Bab 3. Hantu Mesum

180 18 1
                                    


Nathan berkali-kali bersin saat sosok hantu Katherine berusaha keluar dari dalam tubuhnya.

Bak uap kopi di botol tumbler, asap putih tipis membumbung tinggi dari mulut pria itu, disaat Katherine berhasil melepaskan rohnya dari raga Nathan.

"Leganyaaa..." Hantu itu tersenyum riang bisa meloloskan diri dari penjagaan petugas imigrasi gaib di pintu masuk Bandara.

"Lega, lega. Badanku sakit semua, tahu!"

Nathan terlihat merunduk dengan kedua tangan memegangi lutut. Menahan sekujur tubuhnya yang seperti ditindih badan besar, setara 5 pemain Timnas seukuran Elkan Baggot dan Jay Idzez.

"Kau masih terlalu amatir, Nathan. Kita tidak punya banyak waktu menghindari mereka. Makanya aku harus menggunakan ragamu sepenuhnya melewati penjagaan mereka."

Kepala Nathan terdongak ke arah gadis bergaun kusam itu. Mereka berdua tengah berbicara dengan perantara inner speech, agar orang-orang di sekeliling tidak beranggapan Nathan gila karena bicara sendiri.

"Ayo, tunggu apa lagi. Cepat selesaikan proses penerbanganmu, agar kita segera pergi dari tempat ini!" Sosok tembus pandang itu mendorong punggung Nathan menuju tempat check-in Bandara.

Tubuh Nathan secara otomatis terdorong ke arah petugas check-in. Pria itu mengeluarkan dokumen perjalanannya ketika seorang petugas baru saja menyapanya ramah.

"Hmmm, orang Indonesia, ya?" Wanita berkulit sawo matang mengecek sekilas paspor berlogo Burung Garuda itu.

"Ah, kepo sekali. Cepat stempel dokumen perjalanan Nathan, Nona. Kami harus segera pergi dari tempat ini!"

Nathan menahan tawa mendengar omelan Katherine disaat petugas check-in berbasa-basi menanyakan asal-usulnya.

"Ya, saya orang Indonesia. Anda juga orang Indonesia?"

Katherine menyikut lengan Nathan, melihat pria itu malah memperlambat perjalanan mereka dengan mengobrol bersama petugas check-in.

"Ya, tapi halfblood. Papaku dari Cardiff, sedangkan Mamaku Surabaya."

Mendengar kata Surabaya, alis tebal Nathan terangkat tinggi ke atas.

"Surabaya? Wah, kebetulan sekali saya akan terbang ke kota itu hari ini. Anda pernah ke Surabaya sebelumnya?"

Wajah hantu di samping Nathan mulai memberengut karena pria itu malah mengabaikan dirinya.

Petugas check-in mengangguk antusias. "Ya, beberapa kali, ketika saya masih kecil dulu. Sekarang sudah tidak pernah lagi, karena kami semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing."

Katherine mempunyai ide bagus memotong percakapan kedua orang ini. Ia menyelinap masuk ke ruang check-in, berniat akan menarik tumpukan berkas di atas meja.

Kedua orang itu masih tidak sadar dengan ulah Katherine. Apalagi Nathan, yang sepertinya sangat menikmati sekali keindahan tobrut wanita check-in di hadapannya.

"Hihihi, kena kalian." Tangan pucat itu dengan sengaja menarik susunan berkas di paling bawah, agar tumpukan berkas di atasnya hilang keseimbangan.

Nathan dan petugas check-in menghentikan percakapan mereka mendengar suara benda jatuh dari arah lantai.

"Astaga, pasti aku menumpuknya terlalu tinggi." Petugas itu tertegun melihat ceceran kertas berserakan di lantai.

Nathan menjulurkan leher mengikuti tolehan kepala petugas check-in. Iris deragem itu tidak sengaja bersitatap dengan Katherine, yang tengah tersenyum cengengesan di belakang petugas.

Que sera, seraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang