"Namjoon kenapa, Hob?" Jungkook berbisik merendahkan kepala sambil sesekali menoleh hati-hati pada pos jaga beberapa meter di sampingnya.
"Kook......tadi aku lihat dia boxing di gym pagi-pagi sekali"
"Kamu tahu itu punching bag sudah seperti musuh bebuyutannya, Kook....""Seraaammmmm!" Hoseok menggenggam tangan sang sahabat dengan kedua telapak tangannya erat.
"Mungkin dia sedang ada masalah" Sekali lagi Jungkook melirik pada Namjoon yang tengah berlari menuruni tangga posnya.
"HEY!!"
Teriakan lantang dan keras tanpa pengeras suara itu sontak membuat Hoseok menoleh pada pria yang berjalan cepat menuruni tangga posnya.
"Ada masalah apa?" Namjoon menghampiri sepasang pria dan wanita yang terlihat sedang bersitegang di bawah payung besarnya.
"Jangan ikut campur, penjaga!" Sang pria bertubuh kekar dan lebih tinggi darinya menatap kesal pada Namjoon yang mencoba melerai mereka.
"Ini urusan rumah tanggaku""Tidakkah anda diajarkan untuk tidak berlaku kasar terhadap wanita?!" Namjoon melirik singkat pada sang wanita yang menangis mengusap pipi memerahnya dan sebuah luka kecil terilhat di sudut bibir.
"Kubilang ini urusan keluargaku!"
"Pergilah dan urusi para perenang yang melanggar aturan itu!" Pria besar itu mendorong dada Namjoon hingga tubuhnya bergeser mundur."Whoa....whoa....whoa! Okay...okay, maaf tuan....bukan maksudnya untuk mengganggu privasi keluarga anda"
"Namjoon, ayo pergi....." Jungkook menarik tubuh kaku itu menjauh."Ya! Pergilah, penjaga pantai!" Pria besar itu mencibir setelah sekali lagi mendorong bahunya lalu berkacak pinggang dengan seringai puas.
"Bajingan!" Namjoon berbalik dengan cepat hendak melayangkan tinjunya.
"Namjoon!"
Jungkook yang terlebih dahulu menyadari emosi sang pria yang tengah memuncak pun kembali menarik dan menyeret tubuhnya bersama dengan Hoseok dan Mingyu yang berlari tergesa menghampiri mereka."Sudah, Nam....."
"Mingyu dan timnya yang akan membereskan masalah ini" Beberapa kali Jungkook dan Hoseok menoleh-noleh pada sang ketua juga pria dan wanita yang sepertinya tengah menjelaskan pertikaian mereka."Kamu kenapa sih? Aku perhatikan hari ini kamu emosi sekali" Hoseok menatap rahang yang mengeras dan nafas memburu sang sahabat dengan dahi berkerut kebingungan.
Tak menjawab, Namjoon hanya mendorong kacamata hitamnya kemudian berlari kembali ke pos jaga.
"Aku membuat masalah bukan?" Namjoon berucap pelan seraya menoleh sebatas bahu saat suara langkah yang ia kenal mendekat di balik punggungnya.
Kedua siku diletakkan di atas lutut, tubuh tegap itu mencondong menarik tuas kaleng minumannya."Kamu selalu bercerita tentang apapun yang mengganggu pikiranmu" Mingyu mendengus tersenyum, duduk bersebelahan di sisi sang pria yang mulai meneguk bir dinginnya.
"Aku ingat dua tahun lalu kamu datang berbekal nekat bersama Jungkook dan Hoseok"
"Rela mengikuti training yang berat dalam waktu singkat demi menjadi partimer disini" Ia terkekeh pelan menyeruput birnya.
"Hari itu awal libur musim panas kuliahmu bukan?"Namjoon mendengus tersenyum lalu mengangguk.
"Pria tadi ternyata agak mabuk" Mingyu berbaring menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi.
"Dan istrinya itu hanya menangis saat kami meluruskan masalah kalian"
"Akhirnya dia mengalah lalu meminta maaf pada istrinya, hilang kendali....itu alasannya" Ia mendengus tersenyum."Mingyu.....aku minta maaf..."
"Nam...."
"Kamu tahu aku bukan hanya sekedar kepala timmu"
"Kamu bisa bercerita apa saja, tentang apapun dan dimana pun" Sang kepala kembali menegakkan tubuhnya menghadap Namjoon yang telah menghabiskan isi kaleng minumannya."Itu yang guruku bilang kepada murid-muridnya dulu..."
"Hingga salah satu dari mereka tak lagi bisa menahan perasaannya" Namjoon menopang dagu memandang air laut yang datang dan pergi menyapu pasir putih di hadapannya."Jadi itu masalahmu? Mantan guru sekolahmu, hmm?" Mingyu terkekeh pelan.
"Apa kalian bertemu kembali?""Dia disini, Mingyu....." Namjoon tertunduk mengusap keningnya seraya tertawa kecil.
"Kita pernah bertemu dengannya beberapa hari lalu"Gelak tawa sang kepala meledak seketika.
"I knew it!""Jadi benar Kim Seokjin itu orang yang telah membuatmu mabuk kepayang?"
"Orang yang membuatmu datang kesini untuk melupakan rasa benci dan rindumu?""Diamlah......" Namjoon berucap datar kemudian merebahkan tubuhnya beralas jemari yang terjalin.
"Oh man....."
"Biar kutebak, kalian bertengkar karena tiba-tiba kamu membahas masa lalu dan dia gak suka?""Atau dia sudah melupakanmu tapi kamu bersikeras untuk kembali mengejarnya dan dia terganggu?"
"Yang pertama" Namjoon menjawab singkat lalu menghela nafas dan memejamkan matanya.
"Tipikal Kim Namjoon.....selalu penasaran" Kembali sang kepala mendengus tertawa pelan.
"Aku cuma ingin tahu kenapa dia pergi tanpa kabar"
"Mengganti nomor ponselnya seperti aku orang menyeramkan yang sewaktu-waktu akan menerornya dan menyusulnya ke Jepang karena dia tak kunjung pulang""Sampai detik inipun aku gak tahu dia ternyata adalah seorang penulis yang jadi bagian dalam film yang, secara kebetulan sekali berlokasi di pulau ini" Namjoon menegakkan duduknya menghadap sang pria.
"Dan semua itu penting sekali untukmu?" Mingyu membulatkan matanya.
"Kamu sendiri yang bilang ini kebetulan"
"Berapa banyak kemungkinannya seseorang yang pindah ke Jepang, tiba-tiba menghilang, jadi penulis lalu berada dalam satu pulau kecil yang sama denganmu tiga tahun kemudian, hmm?"Pertanyaan itu membuat Namjoon kembali memalingkan tatapan pada angin laut yang menerpa wajahnya.
"Kamu cuma punya waktu sekitar dua minggu untuk bersamanya sebelum.....entah kemana lagi dia akan menghilang" Kali ini Mingyu menatapnya serius.
"Tidakkah kamu ingin memanfaatkannya dengan baik, Namjoon?"Tak menjawab, Namjoon hanya memandang pria yang duduk di sampingnya. Menelan salivanya perlahan kemudian mengerjap dan menarik nafasnya.
"Kurasa kamu benar...." Ia melebarkan senyum lalu berdiri menepuk-nepuk celananya yang berpasir.
"Thanks a lot, man""Hey....mau kemana kamu malam-malam begini?" Mingyu turut bangkit dari kursinya mengejar sang pria yang telah berbalik dan berjalan meninggalkannya.
"Apakah menurutmu dia sudah makan?" Namjoon menoleh singkat dengan senyum lebar yang belum memudar.
"Terlalu malamkah jika aku mengajaknya makan malam?"
"Maksudku....sekedar camilan-camilan kecil ditemani kopi, mungkin bir?""Mungkin dengan itu kita bisa mengobrol dengan lebih santai"
"Tapi apakah dia boleh minum?"
Mingyu tergelak mendengar celoteh riang sang pria lalu merangkul bahunya dan berjalan bersama.
"Terserah kamu saja, Nam...."
"Apapun yang membuat kalian senang"Pintu bungalow itu diketuk pelan. Namjoon tersenyum lebar di balik hoodie hitamnya, menunggu dengan satu tangan terjuntai menggenggam sekuntum bunga liar yang dipetiknya dalam perjalanan menuju penginapan sang pria.
Sekali lagi pintu kayu itu diketuknya lebih keras.
Hening, tak juga ada jawaban.
Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu mendengus pelan.
"Mungkin Seokjin sudah tidur...." Namjoon meletakkan bunga kecil berkelopak putih itu di sela-sela jendela kemudian berbalik dan pergi.