"Enak ya jadi lo, bisa baik-baik aja setelah semuanya."
"Maafin gue, Ji."
[Maybe we will meet again when the time is right, I feel like we're always destined to meet again.
Sooner or later.]
- Choi Hyeji
2019
[Revisi 2024]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Hyunjin's Pov-
Aku berada di sofa ruang tengah rumah Hyeji, gadis itu masih berada tepat di sampingku menyandarkan kepalanya pada pundakku dan memejamkan matanya. Aku masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Aku nggak pernah benar-benar dekat dengan Nancy, jadi melihat dia bertindak kayak gini membuatku semakin bingung. Aku tau dia suka sama aku, itu bukan rahasia lagi di sekolah, tapi aku nggak pernah punya perasaan yang sama. Bagiku, Nancy cuma salah satu teman satu angkatan yang kadang kulihat di lorong, nggak lebih dari itu.
Tapi melihat dia memperlakukan Hyeji seperti tadi... aku nggak habis pikir. Bagaimana mungkin seseorang bisa ngomong sekejam itu ke orang lain? Nancy benar-benar kehilangan kendali. Yang paling bikin aku geram adalah cara dia menyerang Hyeji, seolah perasaannya terhadapku memberi dia alasan buat menghancurkan orang lain. Padahal, aku nggak pernah memberi dia harapan, nggak pernah ngajak dia bicara lebih dari sekadar obrolan biasa. Jadi kenapa dia merasa punya hak buat nyakitin Hyeji?
"Hyeji, apa masih nggak nyaman?" Aku meraih satu tangannya, menatap wajahnya.
"Sedikit, aku cuma masih nggak ngerti, Jin. Aku pikir yang aku lakuin itu yang terbaik, tapi kenapa malah begini jadinya." Ucapnya, dengan nada yang lemah.
"Nggak, ini bukan salah kamu Hyeji. Nancy aja yang nggak bisa nerima kenyataan, dia nggak punya alasan buat nyakitin kamu kayak gini." Aku mendekap Hyeji, berbicara dengan nada tenang
"Hyejiii, maafin aku yaa, coba aja aku bisa lebih cepat dateng ke kamu. Jadi kamu nggak perlu ngadepin hal kayak gini.
"Aku selalu di sini, nggak bakal biarin siapa pun nyakitin kamu lagi." Aku mengusap pipinya dengan lembut, menatapnya penuh perhatian
Aku melihat Hyeji di pelukanku. Wajahnya masih pucat dan matanya merah karena menangis. Sial, aku nggak suka melihat dia kayak gini, hancur karena omongan orang yang nggak penting. Aku nggak tau seberapa dalam Hyeji memendam semua ini, tapi aku tahu bahwa dia nggak pantas dapat perlakuan kayak tadi.
Satu hal yang pasti, aku nggak akan biarkan Nancy atau siapa pun menyakiti Hyeji lagi. Hyeji orang yang kuat, aku tahu itu, tapi dia juga manusia yang punya batas. Setelah semua yang dia lalui hari ini, dia butuh dukungan, bukan fitnah kejam dari orang yang bahkan nggak benar-benar mengenalnya.
Sejujurnya, aku pengen ngomong langsung ke Nancy, nanya kenapa dia bisa sejahat itu. Tapi melihat Hyeji yang begitu rapuh, aku tahu sekarang bukan waktunya. Yang paling penting sekarang adalah memastikan Hyeji baik-baik saja.
Aku menatap Hyeji lagi, merasakan keinginanku untuk melindunginya semakin kuat. Aku harus ada buat dia.
"Hyunjinnn"
"hmmm?"
"Terima kasih, aku nggak tau apa jadinya kalau nggak ada kamu di sini sekarang." Ia menunjukkan senyumnya yang terlihat lelah, aku semakin merasa tidak berguna.