"Enak ya jadi lo, bisa baik-baik aja setelah semuanya."
"Maafin gue, Ji."
[Maybe we will meet again when the time is right, I feel like we're always destined to meet again.
Sooner or later.]
- Choi Hyeji
2019
[Revisi 2024]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam itu, Hyeji sedang duduk di sudut kamarnya, bersandar di atas tempat tidur yang terasa lebih dingin dari biasanya. Ponselnya tergeletak di samping, menunggu balasan dari Hyunjin, seperti malam-malam sebelumnya.
Cahaya lampu meja belajar yang hangat seakan tak bisa meredakan keresahan di hatinya. Sudah empat hari berlalu sejak kejutan ulang tahun Hyunjin, dan sejak hari itu Hyeji merasa seperti berjalan di atas es yang rapuh.
Meski senyum dan candaan Hyunjin sempat terasa hangat di hari ulang tahunnya, esoknya semuanya perlahan kembali berubah. Chat dari Hyunjin semakin jarang, bahkan ketika mereka bertemu di sekolah, tatapan matanya tidak lagi seperti dulu.
Dan saat akhirnya ponsel Hyeji berbunyi, ia langsung menggenggamnya, berharap melihat pesan dari Hyunjin yang akan menghapus semua kekhawatirannya.
Hyuniee💗 : Hyeji
Perasaan aneh tiba-tiba menyelinap di dada Hyeji. Tangannya gemetar, tapi ia menekan pesan itu untuk membacanya.
Hyuniee💗 : Maaf, kayaknya aku harus ngomong
Dadanya terasa semakin sesak.
Hyuniee💗 : Aku pikir, mungkin lebih baik kita saat ini kembali berteman aja
Dunia Hyeji serasa berhenti sejenak. Pandangannya mengabur saat matanya terpaku pada layar ponsel. Dia membaca ulang pesan itu, berharap ada yang salah, berharap ini hanya kesalahpahaman, atau bahkan bercandaan yang kelewatan. Tapi itu nyata. Kalimat itu benar-benar ada di depannya.
Ia terdiam. Hening menyelimuti kamar, hanya terdengar detak jantungnya yang semakin cepat. Hyunjin, yang sempat ia harap bisa membawa kembali kehangatan di antara mereka, kini malah mengambil keputusan yang sama sekali tak ia duga.
'Apa yang salah? Apa yang berubah?'
'Apa aku salah? Apa aku terlalu berisik? Apa aku nggak cukup buat dia?'
'Kenapa dia sama sekali gak ngejelasin apapun alasannya?'
'Salahku dimana?' pikir Hyeji, mencoba mencari alasan yang mungkin di balik keputusan mendadak ini.
Jari-jarinya menggenggam ponsel lebih erat, Hyeji masih bertanya-tanya. Namun, ia tidak mengetik balasan apa pun. Pikiran untuk menanyakan alasannya melintas di benaknya, tapi Hyeji menahannya, ia sadar bahkan jika Hyunjin menjelaskan mungkin jawabannya akan lebih menyakitkan lagi.
Ia memilih untuk menjadi tidak tahu, tapi di balik itu ada rasa sesak yang mengganjal di hati. Hyunjin memilih untuk meninggalkannya tanpa memberi penjelasan, seolah-olah hubungan mereka sangat tidak penting.
Tanpa sadar, air mata mulai membasahi pipinya, jatuh satu per satu di atas layar ponsel yang masih menyala. Setelah beberapa detik berpikir, jemarinya mulai bergerak di atas layar.