• 26 •

24 7 2
                                    

Hyeji mendapati dirinya berjalan terburu-buru di bandara, menggeret koper yang cukup besar di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hyeji mendapati dirinya berjalan terburu-buru di bandara, menggeret koper yang cukup besar di tangannya. Hari ini, ia akhirnya sampai di London untuk pertukaran pelajar singkat, perjalanan baru yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama. Suasana bandara yang ramai dan hiruk-pikuk membuat hatinya berdebar, bukan hanya karena kegembiraan, tapi juga sedikit gugup akan petualangan baru di tempat yang begitu jauh.

Ia terus melangkah, mengikuti arus orang-orang di sekitarnya, sampai akhirnya ia berhasil keluar dari terminal kedatangan. Matanya menyapu sekitar, memperhatikan wajah-wajah asing yang tampak bersemangat atau terburu-buru. Ia berjalan sampai ke area parkir mobil, di tengah cahaya remang yang menghiasi parkiran malam itu, Hyeji berdiri sambil melihat ke arah ponselnya, ia berusaha menghubungi orang yang akan menjemputnya ke rumah orang tua asuhnya.

Namun sebelum ia sempat melihat keadaan sekitar, ia mendongak dan melihat sosok seseorang di seberang tempat ia berdiri, seorang pria yang memandangnya dari kejauhan. Mata teduh pria itu membuat jantung Hyeji berdebar, sekaligus merasakan perih yang sudah lama ia coba obati.

Hyunjin.

Hyeji tertegun, mematung di tempatnya. Ia menatapnya, seakan tak percaya pada penglihatannya. Mata mereka bertemu, saling berbicara tanpa satu kata pun terucap. Tanpa sadar, langkah kakinya membawanya mendekati sosok itu, sementara Hyunjin juga berjalan menghampirinya.

Ketika mereka akhirnya bertemu, tak ada kata-kata yang keluar. Hyunjin hanya tersenyum lembut dengan matanya yang sudah berkaca-kaca, lalu merentangkan tangannya. Isyarat yang ia berikan sudah cukup bagi Hyeji untuk melangkah masuk ke dalam pelukannya. Begitu ia merasakan pelukan itu, seketika semua emosi yang selama ini ia pendam keluar begitu saja. Air mata mengalir deras di pipinya, dan Hyunjin memeluknya erat, menepuk lembut punggungnya seolah berusaha menenangkannya.

Hyeji menangis dalam pelukan Hyunjin, merasakan damai yang tak pernah ia sangka akan ia temukan lagi. Hyunjin pun memejamkan mata, menahan emosinya sendiri, membiarkan momen itu berlalu dalam kediaman yang menenangkan. Dunia seakan berhenti, menyisakan hanya mereka berdua yang tenggelam dalam pelukan hangat itu.

"Hyunjin. Aku kangen, kangen banget sampai aku gamau kamu pergi lagi." Ucap Hyeji lirih.

Namun, tiba-tiba saja, semuanya memudar. Hyeji terbangun, mendapati dirinya kembali di kamar tidurnya, di bawah cahaya pagi yang mengintip melalui jendela. Ia terduduk, menatap ke sekitar kamar yang terasa begitu sunyi. Napasnya tersengal, dan pipinya terasa basah. Ia meraba wajahnya, menyadari bahwa air matanya masih mengalir, meski ia tahu semua itu hanyalah mimpi.

"Ck, Sial, Kenapa haru mimpi kayak gitu sih."

Perasaan kecewa bercampur sedih menyelimutinya. Mimpi tadi terasa begitu nyata, sampai-sampai ia bisa merasakan pelukan hangat itu, seolah benar-benar terjadi. Namun, kenyataan kembali menamparnya, Hyunjin tidak berada di sini, dan mereka sudah terpisah sejak lama.

Dengan perlahan, Hyeji menyeka air matanya, mencoba menenangkan diri. Mimpi itu mungkin hanyalah sebuah ilusi dari perasaan yang masih ia pendam dalam hati. Sambil menarik napas panjang, ia mencoba menenangkan dirinya dan menatap jendela. Mungkin, suatu hari nanti, ia bisa benar-benar menemukan penutupan dari semua ini. Tapi untuk saat ini, ia hanya bisa berusaha menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya.


Jealous over you || Hwang Hyunjin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang