Unexpected Encounter
Pagi itu, suasana di Valandra terasa lebih sunyi dari biasanya, tetapi kegelisahan menyelimuti hati Alexandra. Setelah percakapannya dengan orang tuanya tadi malam, ia tahu bahwa hari ini akan menjadi titik awal dari perjalanan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Di depan cermin, ia berusaha menenangkan dirinya sebelum melangkah keluar untuk menghadapi kenyataan.
Saat Alexandra masuk ke ruangan yang telah disiapkan, ia tertegun melihat sosok yang berdiri di sana. Seorang wanita dengan rambut hitam panjang dan mata coklat yang akrab, tersenyum hangat ke arahnya.
"Eleanor?" Alexandra tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Ya, Eleanor Quinley, sahabat masa kecilnya yang dulu selalu bersamanya ke mana-mana. Mereka harus berpisah ketika Eleanor pindah mengikuti pekerjaan orang tuanya, namun sekarang, Eleanor ada di sini-di Valendra.
"Sudah lama ya, Alexa," Eleanor tersenyum, lalu bergegas memeluk sahabat lamanya dengan erat.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Alexandra sambil menatap Eleanor dengan mata berbinar.
Eleanor tersenyum lebih lebar sebelum menjawab, "Aku mendapat kabar dari Ibumu, Ratu, tentang apa yang terjadi dengan kekuatanmu. Kamu sudah membaca tentang portal yang menghubungkan Valandra dengan Ethelia dalam buku Woven Fates bukan?"
Alexandra mengangguk perlahan, ingatannya kembali pada cerita yang pernah ia baca. "Ya, aku ingat tentang itu... tapi, apa hubungannya denganku?"
Eleanor menarik napas panjang, raut wajahnya berubah serius. "Setelah kekuatan terlarangmu digunakan tanpa kendali, penghalang yang menjaga artefak-artefak kuno ikut melemah. Ibumu mengatakan kau mungkin tidak sadar, tapi saat itu kau merusak penghalang sihir yang melindungi dunia kita dari bahaya besar."
Alexandra terdiam, merasa terpukul oleh kenyataan itu. "Apa yang kulakukan?"
"Portal yang menghubungkan Valandra dan Ethelia kini tidak stabil," jelas Eleanor. "Artefak-artefak yang kau baca dalam Woven Fates-yang seharusnya menjaga stabilitas antara dua dunia-telah kehilangan pelindung mereka karena kekuatanmu. Tanpa artefak-artefak itu, keseimbangan dunia ini dan Ethelia berada dalam ancaman serius."
Alexandra mundur selangkah, terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. "Jadi, aku yang menyebabkan semua ini?"
Eleanor menatapnya penuh pengertian. "Bukan sepenuhnya salahmu. Kau tidak tahu kekuatan yang ada dalam dirimu dan seberapa besar dampaknya. Tetapi sekarang, kita harus memperbaikinya."
Alexandra mengambil napas dalam. "Apa yang harus kita lakukan?"
"Kita harus menemukan artefak-artefak itu," jawab Eleanor dengan nada tegas. "Tanpa mereka, portal ini akan terus semakin tidak stabil dan berpotensi terbuka secara tidak terkendali. Tetapi kita masih bisa mengakses portal sementara ini menggunakan sihir keluargaku, yang telah menjaga pintu portal selama bertahun-tahun."
"Di mana portalnya?" Alexandra bertanya, masih belum sepenuhnya percaya bahwa ia akan segera berhadapan dengan sesuatu yang hanya ia baca dalam legenda.
"Di luar kota, di tempat tersembunyi yang hanya diketahui oleh keluargaku," jawab Eleanor. "Perjalanan ke sana tidak jauh, tapi kita harus bergerak cepat sebelum portalnya menjadi lebih tidak stabil."
Mereka pun bergegas meninggalkan istana dan menyelinap keluar dari kota. Udara pagi yang segar seolah tidak bisa menenangkan kegelisahan yang terus menggumpal di dada Alexandra. Jalan setapak yang mereka tempuh mulai bergelombang ketika mereka sampai di tepi hutan, di mana pepohonan yang lebat membentuk dinding alami yang hampir mustahil ditembus. Suara gemerisik daun dan binatang hutan menambah kesan misterius perjalanan mereka.
Setelah beberapa saat berjalan, Alexandra mulai melihat tanda-tanda yang aneh-pohon-pohon dengan ukiran kuno dan batu besar yang membentuk lingkaran, seperti penanda yang menunjukkan bahwa mereka semakin dekat dengan sesuatu yang penting.
"Kita hampir sampai," kata Eleanor sambil menunjuk ke arah bukit kecil yang terletak di ujung jalan setapak. "Portal itu ada di sana, tersembunyi di balik batu-batu besar."
Mereka mendaki bukit dengan cepat, dan ketika akhirnya tiba di puncak, Alexandra bisa merasakan energi sihir yang kuat di udara. Di depannya, berdiri lingkaran batu besar dengan simbol-simbol yang memancarkan cahaya redup. Portal tersebut bergetar dengan energi tak stabil, hampir seperti sedang berusaha melawan dirinya sendiri.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Alexandra, suaranya penuh rasa penasaran bercampur kegelisahan.
"Aku akan menggunakan sihir keluargaku untuk membuka portal sementara, tapi itu hanya bertahan sebentar. Kita harus cepat masuk ke Ethelia," jelas Eleanor. "Begitu di dalam, kita harus mencari artefak yang bisa memperkuat penghalang dan menstabilkan portal.
"Di depan portal yang bergetar itu, Eleanor mulai menyiapkan ritual. Ia mengeluarkan beberapa benda dari tasnya-serpihan kristal kecil, lilin berwarna perak, dan seuntai tali yang terbuat dari benang emas.
"Aku butuh kau untuk membantuku," kata Eleanor, saat ia mulai mengatur benda-benda itu dalam pola yang rumit di sekitar lingkaran batu. "Kita harus menciptakan koneksi antara kekuatanmu dan energi portal."
Alexandra mengangguk, berusaha memahami apa yang harus dilakukannya. Eleanor melanjutkan, "Saat aku memulai mantra, kau harus fokus pada kekuatan yang ada di dalam dirimu. Biarkan energi itu mengalir ke portal."
Eleanor menyalakan lilin perak, cahaya lembutnya memantul pada permukaan batu, menciptakan bayangan misterius. Ia mulai mengucapkan mantra kuno, suaranya tenang tetapi penuh kekuatan. Semakin lama, cahaya dari lingkaran portal semakin kuat, menandakan bahwa portal sedang bersiap untuk terbuka.
Alexandra menutup matanya, merasakan energi di sekelilingnya. Ia membayangkan semua yang telah dipelajarinya tentang kekuatan dan dunia lain. Energi itu mengalir dalam dirinya, menghangatkan seluruh tubuhnya. Ketika Eleanor mengucapkan kalimat terakhir dari mantranya, Alexandra mengangkat tangan dan memfokuskan kekuatannya ke arah portal.
"Sekarang!" teriak Eleanor, dan Alexandra merasakan kekuatannya melesat keluar, menembus portal.
Dalam sekejap, portal itu memancarkan cahaya yang menyilaukan. Suara angin yang melesat dan deru energi memenuhi udara, sebelum akhirnya portal terbuka lebar, memperlihatkan dunia lain di baliknya.
"Ayo masuk!" seru Eleanor, dan mereka berdua melangkah maju, terjun ke dalam cahaya yang memancar.
Begitu mereka melewati portal, dunia di Ethelia menyambut mereka dengan keindahan yang menakjubkan. Langit biru yang cerah, pohon-pohon berkilau, dan aliran sungai yang bersinar. Namun, saat mereka mulai mengamati sekitar, suasana tiba-tiba terasa tegang.
"Kita di mana?" tanya Alexandra, matanya melebar saat melihat makhluk-makhluk aneh melintas.
"Kita perlu menemukan artefak secepatnya, sebelum mereka menyadari keberadaan kita," bisik Eleanor, tapi sebelum mereka bisa bergerak, suara langkah kaki mendekat.
Mereka berdua saling berpandangan, ketakutan dan rasa ingin tahu bercampur aduk. Di hadapan mereka, bayangan gelap melangkah maju, menampakkan sosok yang mengancam.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" suara itu menggema, mengguncang rasa percaya diri Alexandra.
Di sinilah perjalanan mereka dimulai, terjebak dalam misteri dan ancaman yang tidak mereka duga sebelumnya.
Hai Hai.....
Semoga kalian pas baca ini ga bosen ya, btw jujur aku tadi bingung mau bikin bab ini gimana, dan finally akhirnya jadi...Salam hangat
💛💛💛
-nata☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Woven Fates: A Tale of Magic and Love
FantasyDi tengah ancaman kegelapan yang menyelimuti dua kerajaan, putri muda Alexandra menemukan kekuatan sihir yang luar biasa dalam dirinya. Namun, kekuatan itu adalah pedang bermata dua-harapan bagi kerajaan atau awal kehancurannya. Bersama-sama dengan...