BAB 23

107 2 0
                                    

BAB 23

Aku mengawali hari minggu dengan senyuman, bagaimana tidak kesulitanku sudah bisa di atasi. Ternyata Tuhan masih sayang aku, sekarang aku sudah mempunya motor bekas yaitu matic milik salah satu pabrikan Jepang. Hpku juga sudah ganti android. Sekarang fokusku adalah menabung untuk bisa berkuliah. Aku sudah tidak ada rencana berwirausaha seperti dulu, aku kepengen karier di perkantoran. Setelah lulus kuliah nanti, aku berencana melamar pekerjaan yang bisa membuat aku sukses.

Hari ini aku berencana untuk bersilaturrahmi kepada Pak Karim. Sudah hampir 4 tahun aku tidak ke sana, sebagai mantan anak asuh dulu aku masih ingin menyambung silaturrahmi dengan Pak Karim, urusan dengan Bu Juleha aku bertekad sebisa mungkin aku hindari. Aku tidak ingin merusak hubungan keluarga orang lain. Aku takut karma seperti kemarin. Aku bertekad menjauhi segala hal yang merugikanku.

Akupun membuat kopi terlebih dahulu untuk mengembalikan semangatku, sambil melamun masa lalu dimana sewaktu aku ikut pak karim, affairku dengan Bu Juleha, cinta monyetku dengan Ine, terakhir affairku dengan Yunita membuat toleku menggeliat dari dalam celana. Sudah sekian lama toleku tidak di asah. Apakah masih bisa perkasa apa tidak ya? Dulu waktu masih sama lekha, mantan pacar yang membuat aku jatuh ke jurang toleku beberapa kali membuat pingsan Lekha. Tapi entah sekarang, semoga masih perkasa.

Pikiran-pikiran mesum aku alihkan, aku gak mau ketika bertemu Bu Juleha nanti toleku masih menggeliat, bisa malu aku, dan pertahananku bisa runtuh nantinya. Setelah bermain game di hp dan menghabiskan kopi sambil merokok aku berniat mandi dan segera ke rumah Pak Karim, biar sampai rumah lagi tidak sore.

Dengan mengenakan kemeja dan celana jeans, tak lupa jaket dan sepatu. Aku mulai memanasi mesin motorku. Dengan berdoa terlebih dahulu aku mulai menjalankan motor yang akan memakan waktu kurang lebih 2 jam ke rumahnya Pak Karim.

Telegram : @cerita_dewasaa

Setelah dua jam berlalu, aku sudah mulai memasuki kota. Akupun bernostalgia dengan melewati STMku dulu. Tepat di depan STM terdapat warung yang dulu aku sering nongkrong sama temen-temen bajindul dan SSL, aku pun mampir sekedar menghilangkan dahaga sambil sedikit bernostalgia.

“Mas, es capuccino satu ya?”ucapku kepada penjaga warung.
“Siap mas”
“Mas Anton kemana mas?”
“Di rumah mas, kalau hari minggu beliau di rumah, aku yang menjaga warungnya. Btw kok kenal mas Anton mas? Kok gak pernah lihat masnya sebelumnya” ucapnya.
“Iya mas, lama gak kesini, dulu waktu masih siswa STM nongkrongku di sini mas, tapi semenjak lulus sudah jarang ke sini”Jawabku
“oh gitu makanya kok asing wajahnya”
“Lha masnya sendiri apanya mas Anton? ohya kabar mas anton gimana Mas? Sehat aja kan?” tanyaku
“Mas Antonnya sehat mas, aku karyawannya mas, mas anton sekarang nengokin mbok Nomnya (istri muda) mas, makanya kalau hari minggu aku yang jaga full seharian” ucapnya menjelaskan.
“Wow.. mas Anton makin tua makin menjadi donk mas. Wkwkwk”
“Makanya itu, tua-tua gak malah tobat, eh malah nikah lagi”
“Hahaha. Keren itu mas”
“Hahaha.. ini mas es capuccinonya.”
“Siap makasih mas, tak duduk di situ sambil nostalgia jaman STM” ujarku
“Siap mas di sekecaaken (dinikmati)”

Akupun duduk di deket trotoar jalan sambil memandang sekolah tercintaku dulu, banyak kenangan disini, sambil mengeluarkan rokok dan mengenang masa mudaku dulu. Sekarang se udah agak bangkotan (tua). Hehe.

Setelah es capuccinoku habis, akupun segera undur diri untuk menuju rumahnya Pak Karim.

“Sudah mas, berapa mas esnya?”
“5ribu mas, kok cepet mas? Mau kemana?” tanyanya.
“Mau ke rumah mantan majikanku dulu mas, maklum aku orang desa, sekolah disini aku aku sambil jadi pembantu mas. Oh iya salam ya ke mas Anton. Bilang aja dari Untung”
“Siap mas, hati-hati”

Spectrum kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang