bab 22. kamar adalah saksi

199 28 6
                                    











Afan yang baru saja masuk kerumah, tiba tiba ditarik paksa oleh Noah kedalam kamarnya

Noah mendorong afan sehingga afan terpental ke dinding "arghh" ringisan afan terdengar

"Kemana Lo hah" tanya Noah emosi

"Aku" jawab afan takut

"Jawab!!" Ucap Noah teriak hingga memperlihat rahang nya yang mengeras

Noah memegang tangan afan menggenggamnya kuat sekuat tenaga nya membuat afan begitu kesakitan

"Bang lepas bang" mohon afan karena kesakitan

"Gua udah bilang buat Lo temanin gua latihan basket tapi Lo malah pergi" ucap Noah sangat marah

"Maaf bang.. afan tadi ngejenguk teman afan" ucap afan takut takut. Mendengar alasan afan Noah semakin menguatkan genggamannya membuat tangan afan mulai memerah

"Teman Lo bilang"

"Maaf bang"

"Lo gak boleh punya teman paham" ucap Noah marah

"Lo adik gua dan Lo harus nurut dengan gua... Lo hanya boleh patuh dan nurut dengan gua dan papa.. paham" ucap Noah melepas pegangannya dengan mendorong afan  kuat

"Lo gua kurung... Lo gak boleh keluar walau besok sekolah" ucap Noah pergi dan mengunci pintu, afan yang ingin berdiri dan keluar pun menggedor gedor pintunya

"Bang buka bang"

"Aku mau sekolah bang"

"Jangan kurung aku" ucap afan meluruh kebawah

"Pliss buka" ucap afan memohon didepan pintu

Noah yang baru saja keluar dari kamar afan tak sengaja berjumpa dengan Maxim di ruang tamu

"Kenapa kamu" tanya Maxim

"Kesal aku pah.." ucap Noah

"Kesal kenapa hah" tanya Maxim

"Itu afan dia malah jenguk temannya daripada nemanin aku basket" ucap Noah

"Sejak kapan anak itu punya teman" ucap Maxim yang tau afan tidak pernah punya teman

"Gak tau pah" ucap Noah cuek kembali

"Teman" batin Maxim, Maxim mulai mencurigai gerak gerik afan. "Apa jangan jangan.. tapi gak mungkin" ucap Maxim

"Noah" panggil Maxim

"Hmm" jawab Noah cuek

"Kamu awasi afan" ucap Maxim

"Tanpa papa suruh aku juga akan awasi dia kali.. dia kan adik aku.. dan hanya aku yang harus dipatuhinya" ucap Noah

"Good afan hanya milik kita, ia lahir untuk selalu patuh dengan kita" ucap Maxim

.............

Malam itu Gibran sudah boleh pulang karena keadaan nya yang sudah membaik

Dikamar entah kenapa ia merasakan dadanya yang sesak, ia tak tau kenapa dirinya tiba tiba mengeluarkan air mata

Ia menghapus air mata nya dengan cepat

"Gua kenapa" tanya nya

"Fan Lo oke kan"



..............

"Bang Noah afan mohon buka" ucap afan yang masih setia menggedor gedor pintu kamarnya

"Afan mohon bang" ucap afan sedih

"Afan ingin bebas" ucapnya lagi

Tiba tiba pintu terbuka membuat afan berjalan mundur ketika melihat Maxim masuk

"Siapa teman mu" tanya Maxim marah

"JAWAB SAYA AFAN" bentak Maxim

Afan tertunduk takut, ia tidak ingin papanya tau kalau kini ia sudah mempunyai teman dan juga Abang abang dan kakak kakak dari Gibran

Maxim maju selangkah demi selangkah, memandang afan dengan tatapan tajam

"Sama siapa kamu pulang" tanya Maxim masih dengan nada membentak

"Jawab afan" ucapnya

"Bang Al" ucap afan jujur. Ia berpikir jika hanya menyebut orang yang mengantarnya ia akan baik baik saja

Maxim yang mendengar nama Al terkejut, ia pun beranggapan jika itu adalah Al anak Miko Abang dari afan sendiri

"Sial" batin Maxim. Maxim langsung mencekik afan kuat membuat afan kesulitan bernapas

"Le..pa.pas.. pa..pa" ucap afan kesulitan karena cekikan itu sangat kuat

"Jangan pernah berani beraninya anda mendekati pemuda yang anda sebut tadi paham" ucap Maxim penuh penekanan

"I..iya pa" ucapan afan itu membuat Maxim melepaskan cekikannya, afan yang kesulitan bernapas berusaha mengambil banyak oksigen untuk memaksimalkan kembali pernapasan nya

Maxim keluar tanpa rasa bersalah dan mengunci kembali pintu kamar afan. Afan yang sudah dapat menetralkan kembali pernapasan nya tersandar di bawah ranjang nya

Malam itu tangis afan kembali pecah

"Afan hanya ingin berteman" batin afan

"Afan capekkk...afan lelah" ucap afan menggigit bibir bawahnya

Afan menangis menumpahkan semua rasa sedih, kesal di kamarnya, kamar yang selalu menjadi saksi air mata pemuda itu keluar

Gibran yang semakin merasakan sesak sangat gelisah ia bingung dengan dirinya yang ingin sedih tapi ia tidak merasakan hal itu

"Gua kenapa dah" keluh nya

"Fan gua khawatir Lo baik baik aja kan"

"Besok gua harus ketemu dengan Lo"








Bersambung

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang