Chapter 5 - Part 2

45 19 12
                                    

Selama perjalanan melalui hutan, suasana semakin mencekam. Pepohonan yang rimbun seakan menyimpan rahasia, dan suara-suara aneh terkadang terdengar di kejauhan. "Apakah kau yakin penyihir kuno ini akan membantu kita?" tanya Alexandra dengan sedikit keraguan.

"Dia adalah satu-satunya yang bisa memberi kita jawaban tentang artefak-artefak itu," kata Alexander. "Dia sangat berpengetahuan dan bisa merasakan energi yang berbeda. Jika kita beruntung, dia mungkin bisa membantu kita mengendalikan kekuatanmu."

Alexandra mengangguk, tetapi masih merasa ragu. "Kekuatan ini... kadang terasa menakutkan," katanya pelan, mengingat semua yang baru saja terjadi.

"Dan itu alasan kenapa kita perlu mendapatkan bantuan," jawab Alexander sambil berjalan di depan. "Kau tidak sendirian, Alexandra. Kami akan menghadapi ini bersama."

Sementara Alexandra dan Alexander berbincang, Maximus tampak sedang mencuri-curi pandang kepada Eleanor, "Dia terlihat tangguh... tapi ada sesuatu yang berbeda darinya." batin Maximus. "Apa yang dia sembunyikan di balik tatapan tenangnya? Kenapa aku tidak bisa berhenti melihatnya? Dia bukan seperti orang kebanyakan. Ada kekuatan dalam dirinya." tanya Max pada dirinya sendiri dalam batinnya.

Eleanor merasa bahwa dia sedang diperhatikan oleh Maximus, Eleanor melirik Max dengan senyum tipis, sedikit merasa bingung tapi tidak ingin langsung menyudutkannya. Dia mendekat sedikit, suaranya lembut namun penuh rasa penasaran.

"Max, kau sepertinya punya banyak pikiran," ucap Eleanor, matanya menatap langsung ke arahnya. "Apa ada yang ingin kau katakan? Atau... aku sedang mengganggumu?"

Max terdiam sesaat, menyadari bahwa Eleanor menangkap basah dirinya. Sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya, tapi dia mencoba tetap terlihat tenang. "Ah, tidak... Kau tidak mengganggu, Eleanor." Suaranya agak pelan, sedikit ragu, namun tetap berusaha menjaga ketenangan. "Aku hanya... penasaran. Kau terlihat berbeda dari orang-orang yang pernah kutemui."

Dia lalu mengalihkan pandangan sejenak, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. "Ada sesuatu tentangmu yang... menarik."

Eleanor tersenyum kecil, mencoba mengabaikan rasa canggung yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Dia menatap Max dengan alis sedikit terangkat, seolah mencari kejujuran dalam kata-katanya. "Berbeda?" tanyanya lembut, sedikit tertawa. "Aku tidak tahu apakah itu hal yang baik atau buruk."

Tatapan Eleanor sedikit melunak, mencoba memahami apa maksud Max. "Apa yang membuatmu merasa aku berbeda?" lanjutnya, suaranya lebih tenang dan penuh rasa ingin tahu, tapi tetap terjaga. Dia tidak sepenuhnya yakin apa yang Max lihat, tapi ada sesuatu dalam caranya bicara yang membuat Eleanor merasa sedikit tersanjung.

Maximus tersenyum tipis, sedikit menggaruk tengkuknya dengan gugup. "Aku... nggak yakin," jawabnya jujur. "Mungkin caramu berbicara, atau cara kau menghadapi situasi ini dengan tenang." Dia menatap Eleanor dengan lebih serius kali ini. "Ada sesuatu dalam dirimu yang membuatku merasa kau... berbeda. Sulit dijelaskan."

Setelah mendengar itu, Eleanor terdiam sejenak, bibirnya melengkung dalam senyum kecil. "Menarik," balasnya, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata Max. "Tapi, jangan terlalu cepat menilai seseorang hanya dari perkenalan singkat, Max."

Dia kemudian menatap lurus ke depan, sedikit menyeringai sebelum menambahkan, "Kita baru saja bertemu, mungkin masih banyak yang belum kau lihat." Dengan itu, Eleanor mengakhiri percakapan, membiarkan suasana di antara mereka kembali tenang, namun menyisakan rasa penasaran di hati Max.

Setelah Eleanor memberikan respon terakhirnya, dia menatap Max sebentar dengan senyum tipis, lalu suasana hening. Tapi sebelum obrolan bisa berlanjut lebih jauh, suara Alexandra terdengar dari belakang.

Woven Fates: A Tale of Magic and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang