Chapter 10

22 14 0
                                    

Timekeeper and time manipulation necklace

Perjalanan mereka kini membawa kelompok kecil itu menuju ke kedalaman laut yang menyembunyikan artefak berikutnya—Kalung Manipulasi Waktu, artefak yang dijaga oleh Penjaga Waktu di Kota Tersembunyi di bawah laut. Tidak seperti perjalanan menuju gunung, kali ini mereka harus menghadapi tantangan baru, yang melibatkan waktu, ruang, dan kekuatan yang jauh melampaui pemahaman manusia biasa.

Langit berwarna abu-abu, dan angin laut membawa aroma garam yang menyegarkan. Di depan mereka terbentang hamparan laut yang tampak tenang, tapi di balik ketenangan itu, tersembunyi banyak rahasia dan bahaya. Julian, yang kini telah menjadi bagian dari kelompok, berdiri di tepi pantai, memandangi laut dengan alis berkerut. "Kota Tersembunyi ini...," gumamnya, "bukan tempat yang bisa dijangkau dengan cara biasa."

Maximus menatap lautan luas itu, dengan tangan masih menggenggam Tongkat Penyeimbang Kekuatan yang baru saja mereka dapatkan. “Jadi bagaimana kita bisa sampai ke sana?” tanyanya sambil melihat ke arah Julian.

Julian menatapnya kembali. "Penjaga Waktu yang melindungi tempat itu tidak hanya menjaga artefak, tapi juga mengontrol waktu dan realitas di sekitarnya. Kita harus menemukan cara untuk melewati pelindung itu tanpa terjebak dalam jebakan waktu."

Alexandra melangkah maju, menatap laut dengan tekad di matanya. "Kalung Manipulasi Waktu adalah kunci untuk mengendalikan waktu, kan? Mungkin ini juga tentang bagaimana kita harus menghadapi waktu itu sendiri."

"Benar," jawab Julian. "Kalung ini tidak hanya memberi kontrol, tapi juga menguji pemahaman kalian tentang waktu. Dan tidak ada jalan pintas. Kita harus melewati ujian dari Penjaga Waktu."

Mereka semua bersiap untuk melanjutkan perjalanan, ketika tiba-tiba sebuah suara dari laut terdengar, menggema di udara, lembut tapi penuh kewibawaan. Penjaga Waktu telah merasakan kehadiran mereka.

"Kalian datang untuk mengambil waktu, namun tidak ada yang bisa mengendalikan waktu tanpa terlebih dahulu memahami maknanya. Apakah kalian siap menghadapi realitas yang akan kalian temui?"

Semua orang saling memandang, menyadari bahwa tantangan ini akan jauh lebih sulit daripada yang mereka kira. Alexandra melangkah maju, dan dengan suara tegas menjawab, “Kami siap.”

Suara itu menghilang, dan perlahan-lahan, laut di depan mereka mulai terbuka, menampakkan jalan setapak yang menurun ke kedalaman laut. Air laut tampaknya membentuk dinding di sekitar jalan tersebut, menciptakan lorong transparan yang mengarah ke bawah.

"Ini luar biasa," gumam Eleanor, matanya membelalak melihat fenomena aneh itu.

Mereka mulai berjalan dengan hati-hati, menelusuri lorong air yang membawa mereka semakin jauh ke bawah permukaan laut. Setiap langkah terasa semakin berat, dan udara di sekitar mereka berubah menjadi lebih tegang. Suara detak jam yang konstan terdengar dari segala arah, semakin mempertegas perasaan bahwa waktu di tempat ini tidak berjalan normal.

Alexander menoleh ke arah Julian. "Apa yang harus kita lakukan jika waktu mulai berubah?"

Julian menatap lurus ke depan. "Jangan panik. Ikuti instingmu dan jaga fokus. Penjaga Waktu akan mencoba membuat kita kehilangan arah. Tapi yang paling penting, jangan biarkan dirimu terperangkap dalam masa lalu atau masa depan."

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah ruang terbuka di bawah laut, sebuah gua besar dengan langit-langit kristal yang bersinar lembut. Di tengah ruangan, berdiri sebuah jam pasir raksasa yang mengeluarkan cahaya biru muda, dan di atasnya melayang Kalung Manipulasi Waktu, bersinar dengan cahaya yang hampir mistis.

Namun, sebelum mereka bisa mendekat, waktu di sekitar mereka tiba-tiba berubah. Suasana berubah menjadi aneh—mereka melihat bayangan diri mereka sendiri, tetapi dengan penampilan berbeda, lebih tua atau lebih muda. Penjaga Waktu telah mulai memainkan realitas mereka.

"Tunggu... ini bukan kita," ujar Eleanor dengan napas tertahan, menatap versi dirinya yang lebih tua muncul di depannya.

Alexandra melangkah maju dengan tekad. "Ini adalah ilusi waktu. Mereka tidak nyata."

Tapi sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, Penjaga Waktu menampakkan diri—sebuah sosok tinggi berjubah putih dengan wajah yang tidak bisa dilihat dengan jelas. Suaranya menggema di seluruh gua.

"Waktu adalah ujian terbesar. Siapakah di antara kalian yang berani menghadapi kenyataan tentang waktu? Bahwa masa lalu tidak bisa diubah, masa depan tidak bisa diprediksi, dan masa kini adalah satu-satunya yang kalian miliki?"

Alexandra maju, menyadari bahwa ujian ini adalah miliknya. "Aku akan menghadapi ujian ini."

Penjaga Waktu mengangguk, lalu mengulurkan tangannya. "Maka kau akan dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Apakah kau akan tetap di masa lalu, ataukah kau akan menantang masa depan tanpa kepastian? Pilih dengan bijak, karena waktu tidak akan menunggu siapapun."

Alexandra menatap jam pasir raksasa di depan mereka. Butiran pasir di dalamnya berkilauan, seperti bintang yang jatuh perlahan. Dia tahu bahwa ini adalah momen penting—momen di mana dia harus memahami apa artinya mengendalikan waktu. Namun, suara dari masa lalunya tiba-tiba mulai bergema di kepalanya.

“Kau bisa kembali,” suara ibunya terdengar samar. “Kau bisa memperbaiki segalanya jika kau memilih masa lalu.”

Namun, di sisi lain, ada suara yang lebih kuat. "Masa depan menantimu, meski penuh ketidakpastian. Apa yang akan kau lakukan?"

Alexandra memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam. Ini adalah ujian tentang menerima apa yang telah terjadi dan merangkul masa depan dengan semua tantangannya. Dengan tekad bulat, dia berkata, "Aku memilih masa kini. Aku tidak bisa mengubah masa lalu, dan aku tidak bisa memprediksi masa depan. Tapi aku bisa membuat perbedaan sekarang."

Penjaga Waktu mengangguk perlahan, dan dengan gerakan lembut, jam pasir itu berhenti. Kalung Manipulasi Waktu melayang turun, menuju tangan Alexandra. "Kau telah memahami waktu, dan dengan itu, kau layak menerima kalung ini."

Alexandra mengambil kalung itu dengan hati-hati, merasakan kekuatan yang mengalir melaluinya. Kali ini, dia tahu bahwa tanggung jawabnya semakin besar. Tapi dia juga merasa lebih siap.

Hai Hai....
Hari ini, aku mau double update:)))
Gasabar pengen cepet tamat....
Have fun!🌹

Salam hangat
💛💛💛
-nata☆

Woven Fates: A Tale of Magic and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang