BAB 4

86 56 138
                                    

Malam sudah tiba, dan suasana di sekolah terasa semakin mencekam. Myra, Kaelan, Aislin, Raden, dan Revanna berkumpul di ruang kelas yang gelap, berusaha merencanakan langkah selanjutnya. Mereka tahu, untuk menghadapi kegelapan yang mengancam, mereka harus bersatu dan cerdik.

“Gue rasa kita harus balik ke gudang tua,” Myra nyusul, memecahkan keheningan. “Kita belum benar-benar mengeksplor semua yang ada di sana.”

“Setuju,” Kaelan nambahin. “Tapi kali ini kita harus lebih siap. Kita udah lihat apa yang bisa terjadi.”

Raden, yang biasanya suka bercanda, kali ini terlihat serius. “Kita harus jadi DETECTIVE! Cerdik, berani, tak terkalahkan!” ucapnya, semangatnya kembali membara.

“Cerdik, berani, tak terkalahkan!” mereka serukan bareng, merasakan semangat itu mengalir di antara mereka.

Dengan tekad yang membara, mereka berangkat menuju gudang tua. Sepanjang perjalanan, Myra merenung tentang buku tua dan simbol yang mereka temukan. “Mungkin ada cara lain untuk mengusir kegelapan ini. Kita perlu mengumpulkan lebih banyak informasi.”

Sesampainya di gudang, mereka langsung menyisir setiap sudut. “Coba lihat di bawah tumpukan barang ini,” Revanna bilang, menunjukkan tumpukan kayu yang berdebu.

“Gue bantu!” Aislin segera ikut, dan mereka berdua mulai mengangkat barang-barang itu.

Di bawah tumpukan kayu, mereka menemukan sebuah peti kecil. “Ini apa?” Kaelan bertanya, membuka peti tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya ada koleksi gambar simbol dan beberapa tulisan kuno.

“Ini bisa jadi petunjuk!” Myra berbisik, matanya berbinar. “Coba lihat di sini… ada gambar yang mirip dengan yang ada di buku tua!”

Raden membuka halaman yang satu lagi. “Ada mantra di sini juga! Mungkin bisa membantu kita dalam pertempuran nanti.”

“Coba baca,” Aislin dorong, “apa isi mantra itu?”

Myra mulai membaca, “Dengan cahaya yang kami bawa, kami akan menolak kegelapan yang mengintai. Kami memanggil kekuatan untuk melindungi diri…”

“Ini penting! Kita harus belajar mantra ini!” Kaelan bilang, menyimak dengan seksama.

Satu demi satu, mereka menghafal mantra itu. Dan saat semua sudah siap, mereka mendengar suara bisikan lagi. “Kalian pikir kalian bisa menang? Kegelapan selalu ada di sini, menunggu!”

“Enggak!” Myra teriak. “Kita sudah siap! Kita DETECTIVE: cerdik, berani, tak terkalahkan!”

Mereka semua berdiri berbaris, saling menggenggam tangan. “Kita akan melawan!” Aislin menambahkan, semangatnya berkobar.

Saat mereka mulai mengucapkan mantra, cahaya dari simbol di dinding mulai bersinar lagi. Bayangan hitam itu kembali muncul, berusaha menakut-nakuti mereka. “Kalian tidak akan bisa menghentikan ku! Kegelapan adalah kekuatanku!”

“Tidak!” Kaelan berteriak, “Kami adalah cahaya yang takkan pudar! Kami tidak akan mundur!”

Cahaya dari mantra semakin kuat, dan bayangan itu tampak terdesak. “Ini… tidak mungkin!” suara itu bergetar, kebingungan mulai terlihat.

Mereka melanjutkan membaca mantra dengan penuh semangat. “Dengan kekuatan persahabatan kami, kami menolak kehadiranmu!”

Cahaya itu semakin membesar, dan bayangan hitam itu mulai mundur. “Kalian… kalian tidak akan menang selamanya!”

Dengan semua kekuatan yang mereka miliki, mereka meneriakkan, “Cerdik, berani, tak terkalahkan!”

Akhirnya, cahaya itu mengembang hingga memaksa bayangan menghilang ke dalam kegelapan. Dan saat semuanya tenang, Myra terengah-engah, senyumnya merekah. “Kita berhasil! Kegelapan sudah mundur lagi!”

06 DETECTIVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang