Changbin sama sekali tidak mengerti apa maksud dan tujuan sosok tak kasat mata tersebut muncul di hadapannya, atau bahkan untuk apa ia menyebutkan namanya. Demi Tuhan, Changbin tidak sedikitpun peduli siapa nama mereka. Satu-satunya hal yang Changbin ingin ketahui adalah; apa alasan dibalik semua kejadian tidak masuk akal yang sejak semalam menimpanya.
Tapi satu hal yang Changbin sadari saat ia menatap sosok tersebut yaitu; pemuda berwajah pucat dengan rambut cokelat itu sangat mirip dengan sosok yang ia lihat di dalam mimpinya.
"Apa aku terlihat seperti peduli dengan siapa namamu?" Changbin berucap pedas, "Katakan, brengsek. Apa maumu?"
Satu sosok hantu yang baru saja memperkenalkan diri dengan nama Felix itu menatap Changbin tanpa berkedip. Satu menit setelahnya, Felix menjawab pelan, "... aku hanya ingin mengobrol denganmu."
Ya, Tuhan. Candaan macam apa lagi ini? Hidup dan suasana hatinya sedang sangat berantakan. Bayangan wajah Sieun, Seungmin serta selembar undangan sialan itu masih teringat di kepala. Dan sekarang, ia kembali mendapatkan masalah akibat kehadiran seorang hantu yang datang hanya untuk mengobrol dengannya?
"Aku nggak ingin mengobrol, berbicara atau bahkan melihatmu di dalam rumahku. Pergi dari sini sekarang juga, atau aku akan memanggil seseorang agar kamu bisa dimusnahkan."
Felix sama sekali tidak bergeming. Dan hal itu membuat Changbin mulai rasakan frustasi, "Apa kamu belum puas sudah melukaiku bahkan menggangguku di dalam mimpi?! PERGI DARI SINI, SETAN!"
"Bukan aku yang masuk ke dalam mimpimu,"
"Oh, God. AKU NGGAK PEDULI DAN AKU NGGAK PERCAYA DENGANMU! ENYAH DARI PANDANGANKU, BANGSAT!"
BRAK!
Remot hitam yang sebelumnya berada diatas meja kini sudah terjatuh ke lantai setelah Changbin dengan penuh emosi melemparkannya ke arah Felix. Dalam sekejap mata, remot tersebut menembus tubuh Felix. Setelah itu, Changbin tak lagi melihat keberadaan Felix dimanapun.
Felix menghilang, begitu juga dengan aroma tanah basah yang perlahan melebur menghilang begitu saja.
Mengatur nafas yang menderu cepat, Changbin sandarkan kepalanya di punggung sofa sembari memejamkan mata. Terlalu banyak kesialan yang menimpanya sejak semalam. Semua itu seakan sudah menyedot habis seluruh energinya tanpa tersisa.
Sepertinya, Changbin harus mulai mencari tempat tinggal lain yang lebih aman daripada rumah tua Minhyuk.
Tidak banyak membuang waktu, Changbin habiskan tiga harinya hanya untuk mencari info apartemen, rumah sewa atau bahkan penginapan untuk tempat dirinya singgah selama satu tahun penuh. Untungnya, Changbin tidak perlu mengkhawatirkan biaya yang harus ia keluarkan. Seluruh tabungan hasil dari kerja kerasnya selama ini sudah lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya sendiri.
Malam hari itu, hujan kembali mengguyur bumi. Ditemani secangkir kopi hitam, Changbin menatap layar laptop miliknya dengan penuh teliti. Kafein benar-benar berhasil membuatnya terjaga. Bahkan hingga waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi, belum ada tanda-tanda kantuk yang menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sunshine ⚊ Changlix
FanfictionDemi menyembunyikan kondisi pasca kecelakaannya yang berakhir buruk, Changbin nekat pindah ke sebuah rumah lama milik sang kakak, Minhyuk. ••• Sebagai seorang Pemadam Kebakaran, tugas Changbin adalah menjaga keselamatan semua orang. Tidak peduli bag...