"Enak ya jadi lo, bisa baik-baik aja setelah semuanya."
"Maafin gue, Ji."
[Maybe we will meet again when the time is right, I feel like we're always destined to meet again.
Sooner or later.]
- Choi Hyeji
2019
[Revisi 2024]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
"Ummmm sorry Ji... gue sebenernya denger rumor dari Nancy,"
"waktu itu gue lagi jamkos gada guru, terus gue liat Nancy lagi bareng sama circlenya Nagyung. Posisinya gue lagi sendirian, dan mereka ga nyadar ada gue disitu.. yaaa yang gue denger, ceritanya ya yang kayak gue omongin tadi." Ucap salah satu dari mereka akhirnya berbicara.
Sebelum Hyeji akhirnya pergi, ia memutuskan untuk berbicara yang terakhir kepada mereka "Jangan kalian pikir, gue diem aja setelah lo nyebarin rumor gajelas tentang gue. Gue bukan orang yang takut untuk ngomong dan ngadepin orang kayak lo semua. Owh, thank you anyway, udah jawab pertanyaan gue." Akhirnya Hyeji melangkahkan kakinya kembali ke kelas, badannya bergetar karena dia menahan tangis dan amarah.
Di ambang pintu kelasnya, Hyeji berselisih dengan Lino, cowok itu memperhatikan badan Hyeji yang gemetar dan matanya berkaca-kaca. Lino dengan cepat mencegat sahabatnya itu dan menahan salah satu tangan Hyeji membuat badan cewek itu berbalik menghadap Lino.
"Lo gapapa?" Lino masih menahan tangannya seraya mengerutkan keningnya.
Tidak ada jawaban apapun dari Hyeji, ia hanya menunduk menatap kosong.
"Hyeji... liat gue." Lino gemas, karna Hyeji sama sekali tidak memberikan respon apapun dan tetap pada posisinya.
Kesal tidak di hiraukan Lino akhirnya menuntun Hyeji ke rooftop. Di waktu yang sama Hyunjin baru kembali dari ruang guru manggil pak Dongwook yang lupa ada jam mengajar di kelasnya, melihat adegan Lino menarik Hyeji berjalan ke arah tangga rooftop Hyunjin mendengus kesal dan melongos masuk kedalam kelas.
.
.
.
.
Hyeji yang masih menunduk membuat Lino greget akhirnya mendongakkan kepala Hyeji membuat mata mereka bertemu. Air mata Hyeji mulai tidak terbendung setelah menatap Lino pada akhirnya mengalir tanpa permisi.
"Siapa?" Kali ini nada Lino mulai terdengar geram.
Hyeji natap lino, wajahnya menunjukkan kebingungan dengan maksud Lino.
"Siaapaaa yang bikin lo gini Hyejiii? Hyunjin? Kalo iya gua gebuk juga tu orang." Amarah Lino semakin memuncak setelah dia menyebut nama Hyunjin.
"Sakit No.." Hyeji akhirnya membuka mulutnya, meskipun belum menjawab pertanyaan Lino.
"Tadinya gue pikir gak bakal sakit..,"
"tapi ternyata sakit banget,"
"sakit banget Lino." Air mata Hyeji semakin tidak terhentikan, dan jatuh begitu saja.
Lino dengan pelan memeluk Hyeji yang mulai terisak-isak. Ia menghentikan niatnya untuk menodong beribu pertanyaan kenapa Hyeji kembali ke kelas dengan keadaan seperti tadi. Pada akhirnya dia menunggu Hyeji tenang sambil mengelus punggung dan rambut Hyeji lembut, membiarkan temannya ini menangis sampai lelah di dadanya.
Butuh waktu sekitar 15 menit, sampai akhirnya Hyeji mulai cukup tenang dari tangisannya. Hyeji sangat paham, cowok disampingnya ini menunggu kejelasan darinya. Ia mengatur nafasnya, agar bisa berbicara dengan stabil, kemudian menceritakan apa yang terjadi selama ia di toilet.
"Nancy. Lucunya, waktu itu gue udah ngomong baik-baik ke Nancy. Gue mau dia yang duluan dengar isi hati gue, sebelum gua akhirnya memberanikan diri ngasih hati gue ke Hyunjin..," air mata Hyeji kembali jatuh.
"bahkan di hari itu.. satu pun temen gue nggak ada yang nanyain, apa gue baik baik aja setelah ngomong gitu, semua orang mikir jelek ke gue, semua orang cerita jelek soal gue No."
"Tapi mereka nggak mikir, gimana gue selalu merasa gaenak ke Nancy, mereka ga tau Lino, betapa tertekannya gue harus nungguin cowok yang gue cari selama bertahun-tahun. Sejak gue kenal Nancy, dan di hari pertama gue kenal dia pun, gue nggak bisa apa apa.. sahabat gue yang lain pun selalu support dia buat bisa ngambil hati Hyunjin, walaupun Nancy sama sekali nggak niat bergerak buat ngelakuin itu."
"T-terus yang gue lakuin apa? gue pura pura gatau.. gue simpen semua perasaan gue tentang Hyunjin sendirian selama ini.. gue buang jauh-jauh niat gue, buat sekadar bertegur sapa sama Hyunjin.. ga gampang buaat gueee asal lo tau."
Lino menyimak dan berpikir solusi apa yang harus diambil dalam keadaan ini setelah Hyeji mengakhiri kalimatnya.
"Terus lo mau gimana Ji ke Nancy? Mau gue temenin aja, buat nanya maksud dia ngomong gitu apa?"
Hyeji mempertimbangkan tawaran lino, ada baiknya emang dia tanya langsung aja ke yang bersangkutan daripada membiarkan fitnah soal dia melebar.
"Mau guesih gitu, boleh deh ntar pulang sekolah temenin gue ya? tapi lo cukup temenin gue aja sama tahan gue kalo sekiranya gue ntar udah mau jambak tu anak."
"JANGAN JAMBAK-JAMBAKAN EGEEE! GUE GAMAU TERLIBAT JADI SAKSI PERKELAHIAN LO DI RUANG BK YA ANJING."
"YA MAKANYA LO TAHANIN GUEEEEE MONYET."
"Eh tapi Ji, lo ga mau cerita ke Hyunjin dulu soal ini? ntar malah jadi makin gede masalah lo, gue ngingetin aja sih." Saran Lino, karena ia tak mau sahabatnya ini semakin jadi topik di sekolah.
"Setelah gue ngomong ke Nancy aja deh No, gue males memperumit sekarang.. lagian ntar yang ada tu bocah ngelarang gue ketemu Nancy, terus malah dia yang ngabisin tuh cewek."
"Berasa orang penting deh gue tau duluan."
"YA KAN EMANG! siapa yang bilang kalo lo bukan orang penting?! lo kan termasuk orang paling penting di idup gue-"
"-eh sekarang kedua sih, Hyunjin first."
Lino langsung beranjak pergi meninggalkan Hyeji dan melambaikan tangannya berjalan turun ke kelas.
"TUNGGUIN GUEEE ANJIR."
.
.
.
.
.
Sepulang sekolah, lorong kelas tampak agak sepi. Hanya ada beberapa siswa yang berjalan dengan langkah malas menuju tangga kebawah, menikmati sisa-sisa obrolan ringan setelah hari yang panjang. Hyeji dan Lino berjalan beriringan menuju kelas Nancy yang biasanya dia ga secepat itu meninggalkan kelasnya.
Lino melirik Hyeji, masih terlihat ragu-ragu.
"Lo yakin mau ngelakuin ini sekarang, Ji?" Lino bertanya, suaranya rendah tapi cukup jelas terdengar di lorong yang lengang.
Hyeji menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengangguk. "Gue harus. Gue gak bisa terus-terusan diperlakukan kayak gini sama dia. Gue juga punya batas."
Begitu melihat Nancy keluar dari kelasnya, Hyeji dan Lino datang mendekat. Hyeji menarik tangan kiri Nancy yang terlihat kaget sesaat, tapi dengan cepat memasang ekspresi tenang, seolah tak ada yang salah.
"Nancy." "Kita perlu ngomong." Suara Hyeji terdengar tegas namun ada sedikit getaran di ujungnya.
Aku juga jadi pengen jambak Nancy kalau gini mah😭😭😭😭😭😭 dasar 🐍🐍🐍🐍