bab 33

161 31 6
                                    


-

-

-


Afan remaja itu tengah sibuk menyiapkan sarapan dimeja makan, Noah dan Maxim turun dan duduk dikursi mereka, "Lo gak boleh sekolah" ucapan Noah membuat langkah afan ke dapur terhenti, "gua gak mau Lo Deket dengan mereka, jadi Lo gak boleh sekolah" ucap Noah dengan nada datar

"Izinkan aku sekolah" ucap afan pelan, tersirat rasa takut

"Lo bantah gua" tanya Noah dengan meninggikan sedikit nada bicaranya.

"Aku akan menjauhkan mereka, jadi izinkan aku sekolah" ucap afan.

"Baiklah kamu boleh sekolah" ucap Maxim, afan tersenyum ia kembali melangkahkan kakinya kedapur dan bersiap siap kesekolah

"Pah kenapa diizinkan sih" tanya Noah kesal

"Pikirannya sudah berhasil papa pengaruhi lagi Noah" ucap Maxim

Flashback on

Tengah malam itu Maxim memasuki kamar afan, afan sedikit ketakutan karena kehadiran dadakan Maxim malam itu

"Ada apa pa" tanya afan pelan

Tanpa menjawab afan Maxim mencekik leher afan sangat keras, afan berusaha untuk melepas tangan Maxim namun gagal Maxim justru semakin menguat kan cekikan nya

"P-pa le-lepas" ucapnya terbata bata, Maxim tersenyum puas melihat wajah afan yang menderita

"Saya lebih suka wajah kamu yang seperti ini dari pada beberapa hari lalu afan" ucap Maxim yang kembali mengingat beberapa waktu lalu afan sudah mulai bisa tersenyum

"Jangan pernah berharap bisa lepas dari saya afan, saya papa kamu" ucap Maxim. Kini afan semakin lemah ia tak sanggup menahan cekikan itu, Maxim melepas cekikan nya itu membuat afan terjatuh, afan berusaha kembali mengambil napas, Maxim mendekat dan meninju afan membuat kepala afan terbentur kedinding

Maxim menggenggam tangan afan dengan kuat, "pah afan mohon lepas pah" ucap afan matanya mulai berkaca kaca menahan sakit dibadannya

"Afan kamu hidup hanya untuk patuh dan tunduk dengan saya dan Noah" ucap Maxim, afan mulai ketakutan keringat dingin mulai membasahi badannya

"Kamu paham afan. Jangan sekali kali berharap bebas dari kami" ucap Maxim

"Saudara kamu beruntung afan jadi jangan berharap mendapatkan keberuntungan itu juga" ucap Maxim melepaskan genggaman nya dan menutup pintu kamar afan dengan sangat keras, afan merasa kaki nya melemah ia terduduk disudut kamarnya

"Kamu hidup hanya untuk patuh dan tunduk pada saya dan juga Noah"

kata kata itu memutar bagai radio yang berbunyi saat pagi hari dipikiran nya afan. Afan menutup telinganya berharap suara itu hilang

"Afan mau bebas" ucapnya memeluk lututnya dan menundukkan kepalanya

Flashback off

"Terserah deh pa, yang penting aku gak mau sampai dia pergi" ucap Noah lalu berangkat kesekolah. Maxim tersenyum dan merasa kemenangan kini berada ditangannya, ditambah dengan melihat sikap afan yang kembali seperti dulu yaitu hanyalah seorang afan yang takut dan patuh padanya dan juga Noah

_

_

_

"Kak gua mau kita ketempat afan sekarang" ucap Gibran saat dikantin

"Gib nanti aja ya saat pulang sekolah" ucap Naura

"Kak aku ngerasa kalau kita gak nemuin afan kita akan semakin jauh dari nya" ucap Gibran dengan nada frustasi

"Gib. Kita gak mungkin bolos hanya untuk ke abdi bangsa" ucap Adara

"Iya kalau papa tau, papa pasti marah gib" ucap Irsyad

"Kalau kalian gak mau biar Gibran aja pergi sendiri" ucap Gibran penuh penekanan, Gibran hendak pergi namun tangannya dicekal oleh Al

"Jangan gegabah gak ingat lo dengan Kevin dan teman temannya" ucap Al

"Kenapa, gua gak takut dengan mereka, gua juga kalah karena mereka nyerang gua diam diam" ucap Gibran

"Ya Lo tetap gak boleh gegabah kasian afan nya" ucap Rasya

"Bang filling gua nyuruh gua buat nemuin afan sekarang juga kalau tidak.." ucap Gibran terhenti karena terbayang sesuatu yang ia takutkan

"Kalau tidak?" Tanya Naura

"Afan akan pergi dari gua" ucap Gibran

"Gimana konsepnya coba, afan gak bakal pergi" ucap Adara

"Ini filling gua sebagai saudara kembar nya" ucap Gibran mulai khawatir

"Yaudah kita pergi" ucap Rasya, semuanya melihat rasya dengan tatapan berbeda, namun Rasya tak peduli yang ia tau sekarang Gibran sangat ingin bertemu dengan afan, ia takut jika ia ikut melarang ia akan merasa menyesal walau tidak tau apa alasannya

"Yaudah deh kita ikut juga" ucap Irsyad pasrah

"Tapi kita pergi harus izin dulu dengan papa dan ibu" ucap Naura

"Biar gua yang telepon" ucap Rasya

_

_

_

Rasya dan saudara nya sudah mendapatkan izin kini mereka semua sudah berada didinding pagar belakang sekolah abdi bangsa

"Kalian bawa afan kita tunggu disini" ucap Naura yang disetujui oleh Adara

"Yang masuk gua, Irsyad dan Gibran dan Lo Al tunggu diluar" ucap Rasya

"Dih kok gua diluar sih" ucapnya

"Siapa yang bakal jaga para ladies ini" ucap Naura, Al menatap malas dan hanya mengikuti perintah saja

Mereka bertiga sudah berhasil melewati pagar belakang sekolah abdi bangsa

"Gua harap semuanya lancar dan filling Gibran salah" ucap Naura

"Sama nau gua harap juga begitu" ucap Adara

Drtt..

Suara handphone Al membuat mereka semua sedikit kaget

"Gua angkat telepon dulu" ucap Al dan diangguki Naura dan Adara

"Halo" ucap Al

"Hasil DNA nya sudah keluar, anda bisa menjemput nya sekarang" ucap seorang disebrang telpon ternyata adalah seorang dokter yang pernah Al temui untuk pemeriksaan DNA adik adiknya

"Baik saya kesana" ucap Al menutup telepon

Al menghampiri Naura dan Adara yang berjaga di pagar tersebut. "guys gua ada urusan gua pamit ya" ucap Al lalu pergi tanpa persetujuan Naura dan Adara

"Ye bilang aja malas" teriak Adara

"Tau" teriak Naura









Bersambung

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang