BAB 22

150 3 0
                                    

BAB 22

2 bulan kemudian.

(Pov Ine)

Tut.. Tut.. Tut !!

Suara nada panggilan di hpku. Aku sekarang sedang menelepon pacarku yang bernama Fian.

“Halo sayang”
“Hikss.. Iya halo” jawabku sambil menangis.
“Kenapa menangis sayang?”
“Galau. Emmhh. Jadi gi..ma..na kepu..tu..san..mu?”
“Sudah jangan nangis sayang, 2 hari lagi aku akan menemui papamu. Ndak perlu galau lagi ya”
“Hiks.. gimana gak galau, aku ta..kutt”
“Sudah jangan khawatir, susah senang kita selalu menghadapi bersama-sama. Apalagi hanya masalah ini. Aku lelaki jantan sayang. Kita pasti bisa menyelesaikan masalah”
“Bukan masalah itu, aku taa...kuutt papa menolak kamu sayang”
“Sudah jangan terlalu dipikirin. Aku yakin papamu pasti menerimaku meskipun.. meskipun itu sulit. Tapi aku siap kok dan akan memperjuangkan kamu. Apa perlu aku membawa orang tuaku ke sana?biar bisa ngeyakinin kamu”
“Kal..lau bawa keluargamu aku semakin takut”
“Yasudah biar aku sendiri. Setelah itu baru aku bawa keluargaku”
“Iya. Yasudah kalau begitu. Aku tunggu 2 hari lagi ya”
“Iya. Dadah sayang. Tunggu aku ya. Sebentar lagi aku akan menikahimu. Sudah ya.. love you”
“Iya sayang. Love you too”

Klik !

Aku mematikan handphoneku, kemudian aku merebahkan badanku di atas kasur sambil menatap langit kamarku.

Sebentar lagi aku akan dinikahi lelaki pujaanku. Sudah 2 tahun kami berpacaran. Semenjak aku putus sama elle waktu SMA aku lama enggan punya pacar, tapi semenjak kuliah pertahananku runtuh. Aku terpikat oleh seniorku di kedokteran. Akhirnya aku berpacaran sama dia, ohya nama dia Gilang. Awal-awal pacaran dia baik, akan tetapi setelah 6 bulan berjalan dia selalu uring-uringan sama kayak elle. Masalahnya sederhana yaitu aku tidak mau diajak berhubungan badan. Aku sangat menjaga perawanku ini. Akhirnya aku trauma kejadian dengan Elle. Maka aku putuskan saja si Gilang ini.

Kemudian datanglah pangeranku ini. Dia seorang penyabar, perhatian, dan pastinya baik hati. Akhirnya aku berpacaran lagi dengannya. Awalnya aki takut kejadian dengan Elle dan Gilang terulang kembali. Tapi semakin lama berpacaran tidak terjadi. Waktu si Fian ngajak hubungan badan, aku sempat beberapa kali menolak. Tapi semakin aku menolak perhatian, penyayangnya masih sama tidak berubah sama sekali. Akhirnya tepat setahun berpacaran aku menyerahkan keperawananku kepada Fian.

Semenjak dapat perawanku Fian malah semakin sayang kepadaku. Dan aku tidak menyesal menyerahkan keperawananku ini, malah aku bangga karena aku yakin Fian ini akan menjadi pendamping hidupku nanti.

Dan telepon barusan ini, Fian akan segera melamarku. Sebenernya aku sekarang masih menjalankan studi kedokteran yaitu koas di salah satu rumah sakit di kotaku tempat kuliah. Tapi dalam minggu ini aku ijin cuti karena Fian akan segera melamarku.

Aku degh-degh an sekarang, aku takut lamaran Fian di tolak papa karena aku masih menjalani pendidikan. Tapi Fian tetep bersikukuh mau melamarku. Apalagi tadi katanya mau membawa ortunya ke rumah. Tapi aku bersikukuh biar fian sendiri yang meminta papaku, setelah papa setuju baru fian bawa keluarganya di hadapan papa.

Sekarang aku takut mau memulai pembicaraan kalau fian mau ke rumah, karena pasti papa akan marah karena aku masih menjalani studi. Tapi memang harus secepatnya Fian kesini dan melamarku agar kita berdua tenang dan khususnya aku agar tidak terbebani lagi.

Papa dan mama sekarang sendiri di rumah, hanya ada pembantu dan sopir yang setiap hari pulang, kalau dulu ada Untung yang mengabdi kepada papa mama. Sekarang Untung sudah kembali ke desanya setelah kakeknya meninggal. Kasian aku sebenernya sama Untung. Dulu aku sama dia sempet dekat, sebenernya terakhir sama dia aku ada rasa sedikit, sedikit saja. Tapi aku sadar Untung siapa, apa jadinya kalau aku berpacaran sama dia?yang hanya sebagai pembantu di sini.

Spectrum kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang