Chapter 11

41 18 0
                                    

Shadow of Time: The Price of Every Step

Setelah Alexandra berhasil melewati ujian dari Penjaga Waktu, suasana di gua bawah laut mulai tenang. Aura magis yang sebelumnya terasa menekan kini perlahan memudar, digantikan oleh perasaan lega karena mereka telah berhasil. Di tangan Alexandra, Kalung Manipulasi Waktu kini berpendar dengan cahaya keperakan yang lembut, menandakan kekuatan besar yang baru saja mereka raih.

"Kita berhasil," gumam Eleanor, matanya masih tertuju pada kalung itu. "Tiga artefak sudah ada di tangan kita."

Alexandra mengangguk, menyadari betapa besar tanggung jawab yang mereka emban. Cermin Pelihat Masa Depan, Tongkat Penyeimbang Kekuatan, dan kini Kalung Manipulasi Waktu-semua artefak itu memiliki kekuatan besar yang bisa menyelamatkan Ethelia dan Valandra dari kehancuran. Namun, di tengah ketenangan itu, Julian tampak gelisah.

"Ada yang aneh..." kata Julian, suaranya rendah namun penuh kewaspadaan. Dia menatap sekeliling dengan cemas, merasakan energi yang tidak biasa.

Seketika, dinding gua di sekitar mereka mulai bergetar. Retakan muncul di batu-batu yang sebelumnya kokoh, dan air yang sebelumnya terkendali mulai merembes, seolah-olah penjara yang menjaga kekuatan bawah laut itu mulai runtuh. Suara gemuruh semakin keras, dan sebelum mereka sempat bereaksi, lantai gua berguncang hebat.

"Ini jebakan!" teriak Alexander, mencoba meraih lengan Alexandra untuk menariknya menjauh dari pusat getaran.

Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sosok hitam yang besar dan mencekam muncul dari balik bayang-bayang gua. Ia tampak seperti asap pekat yang tak berbentuk, namun matanya bersinar tajam dengan aura kegelapan. Bayangan Waktu, penjelmaan kekuatan waktu yang tidak terkendali, berdiri di hadapan mereka, menghalangi jalan keluar.

"Kalian mungkin telah mendapatkan kalung itu," suaranya bergema, dalam dan menyeramkan, "tetapi waktu bukanlah sesuatu yang bisa begitu saja dikendalikan. Siapa pun yang berani mengubah takdir harus membayar harganya."

Air di sekitar mereka tiba-tiba terangkat, membentuk dinding-dinding air raksasa yang berputar-putar di sekeliling gua. Badai bawah laut yang tak terkendali mulai terbentuk, membuat mereka terjebak di tengah-tengah pusaran air yang semakin kuat.

Maximus menghunus pedangnya, berusaha mencari celah untuk melindungi yang lain, tapi kekuatan Bayangan Waktu terlalu besar. Setiap serangan yang dilancarkannya hanya tembus melalui tubuh bayangan itu tanpa memberikan dampak apa pun.

"Kita tidak bisa melawannya secara fisik," teriak Eleanor, mencoba menghindari arus air yang semakin kuat. "Ini adalah ujian lainnya. Ujian tentang bagaimana kita mengendalikan waktu."

Julian menatap Alexandra, lalu ke arah Kalung Manipulasi Waktu yang masih bersinar di tangan gadis itu. "Kalung itu adalah kunci. Kau harus menggunakannya untuk menghentikan kekacauan ini."

Alexandra mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. Kekuatan yang dimiliki kalung ini bukanlah kekuatan yang bisa digunakan sembarangan, karena setiap perubahan pada aliran waktu dapat membawa konsekuensi besar.

"Tapi bagaimana cara menggunakannya?" gumam Alexandra, merasakan tekanan besar di pundaknya. Air terus naik, mengancam menenggelamkan mereka semua.

Julian, yang memiliki pemahaman tentang sihir kuno, mendekati Alexandra dan menatapnya dengan tajam. "Kau tidak harus mengendalikan waktu. Kau hanya perlu menstabilkannya. Fokus pada saat ini, jangan mencoba mengubah masa depan atau masa lalu. Waktu akan menyeimbangkan dirinya jika kau bisa menjaga fokusmu."

Dengan napas yang berat, Alexandra menutup matanya, menggenggam kalung itu erat-erat. Suara bising dari air yang bergolak mulai mereda di telinganya ketika dia memusatkan pikiran pada aliran waktu yang ada di sekeliling mereka. Dia tidak berusaha untuk merubah apapun, hanya untuk menjaga semuanya tetap stabil.

Woven Fates: A Tale of Magic and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang