Chapter 2

66 40 19
                                    

"Aku, benda, ibu dan luka"
....

Brak ...


“Apa ini?,” ucapnya ibunya dengan begitu keras, menunjuk berkas yang baru saja dia lemparkan, kepada orang di depannya.



Orang itu tersentak kaget dia baru saja tidur dari semalaman, namun pagi ini dia di kejutkan oleh orang yang ada di depannya.


“Apa magsud mu ibu” ucap Avana menatap heran ibunya ada apa ibunya pagi pagi begini marah marah, apakah dia membuat kesalahan lagi, tapi apa kesalahannya?.


“Buka itu dan apa yang telah kau lakukan hah” sarkas ibunya, menunjuk barang yang menjadi objek dia murka sepagi ini bahkan sampai rela relanya menyusul ke gudang itu.

Avana melirik barang yang tadi ibunya lemparkan, tunggu itu seperti Avana familiar dengan berkas berwarna coklat di talikan sebuah benang merah yang sangat indah itu.

Degh ...

Jantung Avana berdebar begitu saja dengan sangat kencangnya, gawat Avana pasti lupa menaruh barang itu di tempat yang tidak seharusnya ibunya lihat.

“I ... Itu “ ucap Avana tergugu

“apa ini hah, kau berani beraninya” sarkas ibunya, dia pergi ke sebuah meja yang terdapat begitu banyak sekali koleksi koleksi benda yang sangat tajam namun itu tampaklah indah sekali jika di lihat dari kejauhan, tempat itu seperti koleksi barang barang mewah namun siapa sangka semua yang ada di dalamnya hanya untuk sebuah alat eksekusi.

Di ambilnya sebuah belati bergagang merah dengan ukiran mandarin kuno begitu sangat indah, di putar putarnya belati itu di tangan nya, seakan itu bukanlah benda tajam, tetapi semacam dia menganggapnya hanya mainan pisau pisauan anak anak.

Di dekatnya belati itu di tempel kan ke pipi avana yang putih bersih mulus, ah sepertinya jika di gores sedikit saja  maka akan terlihat sangat jelas bekas goresan itu.


“Mau pilih yang mana? Kiri atau kanan anakku sayang” seringai ibunya dengan belati yang berpindah dari pipi kiri ke pipi kanan Avana.


Avana hanya diam ketakutan kali ini dia yang salah, mengapa Avana salah? Sebab Avana tau ibunya maupun ayahnya melarang Avana untuk mengejar mimpi Avana, kalian sudah tau bukan apa mimpi Avana?.


“Baiklah karena kau diam saja, biar aku sebagai ibumu yang sangat baik hati dan penyayang ini yang akan menentukannya” ucap ibunya dengan begitu lembut.


Ujung mata belati itu di dekatkan ke belakang leher avana, sedikit di goreskan dan lehernya mulai mengeluarkan darah yang amat merah pekat, walaupun hanyalah sedikit namun Avana yang hanya tau bagaimana rasanya.


Shitt” ringis vana menahan sakit di leher bagian belakangnya.


Ibunya mulai kembali menggoreskan belati itu sedikit demi sedikit sampai tercipta sebuah ukiran abstrak tetapi jika di lihat dari jauh itu begitu indah sekali.

Akhh ibu lepaskan jangan di sana ibu Avana mohon” teriak Avana memohon, ini ini sakit sekali di bandingkan dengan kaki dan tangan dia.

“Apa kau bilang berhenti?” ucap ibunya mengulangi kata Avana, semakin banyak pula goresan goresan itu tercipta.

Ahkk ibu” teriak Avana kesakitan sungguh ini benar benar menyiksa.


“Hahaha teriak lah teriak lah wahai anakku tersayang” tawa ibunya menggelegar, sungguh ini benar benar sangat menyenangkan menurut ibunya.

Bloody Movie Player [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang