Chapter 3

75 21 3
                                    

The Path to Unity

Ethelia, Hutan Sylvanor

Sisa-sisa energi dari cahaya yang hilang masih menggantung di udara, memberikan kehangatan di antara kegelapan hutan. Pangeran Alexander berdiri di depan altar kuno, benaknya dipenuhi oleh kata-kata yang baru saja didengarnya. Sementara Maximus melangkah mundur, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

"Pangeran, kita tidak bisa berlama-lama di sini," kata Maximus, tetap waspada. "Kita harus segera kembali dan mempersiapkan rencana."

Alexander mengangguk, meskipun hatinya bergetar oleh ketegangan dan harapan. "Kita harus menemukan cara untuk menghubungi Alexa. Dia mungkin adalah kunci untuk menyelamatkan Ethelia."

Mereka berbalik untuk kembali, tetapi langkah Alexander terhenti saat dia merasakan panggilan yang aneh. Sebuah suara lembut kembali memanggil namanya, meskipun kali ini tidak dari cahaya. Sebuah bayangan di antara pepohonan menarik perhatiannya.

"Siapa di sana?" tanya Alexander, suaranya tegas.

Bayangan itu muncul, menampakkan seorang wanita misterius dengan rambut panjang berwarna perak dan mata cerah yang berkilauan. "Aku adalah guardian dari hutan ini, dan aku tahu tentang takdirmu," katanya, suaranya bagaikan aliran air yang tenang.

Maximus mendekat, siap untuk melindungi pangeran. "Apa yang kau inginkan dari kami?" tanyanya, curiga.

"Jangan khawatir, aku datang untuk membantumu," jawab wanita itu. "Kekuasaan yang kau cari tidak hanya ada di dalam dirimu, tetapi juga dalam dirimu dan Alexandra. Jika kalian ingin mengalahkan kegelapan, kalian harus bersatu."

"Bagaimana caranya?" tanya Alexander, rasa ingin tahunya mendominasi ketakutannya.

"Cobalah untuk terhubung dengan Alexandra melalui sihir," kata wanita itu. "Di dalam dirimu ada jembatan yang menghubungkan dua dunia. Gunakan kekuatan itu dan biarkan takdirmu bersinar."

Tanpa berpikir panjang, Alexander menutup matanya dan berkonsentrasi. Ia merasakan aliran energi di dalam dirinya, seolah-olah ada cahaya yang menyala. Dia membayangkan Alexandra, sosok yang ia temui dalam mimpinya. Dengan setiap detak jantung, rasa kekuatannya tumbuh lebih kuat.

"Bantu aku, Alexandra," ucapnya dalam hati, berharap kata-katanya dapat menembus batasan antara dunia mereka.

---

Bumi, Kerajaan Valandra, Kamar Alexandra

Di dunia Valandra, Alexandra merasakan dorongan yang kuat dalam dirinya. Buku "Woven Fates" terbuka di hadapannya, dan cahaya kecil yang muncul sebelumnya bergetar, seolah-olah menghubungkan dirinya dengan Alexander.

"Bergabunglah dengan aku," bisik Alexandra, dan dalam sekejap, visinya berubah. Dia melihat gambaran Alexander, wajahnya tampak serius namun penuh harapan.

Tiba-tiba, jembatan cahaya antara mereka muncul, menghubungkan dua dunia dalam harmoni. Energi yang mengalir membuat hati Alexandra bergetar. "Alexander!" serunya, merasakan kekuatan mereka bersatu.

---

Ethelia, Hutan Sylvanor

Sementara itu, Alexander membuka matanya dan menyaksikan sebuah lingkaran cahaya biru yang memancar dari dadanya, membentuk simbol yang sama seperti di altar. "Aku merasakanmu, Alexandra," ucapnya penuh semangat. "Kita harus melakukan ini bersama-sama."

Bayangan wanita itu tersenyum. "Sekarang, perjalanan kalian telah dimulai. Kalian akan menghadapi tantangan, tetapi ingatlah, kekuatan sejati terletak pada persatuan."

Dengan semangat baru, Alexander dan Maximus melanjutkan perjalanan mereka keluar dari Hutan Sylvanor, bersiap untuk mencari Alexandra dan menyiapkan diri menghadapi kegelapan yang akan datang.

---

Bumi, Kerajaan Valandra, Kamar Alexandra

Setelah penyatuan kekuatannya, Alexandra mulai mencari cara untuk bertemu dengan Alexander di dunia lain. "Alexander, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" gumamnya, penuh harap. Ia membuka kembali buku kuno "Woven Fates", berharap menemukan jawaban yang bisa membantunya.

Ia membaca perlahan, mencoba memahami setiap kata. Tiba-tiba, sebuah kalimat menarik perhatiannya: "Pada saat kekuatan dilepaskan, penghalang yang menjaga artefak kuno dari ancaman luar akan melemah." Rasa bingung melanda pikirannya. "Artefak? Artefak apa? Di mana letaknya? Apakah aku telah merusak pelindungnya?" Alexandra bertanya-tanya dengan hati cemas, teringat kekuatan terlarang yang pernah ia lepaskan.

"Bagaimana aku bisa tahu artefak apa yang telah kuhancurkan?" gumamnya penuh kecemasan. "Aku harus menemukan Pangeran Alexander secepatnya!" Dengan tekad, Alexandra melanjutkan membaca. Tak lama kemudian, ia menemukan petunjuk lain: "Sebuah portal yang menghubungkan dua dunia, menciptakan kekuatan besar."

"Portal?" pikirnya, penasaran. Bagaimana aku bisa mengaktifkan portal itu? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi benaknya saat tiba-tiba, cahaya misterius muncul dari sudut ruangan, memancarkan aura yang menegangkan.

Sebuah bayangan muncul, dan suara lembut berbisik di telinganya, "Jalanmu belum terlihat sepenuhnya, Alexandra. Hati-hati dengan pilihanmu..." Suara itu membuat bulu kuduknya berdiri. Setelah cahaya itu memudar, hanya perasaan tegang yang tersisa. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah portal itu benar-benar ada?

Dari luar kamar, akibat cahaya misterius tersebut, kedua orangtua Alexandra, Raja dan Ratu Valandra, segera mendatangi kamar putri mereka. Tanpa ragu, ibunya yang panik langsung membuka pintu, mendapati Alexandra duduk dengan sebuah buku di tangannya, dikelilingi cahaya aneh. Alexandra, terkejut oleh kedatangan mereka, buru-buru menutup buku itu.

"Ada apa, Ayah? Ibu?" tanya Alexandra, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Alexa? Dan buku apa yang kamu baca itu? Mengapa buku itu bersinar?" tanya ibunya dengan nada khawatir.

Alexandra bingung harus menjawab apa, namun akhirnya memutuskan untuk berkata jujur. "Begini, Ibu, Ayah. Kalian masih ingat hari ketika aku menciptakan perlindungan untuk kerajaan ini, bukan?"

"Iya, kami masih mengingatnya," jawab keduanya bersamaan.

Alexandra menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Jadi, buku ini memberikan informasi tentang kekuatanku. Dari apa yang aku baca, kekuatan ini berhubungan dengan seseorang di dunia lain-Pangeran Alexander dari Ethelia."

"Apa? Ethelia?" tanya ayahnya tak percaya. "Bagaimana mungkin kekuatanmu bisa terhubung dengan dunia Ethelia?"

"Entahlah, Ayah," jawab Alexandra dengan nada tak yakin. "Tapi aku merasa ini ada hubungannya dengan sihir terlarang dan sebuah artefak kuno, meskipun aku belum tahu artefak apa itu."

Mendengar ini, wajah ibunya berubah, seolah-olah dia mengingat sesuatu yang penting. "Alexa," kata ibunya pelan, "kau tidak perlu khawatir. Kita akan mencari cara untuk menggunakan kekuatanmu dengan benar. Mengenai artefak itu, Ibu mungkin tahu siapa yang bisa memberikan informasi lebih lanjut."

Alexandra menatap ibunya dengan harapan. "Siapa, Bu?"

"Kau akan bertemu orang itu besok. Sekarang, lebih baik kamu beristirahat, sayang. Jangan terlalu memikirkan kekuatanmu ini. Besok, perjalananmu akan dimulai."

Dengan rasa syukur dan lega, Alexandra mengangguk. "Terima kasih, Ibu, Ayah. Aku akan beristirahat sekarang. Selamat malam."

"Selamat malam, Alexa," jawab orang tuanya serempak, sebelum mereka meninggalkan kamarnya.

Saat Alexandra bersiap tidur, pikirannya dipenuhi pertanyaan dan rasa penasaran. Apakah dia akan menemukan jawaban yang dicarinya? Di balik ketenangan malam, ia tahu bahwa perjalanan yang menunggunya esok hari akan menentukan nasibnya-dan takdir dunianya.

Hai Hai...
Jangan lupa vote dan komen yay!
💛💛💛

Salam hangat
💛💛💛
-nata☆

Woven Fates: A Tale of Magic and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang