bab 37

240 38 14
                                    






Gibran memasuki rumah berjalan dengan santai nya menuju kamarnya. Belum tiba dikamar tangan Gibran dicekal Gibran menoleh dan melihat orang yang mencekal tangannya

"Kenapa baru pulang" tanya Maxim dingin

"Kerja" jawab Gibran cuek. Maxim menggeram ia sangat tidak senang dengan jawaban Gibran, rahang Maxim mengeras ia menarik Gibran namun Gibran menahan dirinya agar tidak tertarik, Maxim sedikit terkejut melihat sikap afan yang ia tak tau jika itu adalah Gibran

"Anak baru pulang malah ditarik kenceng gini. Gak punya etika emang" ucap Gibran dengan nada remeh. Maxim masih terdiam tangan nya mengepal ia hendak meninju Gibran namun tangan nya ditangkis langsung oleh Gibran. Kini tangannya itu berada dipegangannya gibran. Maxim berusaha melepas tangan nya yang diganggam namun nihil tenaga Gibran begitu kuat.

Gibran menatap Maxim dengan tatapan yang menantang

"Mulai sekarang gua gak bakal ngasih Lo dan anak Lo uang"

"Kalau Lo mau uang, kerja!! Jangan mau jadi beban doang"

"Oiya gua bukan babu ya, sehingga bisa Lo suruh suruh gitu" ucap Gibran  dengan bangga nya

"Lo ganggu waktu istirahat gua" ucap Gibran melepas tangan Maxim dan langsung mengunci pintu kamarnya

"Arghh..sial kenapa anak itu jadi berani sih" ucap Maxim kesal

"Ini pasti karena ia sudah bertemu dengan saudaranya"

"Gak, gak akan saya biarkan dia jadi berani gitu"

"Arghhhh.. siapa nama kembarannya" ucapan Maxim terjeda saat ia mengingat seseorang "Gibran"  monolog Maxim dengan tersenyum

"Dia yang udah mengubah afan jadi suka ngelawan begini" ucapnya

"Lihat saja akan saya pastikan Gibran gak akan bisa bahagia" ucapnya lalu pergi kekamar nya

_

_

_

Gibran yang ternyata dari tadi menguping semua ucapan Maxim dibalik pintu, tersenyum sinis

"Benar dugaan gua, dia juga ngawasin gua"

"Sebenarnya apa tujuan dia"

"Nyiksa afan lalu sekarang ngawasin gua" ucap Gibran sendiri. Gibran berjalan menuju kasurnya, ia membaringkan tubuhnya di kasurnya untuk istirahat

"Selama gua disini gua bakal nyelidiki tentang kita fan" monolog Gibran sebelum kegelapan mengambil kesadarannya.

_

_

_

_

BRAKKK!!

Maxim membuka kasar pintu kamarnya, ia berjalan mendekati meja yang terdapat cermin,mengusap kasar wajahnya dan meninju cermin yang ada didepannya hingga pecah

"Sial, sudah mulai berani dia"

"Tapi kenapa bisa??" Maxim berjalan meletakkan tangannya kasar ke meja

"Apa yang terjadi??"

"Afan tidak akan pernah berani membentak saya seperti tadi"

"Haru saya selidiki lagi"

*********



"Gimana udah Lo cari tau" tanya Rasya pada Irsyad

"Udah, kayanya banyak keanehan deh" ucap Irsyad

"Sya jangan bilang Lo curiga kalau afan dan Gibran adik dari Al yang hilang" tanya Irsyad

"Iya gua curiga" ucap Rasya jujur

"Gimana kalau kita tanya ke Al" ucap Irsyad

"Boleh, besok kita tanya"










*************

"Al"

"Eh bunda ada apa Bun" tanya Al yang sedang menonton televisi

"Bunda mau ketemu dengan anak anak bunda boleh" tanya Rara

Al melihat mata penuh harapan dari bundanya ini tak tega

"Bunda pengen ketemu mereka?" Tanya Al dan diangguki oleh Rara

"Oke, tapi bunda janji jangan bilang kalau mereka anak bunda, bunda harus tahan dulu" ucap Al

"Emang kenapa sih Al. Kenapa harus menunggu" ucap Rara pasrah

"Bun, emang bunda gak mau tau siapa yang udah misahkan kita dari mereka"

"Bun Al mau balas orang yang udah jahat ke keluarga kita" ucap Al

"Yaudah kalau itu yang kamu mau bunda akan lakukan, setidaknya bunda sudah tau mereka" ucap Rara

Al tak dapat menahan diri, ia langsung memeluk Rara dengan sangat eratnya

"Bunda tenang ya. Sedikit lagi"










*****************

"Fan Lo belum tidur" tanya Irsyad yang tiba tiba masuk ke kamar Gibran

"Belum bang. Afan gak bisa tidur" ucap afan

"Why"

"Afan kepikiran sama Gibran bang" ucap afan

"Gibran pasti baik baik aja fan"

"Bang mereka jahat. Aku takut Gibran bakal disiksa" ucap afan

"Gibran" ucap Irsyad. Afan memperhatikan Irsyad yang sedang melihat lurus kedepan

"Dia anak yang lemah"

"Diantara kami Gibran yang gampang sakit" . Afan memilih mendengar kan Irsyad, Irsyad kemudian melihat afan membuat afan sedikit gugup

"Tapi dia bukan tipe orang yang mudah ditindas" ucap Irsyad memberikan senyuman pada afan

"Tapi kata bang Irsyad fisiknya lemah? Kenapa dia bisa begitu berani" tanya afan

"Fisik yang lemah bukan berarti mental harus lemah. Itu adalah kata kata yang selalu Gibran tanamkan dihatinya"

"Aku jadi kagum dengan saudara kembar aku" ucap afan dengan tersenyum

"Iya jadi kamu jangan khawatir. Semuanya pasti baik baik saja"

"Gua harap gitu gib. Semoga Lo baik baik aja" batin afan







************

"Kalau Al bener Abang Lo gib, apa Lo bakal lupain gua"

"Afan juga apa dia bakal lupain gua juga"

Pikiran itu lah yang selalu berada di otak Rasya. Sedari tadi Rasya sangat gelisah mengenai keluarga kandung si kembar

"Gua mau Lo dan afan tinggal disini" ucap Rasya

"Apa Lo bakal pindah ke rumah ortu kandung Lo" ucap Rasya

"Aaaa gua gak mau pisah dari kedua adik gua"

"Tapi gua gak boleh egois" ucap Rasya sedih, ia melihat foto ia berdua dengan Gibran

"Gua harap Lo bakal lebih milih gua dan yang lainnya ya gib" ucap Rasya

"Dan semoga afan juga bakal lebih milih kita"

"Gua berharap kita semua bakal kumpul menjadi keluarga yang saling melindungi"
















Bersambung


TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang