1.4 :: Move

275 35 4
                                    

gesss ah sumpah gue lagi semangat banget ngetik byuta.

plis banget ya spam komen, biar gue makin semangattt

pleaseee

TAK MUDAH bagi Byuta untuk menerima semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TAK MUDAH bagi Byuta untuk menerima semuanya. Bahkan sampai detik ini pun Byuta tidak bisa. Sekeras apapun ia berusaha, kebenciannya terhadap anak yang dia kandung terasa sangat besar.

Byuta menatap Raphael yang tertidur diatas sofa ruang kamarnya. Dirinya bertanya-tanya, kenapa Raphael mau menikahinya? Kenapa Raphael melakukan semua ini? Apakah ada maksud tertentu? Apakah...

Banyak pertanyaan dipikirannya yang tak bisa dia ungkapkan. Entah dia harus berterima kasih atau bagaimana kepada Raphael.

Raphael, yang notabene-nya adalah Om nya, kini menjadi suaminya. Rasanya tidak seperti nyata.

Byuta mengerutkan keningnya. Perutnya merasa mual tiba-tiba—

HUEEEKKK!!

Hueeeek!

Huu—

"By? Mual banget yah? Kamu morning sickness itu, gak apa-apa. Itu normal kok di trimester pertama."

Byuta berhenti memuntahkan cairannya saat Raphael menghampirinya.

Raphael memijat leher Byuta sambil memegangi rambut panjang wanita itu.

"Gak apa-apa, muntahin aja kalau masih mual. Nanti Om Ael yang bersihin lantainya." Ucap Raphael malah membuat Byuta melongo.

Byuta mengusap bibirnya. Rasa mual itu tiba-tiba hilang ketika Raphael menyentuh dan bicara kepadanya.

"Maaf Om, Biyu gak keburu ke kamar mandi."

"It's okay. Nanti saya yang bersihin muntah nya. Kamu lanjut istirahat aja. Atau mau Om buatin sesuatu?"

"Teh hangat? Atau air hangat? Atau kamu lagi mau yang asem-asem?"

Byuta menggeleng, menolak tawaran itu. "Gak usah Om. Makasih."

Singkat dan padat, begitulah kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Byuta.

Byuta kembali memposisikan dirinya, berbaring diatas kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga diatas dada.

"Bi, kalau kamu mau atau butuh sesuatu, bilang aja ke Om Ael. Om tau kamu masih canggung, masih sungkan, Om cuma mau jadi yang terbaik buat kamu, Bi"

Kalimat itu terdengar aneh. Apakah itu hanya menjadi pemenang agar Byuta senang?

"Sebentar ya, Om bersihin dulu bekas muntah kamu." Izin Raphael beranjak mengambil tisu yang berada diatas nakas.

Raphael membersihkan lantai bekas muntahan Byuta tanpa rasa jijik.

ByutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang