BAB 45

8.6K 435 28
                                        


Buat Bab 43 dan 44 yang udah update di KK gak akan aku publish di wattpad yaaa

Aku bacain semua komen kalian di wattpad

Coba, deh, bab 45 aku publish di sini
Mau tes ombak duluuu

Coba, deh, bab 45 aku publish di siniMau tes ombak duluuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Senyuman itu tidak pernah lepas dari bibir Baskara, laki-laki itu terus memandangi foto hasil USG Varsha yang mereka lakukan beberapa menit yang lalu. Dari awal mereka masuk ke ruangan untuk melakukan USG, Baskara tidak pernah berhenti tersenyum bahagia, tangannya selalu menggenggam erat tangan Varsha.

Bahkan, senyum itu masih tetap tercetak indah di wajah laki-laki itu ketika mereka sudah memasuki mobil. Mata penuh binar kebahagiaan itu menatap buah cintanya yang berada di perut Varsha. Dia sudah ada di sana semenjak 6 minggu yang lalu. Ya, usia kandungan Varsha sudah menginjak usia 6 minggu, dan Baskara sama sekali tidak menyadarinya. Ayah macam apa dirinya ini? Dia tidak menyadari kehadiran anaknya.

“Kau tidak akan menyalakan mobilmu?” tanya Varsha, menatap ke arah Baskara yang tersenyum dengan mata fokus ke foto hasil USG. Laki-laki itu belum menyalakan mesin mobil.

Baskara menoleh ke arah Varsha dengan mata berbinar. “Mereka mirip kecebong, Varsha,” ucapnya, kembali menatap hasil foto USG yang menurut Baskara seperti dua buah kecebong, anaknya kembar, dan terlihat begitu mungil.

Varsha berdecak sebal. “Kau kira aku kodok sampai kau mengatai anakku kecebong?!”

Baskara terkekeh. “Aku tidak mengatai anak kita. Ingat, anak kita, bukan anakmu saja. Ini hasil benihku.” Baskara begitu bangga dengan hasil kinerja benihnya yang berhasil memikat dua sel telur sekaligus. Baskara tidak bisa membayangkan betapa lucunya kedua anaknya nanti.

Varsha memutar bola matanya kesal. “Tetap saja kau mengatainya. Kau kira yang berada di rahimku anak kodok.”

Baskara menatap Varsha, tersenyum lebar. “Kau lihat ini.” Baskara menggeser foto itu ke dekat Varsha agar perempuan itu bisa melihatnya. “Bukankah mereka miring kecebong?”

Varsha menjauhkan tangan Baskara. “Mereka bukan kecebong, Bas!” Varsha menatap Baskara dengan mata berkaca-kaca, dia begitu kesal anaknya di katakan mirip kecebong. “Mereka anakku, bukan anak kodok!”

“Varsha, maksudku bukan begitu.”

Varsha mengalihkan pandangannya ke arah lain, tangannya mengusap-usap perutnya. Varsha sakit hati anaknya disamakan dengan kecebong. “Aku mau balik ke Secret, aku tidak mau ikut denganmu.”

Varsha membuka pintu mobil, melangkahkan kakinya keluar. Setetes air mata jatuh di pipi Varsha, dan langsung di tepis oleh perempuan itu. Dia tidak tahu kenapa dia menjadi sedih hanya karena perkataan Baskara yang Varsha tahu jika laki-laki itu hanya memakai perumpamaan saja. Tapi, tetap saja, Varsha tidak mau anaknya disamakan dengan kecebong.

BAYAR DI MUKA (Sudah Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang