Rasa peduli #24

485 75 12
                                    

Happy Reading !!!


***

Kennan Kembali pergi menemui teman-temannya. Semenjak mendapat teguran dari temannya kini Kennan lebih sering menghabiskan waktu Bersama dengan para sahabatnya itu. Biasanya mereka akan berkumpul di bar langganan Kennan.

"Astaga! Lihat siapa yang datang!" Paul berkata begitu Kennan datang.

"Hubungan Lo dengan kekasih Lo kelihatannya semakin baik ya!" puji Tama.

Kennan berdecak. "Kekasih? Sebutan jalang lebih cocok. Gue udah capek berpura-pura jadi pria yang pertahian."

Paul menepuk bahunya. Pria itu memberikan segelas minum. "Ngaku aja kalau Lo cinta sama dia."

Sebelah alis Kennan terangkat. "Cinta? Gue nggak mencintainya! Berhenti mengatakan itu!"

"Santai bro! Kalau Lo emang nggak merasa seperti itu, Kenapa Lo marah? Santai aja!" Paul menepuk-nepuk bahu Kennan Ketika pria itu sudah mulai terlihat emosi.

Kennan berdecih. "Si pahlawan kesiangan itu pasti sudah pernah mencicipi tubuhnya!"

Kata cinta itu sangat sensitive bagi Kennan. Karena selama ini banyak wanita yang mengejar-ngejarnya. Kata cinta itu tidak ada artinya. Dulu ia sering berhubungan badan dengan Perempuan yang bahkan mereka sudah memiliki kekasih. Mereka semua hanya bahan percobaan. Karena dari sekian banyaknya wanita cantik dengan tubuh indah. Kennan malah tertarik dengan Salsa yang terlihat biasa saja.

Tama menyilipkan rokok di bibir Kennan. Menyalakan apinya. Membiarkan rokok itu terbakar. Kennan menghirup rokoknya. Lalu menghembuskannya di udara.

Tiba-tiba saja ponsel yang berada di dalam sakunya bergetar. Kennan mengambilnya dan melihatnya. Sebuah panggilan dari seseorang yang sangat ia kenal. Kennan mengangkat panggilan itu.

"Hallo?! Ken! Apa Lo tahu Dimana Salsa? Apa dia bilang ke Lo mau pergi ke rumah Bila?"

Kennan terdiam sejenak. Suara Bagas terdengar gemetar karena khawatir. Pria itu jadi bingung. "Salsa nggak ada ngomong apapun sama gue. Di apartement juga nggak ada. Gue kira dia pergi sama Lo"

"Apa?! Di apartement gak ada?"

Dahi Kennan mengkerut. "Ada apa? Apa ada terjadi sesuatu sama Salsa?"

"Salsa ada janji sama Bila buat makan malam hari ini di rumah Bila. Tapi udah larut malam dia belum sampai juga. Handphonenya juga gak aktif. Kapan terakhir Lo ketemu Sama Salsa?"

Kennan terkejut mendengarnya. "Gue ketemu dia kemarin malam. Gue bilang nggak bisa balik dan nggak bisa nganterin dia ke kampus karena ada urusan."

"Ken! Kalau Lo tahu kabar tentang Salsa tolong hubungi Gue atau Bila!"

Panggilan telepon berakhir. Jantung Kennan berdebar kencang. Salsa belum pulang ke apartement dan ini sudah larut malam.

"Ada apa Ken?" tanya Paul melihat raut kekhawatiran di wajahnya.

"Salsa, dia belum balik ke apartement." Kennan melihat kea rah jam tangannya. "Ini udah sangat malam"

"Mungkin dia ada urusan__"

"Urusan? Urusan apa sampai Tengah malam seperti ini belum pulang?!" Kesal Kennan. Otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih. Kennan berdiri di tempatnya.

"Kalian pergi berpencar cari Salsa di sekitar Jakarta! Periksa setiap sudut dan minta siapapun untuk ikut mencarinya!" titah Kennan. Pria itu bergegas pergi keluar.

Kedua temannya hanya terdiam melihat Kennan yang sangat gelisah.

"Katanya nggak cinta. Tapi kenapa dia sangat khawatir?"

***

Kennan mencoba menghubungi Salsa. Namun ponselnya sedang tidak aktif. Kennan takut hal buruk terjadi pada Salsa. Pria itu bergegas masuk kedalam mobilnya. Kennan melihat-lihat setiap sudut jalanan. Sebelum itu Kennan pergi ke kampus untuk mengecek keberadaannya. Dia takut Salsa di bully dan di kurung di salah satu ruangan.

Kennan memeriksa seluruh ruangan yang ada di kampus. Pria itu tidak merasa takut sedikitpun. Hanya ada rasa khawatir yang terlihat di wajahnya.

"Mas!"

Kennan menoleh ke belakang. Ada dua orang penjaga kampus yang sedang menjaga keamanan lingkungan kampus.

"Sedang apa kamu malam-malam di kampus?" Dua penjaga itu berjalan mengha,pirinya.

"Tolong bantu saya periksa seluruh ruangan yang ada di sini!" Pinta Kennan.

Kedua penjaga itu saling berpandangan. "Tapi, kami sudah mengecek semuanya. Tidak ada siapapun! Termasuk Gudang"

Mendengarnya Kennan bergegas pergi dari sana. Itu artinya Salsa sudah tidak ada di kampus. Tapi kenapa sampai saat ini dia belum juga pulang. Di Tengah-tengah jalan dia bertemu dengan Paul yang juga sedang membantunya.

"Ken! Gue udah coba cari di jalanan ibu kota. Mungkin aja saat ini dia udah pulang. Begini aja! Gimana kalau Lo balik dulu dan tunggu sampai besok! Tanyain sama Salsa kemana dia pergi."

"Ta___"

"Ken! Gue tahu Lo khawatir. Sekarang Lo pulang dan istirahat. Kalau sampai besok Salsa belum ketemu juga. Kita bisa coba cari dia lagi bareng-bareng."

Perkataan Paul ada benarnya juga. Namun hatinya masih sangat gelisah. Hatinya tidak bisa tenang sebelum tahu bagaimana kondisi kekasihnya itu. Kennan akhirnya memutuskan untuk pulang ke apartementnya. Dia akan meminta tolong orang-orang papahnya untuk membantunya mencari Salsa malam ini juga.

Kennan masuk dengan lesu ke apartementnya. Sudah berkali-kali dia menelpon Salsa namum hasilnya sama saja. Dia tetap tidak bisa di hubungi.

"Fuck!"

Kennan melempar ponselnya di lantai dan berhenti di bawah kaki seseorang. Dahi Kennan mengkerut dan melihatnya dengan perlahan.

"Dimas?"

***

Selamat malam kesayangan Minlov ...

di part sebelumnya kalian kenapa pada ngasih sumpah serapah ke Kennan??? wkwk

kapan nih enaknya kennan kita kasih karma? apa gak usah?

eh btw maaf ya aku up di jam kunti hehe

jangan lupa vote dan komen ya ...

see u guys <3

with love, Loversland_03 

DILEMA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang