Bab 19. Ilusi Peristiwa Tragis

76 12 2
                                    

Meskipun penakut, Risa sebenarnya punya rasa penasaran yang tinggi terhadap makhluk-makhluk tak kasat mata.

Ia menatap seksama langkah berirama hantu berpakaian Militer saat berjalan menjauh menuju lorong panjang rumah sakit.

Hantu itu tak sedikit pun menunjukkan rupa wajahnya saat Risa menggumamkan inner speech untuk mengajaknya berbicara.

Hey, kau yang di ujung sana. Tolong berhenti sebentar!”

Sang hantu tak menggubris sedikit pun bahasa hati Risa.

Hey, Tuan Tentara, kau berasal dari mana? Apakah kau juga berasal dari Netherland?

Entakkan sepatu boot yang dikenakan Sang hantu menggema nyaring memecah kesunyian di lorong panjang.

Tuan, Tuan Tentara, apakah Tuan mengenal sahabatku, Hendrick Joan Schraaff ? Dia juga seorang Tentara seperti Tuan?

Barulah saat mendengar nama Hendrick disebut, Sang hantu seketika menghentikan langkah cepatnya sebelum menerobos dinding ber cat putih di hadapannya.

Sosok itu memutar wajah ke samping. Memperlihatkan pahatan hidung mancungnya yang memenuhi hampir separuh wajah rupawan sang hantu.

Perlahan sekali, hantu tersebut menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan Risa.

Mata Risa membulat sempurna melihat anggukan kepala Sang hantu. Ia lantas bangkit dari posisi duduk untuk menghampiri sosok tak kasat mata itu.

“Kau mau kemana?” Tangan Risa yang tidak dipasangi infus tiba-tiba saja digenggam erat oleh Nathan.

Risa menoleh.

“Kau mau kemana, huh? Kenapa tiba-tiba malah berdiri?”

Risa menggerakkan dagunya, memberitahu pada Nathan kalau ia hendak menemui sosok hantu di ujung lorong.

“Jangan kesana!” Meskipun dalam posisi duduk, tenaga Nathan masih begitu kuat mencengkeram tangan  Risa agar tidak menghampiri sosok tak kasat mata di ujung lorong.

“Aku harus bicara dengan dia, Nathan. Sosok itu kenal dengan Hendrick!”

Telinga Katherine meruncing mendengar nama Hendrick disebut-sebut oleh Risa.

Ia yang sedang merangkul erat pinggang Nathan, perlahan melonggarkan pelukannya demi bisa mendengar dengan jelas percakapan antara kedua manusia itu.

“Jangan, berbahaya. Siapa tahu dia sosok jahat di lift tadi!”

Risa menggeleng tegas. “Bukan, Nathan. Bukan. Dia sosok yang berbeda. Dia ini temannya Hendrick!”

Selintas kecepatan cahaya, tubuh tak bermassa Katherine sudah berada tepat di depan wajah Risa.

“Hendrick? Hendrick siapa maksudmu gadis cantik?”

Dengan jarak wajah mereka yang tak sampai sejengkal, juga iris mata yang saling bertemu pandang satu sama lain, Risa bisa melihat gambaran masa lalu Katherine hanya dengan memandang manik mata kebiruan milik sang hantu.

Dalam gambaran monokrom di benak Risa, ia melihat sosok masa lalu hantu itu semasa dirinya masih hidup dulu.

Katherine begitu jelita mengenakan gaun kerajaan berpilinkan untaian benang emas berinisial nama dirinya.

Gaun mewah itu menyapu jalan setapak yang berada di sebuah perkebunan bunga Tulip berwarna-warni.

Di samping Katherine, terlihat pula sosok yang begitu familiar bagi diri Risa. Sosok itu ialah Hendrick. Di kala itu, Hendrick juga begitu rupawan dengan pakaian Militer yang ia kenakan.

Que sera, seraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang