Chapter 2

81 22 18
                                    

Maximus Brave Valorant
(Kim Taehyung)

Karakter:kuat dan berani, tidak pernah ragu menghadapi tantangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karakter:
kuat dan berani, tidak pernah ragu menghadapi tantangan. Selalu jadi yang pertama di garis depan, Maximus tak gentar menghadapi bahaya, bahkan ketika semua orang menyerah. Dia memiliki aura tegas, dengan postur tubuh gagah dan tatapan yang intens.

"Keberanian bukanlah ketidakhadiran rasa takut, tetapi menguasainya untuk menjadi versi terbesar dari dirimu."

−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
The Call of Destiny

Ethelia, Hutan Sylvanor

Kabut tebal menyelimuti hutan Sylvanor, memberikan suasana misterius dan angker. Pangeran Alexander bersama regu penyelidik bergerak perlahan di antara pepohonan yang menjulang tinggi, matanya waspada terhadap setiap suara. Di sampingnya, Maximus memimpin jalan, mengamati sekeliling dengan tatapan tajam.

"Kita harus berhati-hati," bisik Maximus, suaranya rendah namun tegas. "Kekuatan sihir ini mungkin lebih kuat daripada yang kita duga."

Alexander mengangguk. "Kita harus menemukan sumber kabut ini sebelum terlambat. Rakyat kita bergantung pada kita."

Setiap langkah terasa semakin berat saat mereka mendekati pusat hutan. Aroma lembap dan dedaunan yang busuk memenuhi udara, dan suara-suara binatang malam menjadi semakin meredup. Alexander merasakan ketegangan di udara, seolah-olah alam itu sendiri sedang menunggu sesuatu yang besar.

Tiba-tiba, cahaya lembut memancar dari kejauhan, menembus kabut tebal. Alexander dan Maximus saling memandang, rasa ingin tahu menggantikan rasa takut. "Apa itu?" tanya Alexander, langkahnya terhenti.

"Itu... bisa jadi sumbernya," jawab Maximus, menunjuk ke arah cahaya. "Kita harus mendekat."

Dengan hati-hati, mereka melangkah menuju cahaya tersebut. Saat semakin dekat, Alexander merasakan aliran energi yang kuat, seolah-olah ada kekuatan yang menariknya. Ketika mereka mencapai tempat itu, pemandangan di depan mereka membuat mereka tertegun.

Di tengah hutan, terdapat sebuah altar kuno yang terbuat dari batu-batu besar, dikelilingi oleh simbol-simbol sihir yang bersinar samar. Di atas altar, sebuah bola cahaya berwarna biru terang bergetar, memancarkan energi yang membuat bulu roma mereka berdiri.

"Alexander..." suara lembut muncul dari dalam cahaya, memanggil namanya. "Kau telah dipilih."

Alexander dan Maximus saling pandang, ketidakpastian meliputi mereka. "Siapa yang memanggilku?" tanya Alexander, berusaha untuk tetap tenang.

"Aku adalah suara dari takdirmu," jawab cahaya. "Dua dunia terhubung oleh kekuatan yang lebih besar. Saat gelap melanda Ethelia, hanya kau dan putri dari dunia lain yang bisa mengembalikan keseimbangan."

Maximus memandang Alexander, ketegangan terlihat di wajahnya. "Apakah ini yang kau rasakan, Pangeran? Kekuatan dari Valandra?"

"Ya," suara itu melanjutkan, "Alexa, putri dari Valandra, juga merasakan panggilan ini. Dia memiliki kekuatan yang dapat membantumu."

Alexander mengerutkan alisnya, memikirkan apa yang telah terjadi di kerajaannya. "Alexa... putri yang berhasil menciptakan pelindung di Valandra?"

"Benar," jawab cahaya. "Kamu harus mencarinya. Hanya dengan bersatu, kalian dapat menghadapi ancaman yang akan datang."

Tanpa peringatan, cahaya itu mulai berkedip-kedip, seolah-olah memberi sinyal untuk meninggalkan altar. Alexander merasakan keinginan yang kuat untuk mengikuti instruksi itu, namun ada keraguan di dalam dirinya.

"Bagaimana aku bisa menemukannya?" tanya Alexander, suara penuh harap.

"Jalan akan terbuka saat saatnya tiba. Percayalah pada takdirmu," jawab cahaya, sebelum akhirnya menghilang, meninggalkan mereka dalam kegelapan.

---

Bumi, Kerajaan Valandra, Kamar Alexa

Sementara itu, di dunia Valandra, Alexa terbangun dari tidurnya yang gelisah. Mimpinya dipenuhi dengan visi kabut tebal dan cahaya biru, suara yang memanggil namanya bergaung dalam ingatannya. Dia merasakan sebuah tarikan kuat, seolah-olah ada sesuatu yang memanggilnya untuk bergerak.

"Apa semua ini?" gumamnya, memegangi kepalanya. Dia teringat kembali pada pelindung yang diciptakannya, serta buku tua Woven Fates yang ia temukan. Rasa ingin tahunya membara, mendorongnya untuk mencari tahu lebih dalam.

Alexa berdiri, bertekad untuk menemukan jawaban. "Aku harus tahu apa yang terjadi. Jika ada sesuatu yang memanggilku, aku tidak bisa mengabaikannya."

Dengan cepat, Alexa mengambil buku tua itu dan membukanya lagi. Halaman-halaman berisi gambar-gambar dan simbol-simbol aneh mulai bergetar, seolah-olah terhubung dengan kehadirannya. Dia mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya, berharap bisa menemukan jalan menuju takdirnya.

Saat itu, sebuah cahaya kecil muncul di ruangan, memancarkan kehangatan dan kedamaian. "Alexa, waktu sudah tiba. Bersiaplah untuk perjalananmu," suara lembut itu kembali memanggilnya.

Hai Hai...
Tolong banget kalau kalian baca jangan lupa di vote ya gengs.
💛💛💛

Salam hangat
💛💛💛
-nata☆

Woven Fates: A Tale of Magic and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang