"Enak ya jadi lo, bisa baik-baik aja setelah semuanya."
"Maafin gue, Ji."
[Maybe we will meet again when the time is right, I feel like we're always destined to meet again.
Sooner or later.]
- Choi Hyeji
2019
[Revisi 2024]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hyeji menatap layar laptopnya di meja kafe kampus, tempat ia biasa belajar sambil menunggu kelas berikutnya. Udara di kafe terasa hangat dan ramai oleh percakapan para mahasiswa, tapi Hyeji hampir tak menyadarinya. Pikirannya terpusat pada sosok di depannya, Lino yang sedang sibuk menulis catatan. Dengan sedikit kerutan di keningnya, Lino tampak begitu fokus, membuat wajahnya tampak lebih serius dan dewasa dari biasanya.
Tanpa sadar, Hyeji memperhatikannya. Tatapannya jatuh pada bibir Lino yang sedikit mengerut saat ia memikirkan sesuatu, pada cara jemarinya yang gesit menuliskan setiap kata dengan hati-hati, dan pada raut wajahnya yang terlihat menggemaskan.
Ia menghela napas pelan, sejak kejadian beberapa hari yang lalu perasaan aneh terus menghantui pikirannya. Entah kenapa, ada sesuatu yang berubah, seperti ada yang tak seharusnya ia rasakan tapi tak bisa dihindarinya.
Di tengah lamunannya, Lino tiba-tiba mengangkat kepala dan langsung menangkap tatapan Hyeji.
"Kenapa? Ada yang aneh di muka gue?" Tanyanya sambil tersenyum jahil, mata cokelatnya memandang Hyeji.
Pipinya terasa panas, dan ia berharap kemerahan di wajahnya tak terlalu kentara. Dia berusaha terlihat tenang, tapi detak jantungnya malah semakin tak terkendali. Perasaan canggung menyelimuti dirinya, seolah ia sedang menyimpan rahasia yang tak boleh Lino ketahui.
Lino tertawa kecil, lalu mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala Hyeji dengan lembut, membuat rambutnya sedikit berantakan.
"Kalo lo mau ngelamun sambil liatin gue, gue sih gak keberatan." Ujarnya dengan nada menggoda, membuat Hyeji semakin salah tingkah.
Hyeji pura-pura mendengus, mengibaskan tangan Lino dari kepalanya. "Siapa juga yang liatin lo." Gumamnya dengan suara pelan, tapi hatinya berbunga-bunga.
Sementara Lino kembali fokus pada catatannya, Hyeji melirik ke arahnya lagi, kali ini dengan perasaan yang lebih rumit. Ada sisi dirinya yang tak ingin momen ini berakhir, sekaligus takut pada apa yang mungkin terjadi jika perasaannya terhadap Lino terus berkembang.
Hyeji menundukkan pandangannya, mencoba fokus kembali ke layar laptop. Namun, pikirannya tak bisa berhenti mengingat momen kecil tadi ketika ia tertangkap basah menatap Lino.
Lino kembali sibuk dengan catatannya, namun sesekali ia melirik ke arah Hyeji, yang masih tampak gelisah. Ia tersenyum kecil, seakan menikmati momen hening di antara mereka yang baru saja terpecah oleh tatapan tak sengaja itu.
"Lo habis ini nggak ada kelas lagi kan?"
Hyeji tersadar dari lamunannya dan menoleh. "Nggak sih, gue bebas siang ini. Kenapa?"
"Lo mau temenin gue ke perpus nggak? Gue lagi butuh referensi buat tugas." Lino bertanya dengan nada santai, namun ada kilatan yang berbeda di matanya.