mata. Seumur hidup, Changbin hanya pernah mendengar kalimat tersebut dari media sosial dan acara televisi saja. Tanpa pernah mengira jika hari ini, ia akan menyaksikan kejadian tersebut secara langsung dengan mata kepalanya sendiri.

Changbin rasanya nyaris pingsan saat ia memperhatikan bagaimana ributnya Felix berputar-putar heboh memperhatikan raga dari remaja yang kini telah ia ambil alih.

"Apa yang kamu lakukan?!" teriak Changbin.

Felix terdiam. Tubuh itu berhenti berputar dan pandangannya berubah kosong. "Aku ... aku nggak tau apa yang terjadi," lirihnya. Setelah berkata demikian, Felix menutup mulut dengan telapak tangan. Suaranya yang biasa berat kini berubah menjadi lebih ringan dan halus. "Aku hanya ingin memegang tangannya sebentar saja. Lalu ... semuanya gelap. Saat aku membuka mata, aku sudah jadi Hyunjin."

"Keluar dari tubuh Hyunjin, Felix!"

"Aku nggak tau caranya!"

Felix semakin panik. Sebelumnya, ia memang pernah beberapa kali melihat para hantu penghuni pohon di sekitar lingkungan tersebut yang mengganggu orang-orang dengan cara merasuki tubuhnya.

Felix sering membayangkan jika ia bisa melakukan hal yang sama, tapi semua itu hanya dalam khayalan. Jadi, saat khayalannya justru menjadi kenyataan, tentu ia tidak sedikitpun mengerti tentang apa yang harus ia lakukan. Berulangkali Felix bergeser ke kanan dan ke kiri, berharap jika ia melakukan hal itu, tubuh Hyunjin akan terlepas darinya. Tapi nihil, Felix masih terjebak.

Sedangkan Changbin mulai rasakan frustasi. Apa yang harus ia perbuat? Apakah Changbin harus memanggil pendeta sekarang?

"Bagaimana ini, Changbin? Aku ingin keluar tapi aku nggak tau harus melakukan apa!"

Secara tiba-tiba, Felix bisa merasakan tubuh Hyunjin yang perlahan berubah melemas. Rasanya seperti Felix telah menyerap seluruh energi yang tersisa di tubuh Hyunjin. Detik itu juga, disaat Changbin tidak memiliki kesempatan untuk menangkap tubuhnya, Hyunjin terjatuh tidak sadarkan diri, meninggalkan jiwa Felix yang masih setia berdiri disana.

"Oh, no," Felix tercekat. "Apa dia mati?"

Changbin berlutut dan mencoba untuk memeriksa nafas Hyunjin. Seketika ia menghembuskan nafas lega saat jari yang ia dekatkan pada lubang hidung Hyunjin terasa sedikit menghangat. "Dia hanya pingsan." jelas Changbin.

Tapi masalahnya sekarang adalah, dengan kondisi lengannya yang seperti ini, bagaimana Changbin bisa mengangkat tubuh Hyunjin?

"Kamu harus memanggil orang tuanya," usul Felix tanpa mengalihkan pandangannya dari si remaja yang kini tergeletak diatas lantai.

"Apa yang harus kukatakan pada mereka? Kalau anaknya pingsan gara-gara kerasukan setan?!"

Felix termenung sejenak, "... bagaimana jika Hyunjin pingsan karena terlalu sedih akibat kemarahan Ayahnya dan nilai ulangannya yang jelek?"

Sebenarnya itu adalah sebuah ide yang tidak terlalu buruk. Tapi tetap saja, Changbin merasa sangat ragu untuk melakukannya. Di lain sisi, ia tidak bisa terus membiarkan Hyunjin terbaring begitu saja tanpa ada salah satu dari orang tuanya yang mengetahui. Akhirnya, karena sudah benar-benar menemui jalan buntu, Changbin melirik sekilas tubuh kecil Hyunjin, sebelum kemudian berlari keluar rumah.

Sedangkan Felix mulai berjongkok di sisi tubuh Hyunjin, memperhatikan wajah damai remaja tersebut dengan bibir merengut sedih. Tangannya terulur ke depan, berniat untuk menepuk pundak Hyunjin. Tapi niat tersebut ia urungkan begitu saja. Felix takut saat ia menyentuh tubuh Hyunjin, Felix akan kembali mengambil alih tubuh tersebut tanpa bisa mengendalikannya.

Blue Sunshine ⚊ Changlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang