"K-kamu sendirian?" Seokjin menarik lembut pergelangan tangan yang menggaruk pipi memerah di hadapannya.
Namjoon mengangguk pelan, manik gelapnya menatap lekat wajah sang pria seakan masih tak percaya.
"Aku....agak gak enak badan, jadi pulang duluan"Seokjin mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Um....baiklah"
"Aku juga akan kembali ke bungalow, kebetulan aku lewat sini lalu melihatmu" Ia tersenyum kikuk seraya menunjuk ke arah penginapannya."Mau jalan bersama?" Namjoon tersenyum memiringkan kepalanya.
"Arah penginapan kita sama bukan?"Seokjin tersenyum mengangguk kemudian berjalan di sampingnya. Sesekali melirik pelan pada sang pria yang terus terdiam menundukkan kepala dan mengusap leher juga lengannya.
"Kamu bawa obat kan?""Bawa kok...." Namjoon menoleh singkat dengan senyum tipis.
Langkah berdampingan itu terus menyusuri cahaya lampu tanpa berbicara. Hingga Seokjin berhenti di bawah tangga besar menuju pintu sebuah hotel.
"Istirahat ya..." Ia berdiri menghadap sang pria yang sedikit mengangkat alisnya kecewa.
Hela nafas panjang berhembus pelan, Namjoon berusaha tersenyum lalu mengangguk lemah.
"Terimakasih sudah mengantar"Anggukan dibalas dengan anggukan, Seokjin bergeser mundur kemudian berbalik meninggalkan Namjoon yang hanya memejamkan matanya sedih.
Desah kecewa kembali berhembus pelan seiring langkah lunglainya menaiki tangga.BRUK
Seokjin sontak berbalik sesaat setelah suara tumbukan itu terdengar.
"Namjoon!"Satu kaki berlutut dengan kedua tangan menopang tubuhnya yang tersungkur ketika menaiki tangga, Namjoon lalu mengusap keningnya dan terkekeh lemah.
"S-sorry....kepalaku sakit...""Kuantar ke kamar ya..." Seokjin membantunya bangun, menggenggam lengannya erat dan memapahnya menaiki tangga.
Manik hazel itu menatap resah tombol-tombol angka lift yang membawa mereka naik menuju kamar sang pria. Beberapa kali menarik tangan yang menggaruk wajah juga lehernya pelan dan terus memperhatikan kelopak mata terpejam dengan kepala bersandar lemah pada dinding lift itu khawatir.
Pintu bergeser terbuka setelah denting bel terdengar. Kunci kartu diserahkan tanpa bicara, Namjoon berjalan tertunduk dalam rangkulan sang pria yang kemudian membuka pintu kamarnya.
Jemari merogoh tas ranselnya, sebuah benda tak sengaja terjatuh namun ia terlalu pusing untuk membungkuk dan mengembalikannya.
Menemukan botol obat yang dicari, Namjoon meneguk segelas air bersama dengan tablet pereda alergi, sementara Seokjin hanya berdiri terpaku di depan pintu yang telah tertutup rapat.Masih mengusap-usap badan dan wajahnya yang gatal, Namjoon kemudian melepas jaketnya lalu merangkak lemah ke dalam selimut.
Perlahan Seokjin mendekat dan duduk di tepi tempat tidur sang pria.
"Aku.....pu....""Stay....please" Namjoon bergumam pelan menarik ujung lengan sweaternya.
"Um....." Seokjin yang sedikit tersentak oleh ucapan itu pun bergerak-gerak tak nyaman melirik ke sekitarnya.
"N-nanti.....kekasihmu marah jika menemukanku disini..."Kelopak mata terpejam itu perlahan berayun terbuka beriring kerutan tipis di dahinya. Namjoon menatapnya kesal kemudian melonggarkan genggaman jemari pada sweaternya dan menghela nafas kecewa.