Menunggu (1)#25

345 71 23
                                    

Happy Reading and enjoy 

***

Salsa menangis di atas kamus milik Bila. Dia memeluk bantal dengan erat. Hatinya sangat sakit. Dia tidak sanggup jika nanti keluarga dan teman-temannya akan tahu. Kennan bukanlah orang yang suka bercanda dengan perkataannya. Di saat hatinya sudah terbuka menerima kehadiran pria itu. Kenyataan pahit malah di terima olehnya. Semuanya sudah jelas. Alasan kenapa Kennan tiba-tiba menyatakaan perasaannya. Itu semua karena rasa penasarannya dan juga perjanjian konyolnya Bersama dengan teman-temannya itu.

Bila dan Bagas berdiri di luar pintu kamar. Mereka berdua sangat khawatir. Lantara Salsa mendadak ingin pindah ke luar negeri malam ini juga tanpa kejelasan yang pasti.

"Bagas, ini udah malam. Bakalan susah banget buat cari tempat untuk Salsa pindah. Lagipula kita belum tahu alasan apa yang bikin dia mendadak ingin pindah negara. Kita biarkan Salsa sendiri untuk menenangkan dirinya. Besok pagi barulah kita bicara sama dia lagi."

Bagas mengangguk menyetujui perkataan Bila. "Lo benar! Yang terpenting sekarang Salsa sudah ada di hadapan kita. Biar kita bicarakan besok lagi."

Bagas ingin menginap tapi dia merasa tidak enak dengan tetangga Bila apabila menginap di rumah wanita yang tidak ada laki-laki lain selain dirinya. Pada akhirnya pria itu berpamitan pulang dan akan Kembali lagi besok pagi. Yang terpenting Salsa sudah berada di rumah Bila.

Salsa menangis semalaman. Perasaannya sangat kacau. Ia sudah tidak memiliki wajah untuk bertemu dengan teman-temannya Kennan. Salsa tahu jika tubuhnya tidak sebagus Perempuan lain. Tapi tidak pantas menjadikan tubuh seseorang sebagai bahan tertawaan.

"Dasar bajingan! Gue nggak sudi lihat wajah Lo lagi!"

Teman-temannya tidak boleh tahu tentang ini. Mereka pasti akan marah dan sangat kecewa. Secepatnya, dia harus pindah dari sini.

Besok paginya. Bila langsung pergi ke kamar yang sedang Salsa tempati. Begitu masuk ke dalam. Dia langsung melihat Salsa yang sedang duduk termenung di tepi Kasur.

Bila masuk kedalam, Dia ingin bicara berdua saja. Wanita itu duduk di sebelahnya. "Salsa!"

Salsa terdiam dengan tatapan yang kosong.

"Ada apa Sal?" tanya Bila dengan suara yang lembut.

Suara lembut sahabatnya membuat air matanya terjatuh. Seharusnya dia lebih percaya pada kedua temannya. Selam aini mereka banyak melarangnya demi kebaikannya. Dengan bodohnya dia tersentuh dengan pria bajingan itu.

Bila menggenggam tangan Salsa. Wanita itu membawa kepala Salsa untuk bersandar di bahunya. "Lo ingin pindah Sal? Kenapa? Kalau Lo memutuskan buat pindah. Gue juga bakalan ikut bareng Lo Sal."

"Gue benci disini Gue akan jadi penyanyi sesuai apa yang pernah Gue cita-citakan. Jangan tanya apapun. Gue mohon. Gue pengen pindah. Gue nggak pernah maksa Lo buat selalu sama Gue Bil. Tapi kalau emang Lo mau ikut. Kita jalanin kehidupan kita yang baru disana bareng-bareng."

Bila menghela nafas berat. "Gue akan buat surat permohonan pindah diri dari kampus. Setelah itu kita pindah dari sini. Lo yakin kita pindah ke Singapura?"

"Iya, Gue yakin. Kita berdua bakalan cari kampus music di sana."

"Sal, apa Lo yakin nggak mau mengatakan apapun ke Gue? Siapa yang membuat Lo jadi seperti ini? Kemana Lo semalam? Apa yang terjadi sama Lo?"

"Semalam Gue pergi ke taman. Gue merenung di sana. Lo kan bilang nggak boleh jadi pembohong, karena Lo benci orang yang suka bohong. Tapi Gue nggak mau mengatakan apa yang terjadi sebenarnya Bil. Sekarang Gue akan ikutin saran Lo dulu buat jadi seorang penyanyi." Salsa tidak ingin berbohong. Tapi ia juga tidak mau mengatakan yang sebenarnya.

DILEMA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang